File 4

2.7K 259 20
                                    

Aku sibuk mengerjakan tugas biologi ketika yang lainnya sedang menikmati jam kosong. Bu Indri memang tidak masuk kelas pagi ini. Tetapi beliau memberikan tugas menjawab soal ujian semester tahun lalu meskipun hanya beberapa saja yang serius mengerjakannya. Mungkin karena Bu Indri nyaris tidak pernah menghukum siswa yang tidak mengerjakan tugas.

Sudut bibirku sedikit tertekuk ke atas melihat Kevin yang sedari tadi sibuk berkoar-koar menyuruh yang lain mengerjakan tugas akhirnya hanya bisa bertopang dagu melihat semua kesenangan. Kira yang berada di belakangku terlihat serius mencari jawaban di buku catatan, meskipun beberapa kali mengehela napas karena tidak menemukannya. Sedangkan Sisi justru sibuk menggambar sketsa di halaman paling belakang buku latihannya yang hanya terdiri dari coret-coretan tidak beraturan.

"Mia, nomor dua puluh tujuh jawabannya apa?" tanya Kira. Aku sudah menduga jika dia akan melakukan ini.

"Cari aja jawabannya di buku," jawabku tidak peduli tanpa menoleh sedikit pun dan tetap fokus pada lembar soal yang sedang kukerjakan. Namun sepertinya, Kira masih belum menyerah. Dia mendesakku untuk memberikan jawaban yang ia minta, walaupun aku hanya menjawab dengan kalimat yang sama.

Foto surat ancaman yang dikirimkan Steve lewat e-mail tadi malam berhasil mencuri perhatianku. Surat ancaman yang sedikit absurd menurutku. Tapi ancaman tetaplah ancaman. Aku bahkan tidak bisa menduga bagaimana perasaan si penerima surat saat ini. Hmm ... mungkin dia sedang paranoid karena teror yang dikirimkan padanya.

"Mia," panggil Kira. Berhasil membuat pikiranku teralihkan. Namun seperti biasa. Ketika ada orang yang mengganggu ketika berpikir serius, emosiku menjadi tidak terkendali. Begitu juga ketika seseorang merusak suasana hatiku.

"Apa lagi sih?! Cari aja jawabannya di buku!" sergahku seraya menggebrak meja yang berada tepat di belakangku. Membuat kedua sahabatku yang duduk berdampingan terlonjak kaget. Sisi bahkan berdecak kesal karena garis yang dia buat melenceng dari perkiraan gara-gara aku yang tidak bisa mengendalikan emosi.

"M-maksudku bukan ... itu, Mia," ucap Kira sedikit tergagap. Mungkin karena efek kejutan yang kuciptakan.

"Terus apa?" tanyaku dengan nada yang belum bersahabat. Aku rasa, akan cukup lama mengembalikan suasana hatiku seperti sebelumnya.

"Temenin aku ke toilet, ya," pintanya dengan tatapan penuh harap seperti seekor anak kucing yang ingin diberi makan sekaleng sarden. Aku menghela napas.

"Bilang dong dari tadi," sahutku lalu bangkit dari kursi. Karena tidak ada guru di kelas, terpaksa aku harus memberitahu Kevin, si ketua kelas abadi. Yah, semua siswa di kelas ini memanggil Kevin begitu karena dia tidak pernah tergeser dari posisinya sejak kelas sepuluh. Aku heran, apa dia tidak bosan?

Kevin terlihat sedang berpikir keras. Terlihat jelas dari ekspresi serius serta sikapnya yang terkesan tidak mempedulikan keaadaan sekitar. Dia bahkan tampak tidak menyadari kehadiranku dan Kira yang berdiri di sampingnya. Entah apa yang sedang dia pikirkan sehingga sama sekali tidak mengacuhkan suara memekakkan telinga di sekitarnya. Padahal salah satu ciri makhluk hidup itu kan 'peka terhadap rangsangan.'

"Kevin!" panggilku. Sama sekali tidak ada respons. "Kevin!!" panggilku dengan suara yang lebih keras dari sebelumnya. Masih tidak ada respons. Perlu beberapa detik baginya untuk menoleh lalu menyadari keberadaanku dengan sebuah pekikan tertahan.

"Astaga, Kevin ngelamun, nih." Kira hanya bisa terkekeh melihat ekspresi terkejut bercampur bingung yang ditunjukkan Kevin.

"Kenapa?" tanyanya dengan nada sedatar padang rumput.

"Aku mau izin ke toilet," jawabku sedikit kesal.

"Oke cepetan ya. Jangan lama-lama," sahut Kevin seraya memegangi kepalanya seolah sedang memikirkan perubahan iklim dunia yang semakin tidak terkendali.

"Iya, nggak akan lama, kok." Aku segera menarik lengan Kira dari salah satu laki-laki keturunan dari Nabi Adam a.s. yang sangat menyebalkan itu.

