♥♥♥
♥♥♥
Crak Pair, OOC, Lubang Plot dimana-mana, Miss Ty merajalela, Tanpa Edit. Penceritaan ngebut.
♥♥♥
♥♥♥
"Wei Huan?"
Huan merasa bingung ketika sang Hanguang Jun memanggilnya dengan nama keluarga ibunya. "Anda mengenal saya?"
"Kau... putra Wei Ying."
Bahkan ayahnya tidak pernah mengatakan siapa ibunya. Ia hanya mendengarnya dari sang jenderal hantu, paman Wen Ning yang menceritakan semua kebenaran kepadanya. Bagaimana ibunya berjuang menanggung malu dan dosa karena mengandung anak dari suami kakak perempuannya, bagaimana menderitanya ibunya ketika melahirkan dirinya. Namun Hanguang Jun tanpa keraguan memanggil nama lahir ibunya? Sedekat apa Lan Wangji ini dengan ibunya?
"Anda mengenal ibu saya?" mata Huan berbinar penuh pengharapan. Bagaimana pun ia belum pernah bertemu dengan orang yang tidak memandang rendah ibunya.
Ditanya dengan tatapan polos seperti itu membuat Lan Wangji menjadi sedih. Bagaimana ia tidak pernah melupakan hubungannya dengan Wei Wuxian. Mereka hampir menikah! Jikalau ia tidak terkurung pasti ia akan melindungi Wei Wuxian. Ia terlalu mencintai Wei Wuxian bahkan jika orang tersebut mengandung benih pria lain, Lan Wangji akan tetap mencintainya dengan tulus.
"Warna bola matamu sama dengan warna bola mata Wei Ying."
Huan hendak menanyakan pertanyaan lain ketika mendengar dan melihat kembang api lambang sekte Jiang menyala di atas atap hutan. Itu pasti tanda yang dinyalakan oleh Jin Ling! Entah apa yang terjadi pada adiknya tersebut tetapi sudah pasti Jin Ling mengalami sedikit kesulitan. Huan memberi hormat pada Lan Wangji sekali lagi sebelum beranjak ke arah kembang api ditembakkan.
Menatap punggung anak muda tersebut membuat perasaan Lan Wangji berkecamuk. Ia seperti melihat sosok Wei Wuxian yang perlahan-lahan meninggalkannya seorang diri di dunia ini.
♥♥♥
Itu adalah sebuah kekacauan. Sebuah patung raksasa mengamuk di tengah kobaran api, menyerang Jin Ling. Para kultivator asing yang berusaha menaklukkan patung tersebut, serta para murid dari sekte Gusu Lan yang juga kepayahan menghadapi amukan patung tersebut.
Huan hendakmenarik Suibian namun urung ketika retina matanya menangkap sosok sang sang paman tengah memainkan sebuah seruling. Seingatnya paman kecilnya tidak pernah mempelajari alat musik apapun. Dengan terpakau Huan melihat paman Ning muncul dan teriakan para kultivator yang dengan penuh nafsu berniat menangkap sang jenderal hantu.
Terlepas dari kekacauan yang terjadi, Huan hanya terdiam seolah-olah kakinya sudah tertancap di atas tanah tanpa bisa digerakan sedikit pun. Huan melihat bagaimana paman Ningnya memotong lengan patung besar tersebut dan lengan iblis tersebut diamankan oleh junior sekte Lan.
Ketika Huan tersadar dari lamunannya zidian telah pelecut dan memukul pinggang paman kecilnya. Tanpa pikir panjang Huan berlari ke arah sang paman ketika sekali lagi zidian melecut ke arah Mo Xuanyu. Huan menangkis lecutan zidian menggunakan suibian yang masih tersarung pada sarung pedangnya. Huan sudah biasa dipandang rendah oleh orang-orang tetapi ia tidak pernah bisa menerima ditatap pandangan sedih penuh kerinduan oleh pemimpin Jiang.
Membantu sang paman kecil berdiri, kemudian menopangnya. "Paman tidak apa-apa? Kenapa paman bisa berada di tempat ini? Ayo! Aku akan mengantar pulang, Paman!"
