File 16

1.8K 176 12
                                    

Ya sudahlah, lupakan saja. Mungkin memang bukan hal penting. Dia kan sudah biasa melakukan hal-hal aneh seperti menjadi stalker atau menyelidiki TKP secara diam-diam. Semua itu dia lakukan dengan alasan yang hampir sama, "idealisme yang terkadang menyiksa." Lebih baik aku biarkan saja dia melakukannya sesuka hati. Dia kan bisa menjaga dirinya sendiri.

Suara keras dari dering handphone memutus lamunanku. Ternyata seseorang yang ditanyai oleh Mia beberapa hari yang lalu melakukan panggilan video. Baguslah, aku bisa mengalihkan perhatianku dari Kevin yang mendadak jadi aneh. Dan kurasa, sudah saatnya mendengar petunjuk aneh dan tak masuk akal dari orang ini.

"Halo, Kira Death Note."

"Halo juga, Kaitou Kid," balasku. Mungkin tdak masalah jika dia juga kusebut dengan nama penjahat dalam anime untuk membalas perbuatannya.

"Hei, aku bukan Kaitou Kid si pencuri berlian!" protesnya dari seberang sana.

"Aku juga bukan Kira si pembunuh yang menyebut dirinya sebagai pembela keadilan!" balasku dengan nada yang hampir sama.

"Ahaha ... maaf. Aku heran, kenapa nama kita dalam jika dalam anime berubah menjadi nama penjahat kelas kakap? Padahal, sekarang kan kita jadi detektifnya.”

"Ya sudah. Kau tinggal ganti dengan nama detektifnya. Itu mudah saja, Conan-kun," sahutku tidak peduli.

“Baiklah, apa kabar, L-chan? Ergh  rasanya aneh."

"Aku baik." Aku merasa tidak apa-apa dengan nama itu. "Kenapa kau menelpon?" tanyaku to the point. Bukan karena apa-apa. Aku tahu, tujuannya adalah ingin mengetahui perkembangan penyelidikan kami. Tapi, aku heran kenapa dia tiba-tiba menelpon setelah mengatakan jika dia sedang sibuk belajar agar bisa masuk University of Tokyo?

"Kupikir kau sudah tahu, L-chan. Aku ingin tahu, bagaimana dengan penyelidikan kalian. Aku tahu kalian hebat, tapi setidaknya izinkan anak kecil ini ikut dalam penyelidikan kalian secara tidak langsung.”

"Anak kecil?" tanyaku heran.

"Ya, aku kan Conan. Ayo L-chan," jelaskan. Dia benar-benar berkata begitu dengan gaya seperti anak kecil yang masih polos. Tanpa menunggu lama, aku menjelaskan detail-detail kejadiannya tanpa terkecuali. Termasuk tentang luka di leher korban dan surat-surat anonim itu. Aku sudah tidak tahan melihat wajah innocent yang justru membuatnya terlihat aneh.

"Menurutku, pelakunya pasti orang dalam," ucapku setelah Kaitou merasa cukup dengan informasi yang aku berikan.

"Kau benar. Pelakunya pasti orang yang tahu persis keadaan sekolah saat itu. Sebaiknya hati-hati pada orang yang terlalu terbuka atau terlalu tertutup pada kalian. Bisa jadi saalah satu dari mereka adalah pelakunya," jelasnya.

"Kenapa kau berpikir begitu?" tanyaku.

"Yah, sederhana saja. Pelaku kriminal mana pun pasti tidak ingin kejahatannya diketahui, kan? Karena itu, kemungkinan mereka akan menjadi sangat tertutup. Sebaliknya, dengan bersikap sangat terbuka bisa membuat mereka lolos dari kecurigaan," jelas Kaitou lagi. Aku hanya mengangguk paham, walaupun aku tidak terlalu mengerti.

"Lalu tentang luka di leher korban, apa kau tidak berpikir tentang sesuatu?"

"Seperti apa bentuk lukanya?"

"Kan sudah aku bilang. Bentuknya seperti bekas gigitan."

"Apa?! Apa mungkin di sekolahmu ada drakula atau makhluk penghisap darah lain?"

"Berapa kali aku harus bilang? Hantu itu tidak ada. Lagipula, kalau pelakunya memang hantu, kenapa dia membiarkan darah korban berceceran di TKP. Kenapa dia tidak menghisapnya sampai habis?"

[END] High School of Mystery: Crimson CaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang