Aku sedang berlari, begitu kencang hingga tubuhku tersungkur dan bergelinding. Banyak luka yangku dapati, banyak darah yang berceceran, banyak ringisan yangku tahan. Aku tak menangis seperti banyak orang, aku tak mengeluh seperti banyak orang. Aku hanya menghela lalu tertawa sekencang mungkin. Seperti orang gila tapi memiliki otak waras. Nadiku berdetak dengan keras, seolah berteriak jika aku manusia yang paling tolol. Hei, aku ingin berlari sendari dulu. Aku ingin beranjak sendari kemarin. Namun, ketika aku menapak beberapa langkah, aku tersungkur dan menemukan luka yang lebih menyakitkan. Sadarlah aku, sebanyak apapun aku meraih tawa. Tetap saja tawa mati yang akan hinggap. Sebanyak apapun aku mencoba bangkit, tetap saja aku tak diperbolehkan hingga aku jatuh tersungkur. Sudahlah, aku malas, aku telah mati rasa. Aku sudah letih bersyair. Aku sudah malas berpuisi. Aku sudah malas bersajak. Sekarang, aku hanya ingin merenung lalu tertawa. Seolah gila. Aku ingin menyerah saja. Sudahlah sudah. Sebanyak apapun sajakku, tidak ada satupun yang akan tahu. Lukaku telah sebanyak apa sehingga meronggot. Ketahui saja, sebantar lagi aku akan menyerah pada hidup.