Ya, aku tidak pernah percaya pada teori evolusi yang mengatakan bahwa manusia itu berasal dari kera. Itu salah satu teori paling absurd menurutku. Kenapa harus disebut teori jika belum ada bukti yang kuat bahwa setiap makhluk hidup itu berevolusi. Bukankah suatu asumsi bisa disebut teori setelah ada bukti yang kuat? Ah, kenapa aku justru memikirkan ini?

Anehnya, aku merasakan sesuatu firasat buruk sejak berjalan keluar dari kelasku. Aku tida bisa mengatai diriku esper. Tapi aku biasanya merasakan firasat semacam ini ketika ada suatu hal buruk di sekitarku.

Bukan tanpa alasan. Kali ini aku sepertinya mencium aroma sesuatu yang tidak wajar. Hmm ... yah semacam cairan mudah menguap yang seharusnya hanya ada di laboratorium dan digunakan untuk keperluan tertentu saja. Tapi namanya apa ya? Aroma ini sangat familier, tetapi aku tidak bsia mengingat namanya.

"Kira, apa kamu merasa ada yang aneh?" tanyaku pada Kira yang terlihat biasa saja.

"Hmm ... satu-satunya yang aneh di sini hanya perasaanmu saja," jawabnya santai. Aku tidak berkomentar. Mungkin ini hanya efek dari kelelahan.

Pandanganku menyapu sekeliling. Tidak ada siapapun selain aku, Kira yang sudah memasuki salah satu toilet yang kosong, dan dua orang siswi kelas sepuluh yang sepertinya sejak selesai pelajaran olahraga langsung menuju kemari. Perasaanku semakin aneh. Sekarang, aku justru mencium bau amis darah. Oh, delusi macam apa ini?

"Ayo kembali ke kelas," ajak Kira. Aku tidak merespons dan berjalan menuju kedua gadis aneh itu tanpa memperhatikan Kira yang terus mencoba mengehentikanku dengan segala cara yang ia bisa.

"Apa yang kalian lakukan di sini? Ini hampir pergantian jam," ucapku dengan nada yang kubuat mirip dengan guru BK. Kira hanya bisa menepuk dahi mendengarnya.

"Maaf, kak. Kami sedang menunggu Rosa," jawab salah satu dari mereka yang berambut sebahu. Aku tersentak kaget. Apa ini semua ada hubungannya dengan surat ancaman itu?

"Dia tidak ikut pelajaran olahraga. Kami khawatir karena akhir-akhir ini dia terlihat murung. Kami mencarinya kemana-mana. Jadi, kami pikir dia masih ada di sini," jelasnya.

Aku menunduk untuk memeriksa tali sepatuku. Namun yang kutemukan adalah sesuatu yang lain. Darah! Aku dan Kira saling berpandangan. Sepertinya kami satu pemikiran. Pasti sudah terjadi suatu hal buruk.

"Kevin selalu berkata, 'seseorang yang bisa tahu isinya sebelum membuka, itulah detektif.' Aku tahu, dia mengutip kalimat itu dari salah satu episode Detective Conan. Tapi yang terpenting, menurutmu ada apa di balik pintu ini?" tanya Kira panjang lebar dengan ekspresi tak terbaca.

"Mayat," jawabku singkat. Kira sama sekali tidak terkejut. Sepertinya pemikian kami sama, lagi. Tanpa menunggu lama, Kira mengeluarkan salah satu jurus terbaiknya untuk membuka pintu yang terkunci dari dalam hingga terdengar suara keras yang menandakan usahanya berhasil. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak terkesima.

"Rosa!" jerit kedua gadis itu. Aku segera masuk untuk memeriksanya. Dugaanku benar. Aku menoleh pada Kira lalu menggeleng lemah sebagai kode. Kira yang menyadari hal itu segera memerintahkan kedua siswi kelas sepuluh itu untuk mencari bantuan.

Aku melihat name tag yang tertera di pakaian seragamnya yang ternoda darah. Memang benar jika dialah yang bernama Rosaline. Sayang, aku tidak bisa melihat wajahnya karena si pelaku tampak tega membuat mayatnya tidak bisa dikenali. Benar-benar mengerikan bagi beberapa orang, namun tidak bagiku.

Estimasi waktunya sekitar satu jam yang lalu. Penyebab kematian kemungkinan besar karena kehabisan darah. Beberapa luka tampak menganga di beberapa area vital. Dua di bagian dada kiri, tiga di bagian perut, satu di bagian leher, serta beberapa luka sayatan di sekujur tubuh. Anehnya, luka di lehernya tampak seperti bekas gigtan binatang buas. Ah, tidak mungkin ada cheetah di sekolah ini.

Aku kembali mencium aroma aneh itu. Kali ini tercium lebih kuat lagi. Aku mencoba untuk memeriksa lebih teliti. Aroma itu ternyata berasal dari kerah baju seragam korban. Oh, astaga! Ini kan kloroform. Aku yakin, si pelaku cukup lengah hingga meninggalkan aroma zat pembius itu di sini.

Tidak salah lagi. Ini pasti  pembunuhan ruang tertutup!

*

Jangan lupa vote dan comment ya 😊

[END] High School of Mystery: Crimson CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang