☄ Nyanyian Hujan dan Lagu Pengantar Tidur

19 6 1
                                    


Rintik hujan masih sayup terdengar diluar, udara dingin memaksa menelusup masuk menusuk, malam belum terlalu larut tapi suasana begitu hening, hujan memang membuat semesta seolah muram

Orang-orang malas keluar rumah dan lebih memilih meringkuk dibawah selimut tebal mereka, begitu juga yang dilakukan Tara malam itu setelah memasukkan buku ke dalam tas sekolah, dia meringkuk di kasur dengan selimut tebal yang membungkus tubuhnya hingga dia terlihat seperti kepompong yang berguling kesana kemari dan membuat sprei kasurnya berantakan.

Malam belum terlaru larut untuk Tara pergi tidur sehingga yang dilakukan Tara sejak tadi hanya memandang langit-langit kamarnya dengan iringan suara kodok di halaman rumah yang bersahut sahutan.

Bosan dengan itu Tara beranjak menuju jendela kamarnya dan membukanya sehingga aroma tanah bercampur air hujan masuk menyeruak memenuhi kamar itu.

Entah apa yang dipikirkannya saat tiba-tiba dia meraih ponselnya dan menelepon seseorang di seberang sana. Tak menunggu waktu lama untuknya menunggu teleponnya diangkat.

“Ngapain telfon gua, kangen ya?”
Suara berat Erik terdengar menyapa pendengaran Tara yang kini menatap bunga-bunga yang tumbuh subur di halaman rumahnya.

“Najis, narsis banget lo jadi orang.” Tara menghela napas lelah “Gue sendirian di rumah.” sambungnya,

“Nyokap lo belum pulang?”

“Ya kalo udah pulang itu berarti gue gak sendirian sekarang.”

“Siapa bilang lo sendirian, siapa tahu di pojok kamar lo ada seseorang?”

“ERIK!” Tara berteriak dan langsung menatap sekeliling kamarnya, menutup jendela dan langsung masuk ke selimut, napasnya memburu “Setan lo ya.”

Erik tertawa keras-keras, membayangkan wajah parno Tara yang pasti sangat lucu. Sudah jadi rahasia umum untuk orang yang mengenal Tara bahwa cewek itu sangat penakut.

“Gak usah sebut-sebut setan, disamperin baru tahu rasa lo.” Ucapan Erik semakin membuat Tara ketakutan, ditambah sekarang hujan mulai turun lagi diiringi petir yang menyambar.

“Gak lucu Rik sumpah.”

“Penakut banget sih jadi orang.” Diseberang sana Erik masih mencibir

“Tanggung jawab lo, gue takut nih sekarang.”

“Ya tidur aja kalo gitu.”

“Kalo takut, gue gak bakal bisa tidur.” Erik terdiam, sedikit merasa bersalah pada Tara.

“Yaudah lo sekarang tidur—“

“Gue bilang gue gabisa tidur Erik.” Tara memotong ucapan Erik

“Jangan dipotong dulu Ra.” Erik menghela napas

“O—Oke,”

“Sekarang lo siap-siap tidur, nanti gue nyanyiin.”

“Lo pikir gue anak TK hah?!”

“Ya biar lo gak ngerasa sendirian, ntar gue nyanyiin sampai lo tidur, jadi kayak ada gue disamping lo.”

“Ini lo gak lagi nge gombal kan?”

“Ye dugong, lagian gak guna gue gombalin lo.”

“Sok banget jadi orang.” Tara mencibir

“Mau gak nih, mumpung gue lagi baik hati.”

Tara berpikir sejenak kemudian memutuskan untuk menurut, dia langsung berbaring mencari posisi ternyaman bersiap untuk tidur.

That Should be MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang