Side Story: Just Be "Friend"

1.7K 173 13
                                    

Para vocalovers pasti mikir kalo judul chapter-nya mirip sama lagunya Luka. Tapi isinya nggak sama kok. Semoga aja nggak garing 😂.

Happy reading.

*

Ujian semester ganjil praktis telah berakhir. Para siswa hanya tinggal menjalani hari-hari penuh ketidakpastian sebelum pembagain raport. Agar tidak kosong, setiap sekolah biasanya mengadakan kegiatan class meeting. Seperti yang dilaksanakan oleh OSIS di sekolah ini.

"Waktu kita mengumpulkan daftar nama peserta terbatas hanya hari ini. Besok, pertandingan antarkelas sudah dimulai," papar Kevin selaku ketua kelas yang memimpin diskusi.

"Hei, Kevin. Kenapa bukan kau saja yang ikut," tanya salah seorang di kelas itu dengan tanpa antusiasme.

"Berapa kali harus aku bilang? Dokter melarangku banyak bergerak empat minggu setelah operasi. Lagian, mana bisa aku main sendirian!" sergah pemuda itu. Alasan yang benar-benar masuk akal. Belum pernah ada pertandingan futsal lima melawan satu orang.

"Kalo gitu, biar aku aja yang urus. Sebagai wakil ketua kelas, aku juga bertangggung jawab dalam masalah ini," usul Radit. "Kamu sekarang harus kumpul sama anggota OSIS yang lain juga, kan?"

"Ya udah, kalo gitu kamu aja yang catet terus kumpulin ke panitia," putus Kevin lalu pergi keluar dari kelas. Baru beberapa langkah saja, beberapa orang gadis muncul di depan matanya.

"Kevin, aku mau ikutan juga dong," kata Erlyn, gadis yang dikenal sebagai ratu gosip di kelas XII-IPA 3.

"Ya udah, sana daftarnya di Radit," sahut laki-laki itu singkat kamudian melanjutkan perjalanannya. Namun, seorang gadis kembali mendekat dengan raut wajah manja yang membuat Kevin hanya bisa menghela napas, tidak tahu harus berbuat apa. Masalahnya, dia tidak bisa meniru sikap dingin sang rival yang bisa membuat mereka menjauh.

"Anak itu, keliatan lebih bahagia sekarang," kata Sisi yang mengamatinya dari jauh. Kira yang juga memperhatikannya mengangguk.

Namun, tidak satu pun dari mereka berdua yang menyadari jika ada sepasang mata yang ikut memandang fokus pada laki-laki itu dari balik novel misteri karangan Arthur Conan Doyle dengan perasaan aneh yang membara. Perasaan yang seharusnya tak perlu ia rasakan sebagai "teman".

"Hei, Mia. Kamu mau ikut?" tawar Kira. Yang ditanyai langsung mengangguk setuju, alih-alih bertanya balik seperti biasanya. Kedua sahabatnya memandang heran. Ada yang berbeda. Sejak Kevin keluar dari rumah sakit, gadis itu tampak mengalami beberapa perubahan signifikan.

"Kok kalian malah diem?" tanya Mia karena tidak satu pun dari mereka yang tidak bergeming. Sisi sebagai orang yang pertama kali mengajak tertegun. Dengan sedikit perasaan malu, dia menarik lengan Mia keluar dari kelas.

"Oh ya, soal hubungan kamu sama Kevin, ada perubahan nggak?" tanya gadis berwajah oriental itu membuka percakapan. Mia menghela napas. Sejujurnya dia sendiri masih bingung soal itu.

"Yah, hanya teman," jawabnya singkat.

"Ehh ...! Kalian masih di friendzone?" tanya Sisi tidak percaya. "Kejadian waktu itu nggak bikin hubungan kalian berubah?" Mia tampak berpikir, sedetik kemudian mengedikkan bahu.

"Aku juga masih bingung. Tapi intinya, aku sama Kevin nggak pacaran dan nggak akan pacaran. Titik!" terangnya. Sontak, langkah Kira dan Sisi terhenti setelah mendengar itu. Yang menjadi masalah bukan isi konfirmasinya, tetapi sejak kapan mereka berdua kembali menjadi dekat sampai-sampai tidak ingin dianggap sebagai sepasang kekasih?

"Ehm, yah ... kalo itu sih terserah kalian aja. Kita nggak bisa maksa. Iya kan, Kira?" ungkap gadis berkacamata itu. Kira mengangguk setuju.

"Oh, iya. Ini udah jam sembilan apa belum?" tanya Sisi lagi. Kira tidak menjawab, hanya menunjukkan angka di jam tangan digitalnya yang menunjukkan pukul 09:40. "Astaga, kok kamu nggak bilang, sih? Pak Guru nyuruh semua ketua ekskul buat kumpul di aula jam sembilan!"

[END] High School of Mystery: Crimson CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang