Ada luka yang terselip di senyummu. Ada sepi yang menghinggapi ragamu. Lalu, ada tawa mati yang kau jadikan instrumen menyayat pada dadaku. Bagaimana bisa kau menyembunyikan sesuatu hal yang telah menggerogoti tubuhmu hingga usang? Bagaimana bisa senyum masih saja terukir begitu manis di wajahmu? Entah apa yang telah engkau racik pada ragamu, hingga sehancur apapun dirimu. Fisikmu tetap berinteraksi dengan begitu palsu. Menghipnotis siapapun yang menatap dirimu, jika kau tampak sangat baik-baik saja dan tidak memiliki sebuah beban. Meskipun, akhirnya kau mati dilahap palsu yang berteman baik dengan sunyi.