♥♥♥
Ketika keduanya sampai di rumah keluarga Mo, Huan baru tahu bahwa keluarga paman kecilnya dibantai oleh lengan iblis. Para pelayan ketakutan. Tetapi Huan tidak terlalu memusingkan hal tersebut. Ia sama sekali kurang akrab dengan keluarga paman kecilnya, sehingga setelah meminta pelayan memasak makanan untuk paman kecilnya, Huan memilih menemani paman kecilnya.
"Paman..."
"Anak muda, maafkan aku. Tetapi aku bukan pamanmu." Ucap Mo Xuanyu. "Pamanmu mengorbankan tubuhnya dan memanggil rohku untuk kembali tanpa mengatakan permintaannya."
Huan mengerutkan alisnya. Tidak memahami apa yang paman kecilnya katakan.
"Katakan siapa namamu?"
"Huan...."
Mendengar nama tersebut membuat Mo Xuanyu memegangi kepalanya yang berdenyut-denyut, kilas kenangan membuat matanya seolah-olah membuta untuk sesaat.
"Kau adalah calon suami Shijieku! Hentikan kegilaan dalam pikiranmu dan biarkan aku pergi!"
"Lepaskan! Enyah dariku! Kau adalah calon suami kakakku! Aku sudah bertunangan dengan Hanguang Jun! Hentikan! Lepaskan aku! Jin Zixuan!"
"Aku ingin mendengar suara desahanmu tetapi kau sedikit brutal lagi liar. harus dijinakkan dulu!"
"Tuan Muda Wei sering muntah darah setelah melahirkan A Huan."
"Wen Ning!" bentak Wei Wuxian. Suaranya terlalu nyaring hingga bayi Wei Huan menangis semakin kencang. "Ambil A Huan!"
"Aku tidak akan minta maaf atas semua yang sudah menimpaku. Tetapi... Yang aku sesalkan adalah membuat kakak terluka. Tolong jaga kakak...." ucapnya.
"Kau sudah membuat kakak sedih! Orang tidak tahu balas budi sepertimu tidak pantas hidup." ucap Jiang Cheng dengan dingin.
Wei Wuxian diam saja dan menerima saat Sandu merobek perutnya. Darah mengalir sangat banyak bukan hanya dari lukanya melainkan dari mulut dan hidungnya juga. Sebelum jatuh ia sempat mendengar jerit tangis putranya
"Kau..." Mo Xuanyu menangis dalam diam. Kedua tangannya terjulur untuk menyentuh bahu, wajah dan lengan putra Jin Zixuan tersebut sebelum memeluknya erat. Menangis sembari memeluk Huan dengan erat seolah-olah mereka sudah lama tidak bertemu.
"Pam... Ibu...?" lirih Huan. Meskipun tubuh yang memeluknya adalah tubuh pamannya namun rasanya sangat berbeda.
Kedua orang tersebut berpelukan seolah-olah dengan begitu keduanya memahami perasaan masing-masing.
Pintu digeser, pelayan masuk membawa makanan kemudian pergi. Dari dalam ruangan yang sunyi Huan bisa melihat sosok paman Ning yang berdiri diam dalam kegelapan dari jendela yang dibiarkan terbuka.
Tentu saja, bagi paman Ning ibunya adalah majikan. Jika ibunya memiliki tubuh paman kecilnya berarti paman Ning akan mengikutinya juga.
"Ibu... jika paman kecil memberikan tubuhnya kepadamu apa yang terjadi pada paman kecil?" meskipun Huan sudah memahami jawabannya tetapi menghadapi kenyataan bahwa ia tidak lagi memiliki paman kecil membuatnya sedih.
"Xiao Huan..." ada kesedihan didalam mata Mo Xuanyu. Kenapa putranya sangat mirip dengan pria brengsek itu? Apakah putranya tumbuh dengan kasih sayang atau tidak? Banyak hal yang ia pertanyakan namun tidak memerlukan jawaban karena buktinya berada di depan matanya sendiri. "Apakah kau mau menanggalkan atribut sekti Jin dan hidup mengembara bersama ibumu ini?"
Tanpa keraguan pemuda itu mengangguk.
♥♥♥
Di lain tempat pertemuan tiga pria dewasa membawa aura tersendiri di sekitar mereka, Lan Wangji, Jiang Cheng dan Jin Zixuan. Teman lama yang tidak terasa seperti teman. Musuh yang tidak nampak seperti musuh....
♥♥♥
Sunday, September 15, 2019
7:30:01 AM