Sesampainya di sekolah Erik dan Tara berpapasan dengan Andre di parkiran, Tara berjalan mendahului Erik menghampiri Andre yang berdiri tak terlalu jauh dari tenpat mereka sekarang berdiri“Ndre, gue minta maaf soal kemaren.” tanpa basa-basi, Tara yang tiba-tiba muncul dibelakang Andre berucap minta maaf
Andre yang baru saja melepas helmnya terkejut kedatangan Tara juga Erik yang tiba-tiba dibelakangnya
Andre mengedikkan bahu dan tersenyum tipis “Santai aja, lagian emang si Indira kebiasaan bikin rusuh.”
Tara tersenyum lega mendengar penuturan Andre, setidaknya dia tidak lagi merasa bersalah.
“Tapi lo gak apa-apa?” Andre bertanya pada Tara mengingat ucapan pedas Indira di cafe kemarin
“Gak apa-apa dia mah, hatinya kan kek baja.” Erik menjawab, menginterupsi percakapan keduanya Tara memelototkan matanya, menatap Erik garang “Omongan lo isinya ampas semua sumpah.”
Andre yang melihat perdebatan Erik dan Tara hanya tersenyum simpul, Erik meninggalkan Tara kemudian mengalungkan tangannya ke leher Andre dan menyeretnya menuju kelas, tak menghiraukan Tara yang dia tinggal sendirian dibelakang
“Lepas woi, Jijik gue.” Andre melepaskan paksa lengan Erik di pundaknya saat mereka sampai di koridor kelas
Andre menatap Erik serius “Gue gak yakin kalau selama lo temenan sama Tara lo gak punya perasaan apa-apa ke dia.”
Erik yang mengerti ke arah mana pembicaraan Andre memutuskan untuk menghindar sebelum langkahnya kembali ditahan oleh Andre, Erik menghela napas lelah
“Udah dibilang gue gak mungkin naksir sama Tara, gue sama dia tuh temen udah itu aja.” Erik menjawab tapi entah kenapa ada sedikit keraguan di hatinya
“Yakin?” Andre menaik turunkan alisnya menggoda, entah kenapa membuat Erik kembali ragu dengan jawabannya
“Selama ini gue selalu berusaha selalu ada buat dia, ngelindungin dia, ya biasa aja, hubungan kita sejauh ini juga gini-gini aja.”
Andre tersenyum tipis “Yakin hati lo cuma nganggep Tara sebatas teman, kalau suatu saat dia pacaran sama orang lain gimana, yakin hati lo bakal gak apa-apa?”
Erik kembali tertegun mendengar perkataan Andre, dia kembali teringat perkataan Tara yang menyukai Elang saat mereka di minimarket kemarin. Melihat Erik yang terdiam kembali membuat Andre tersenyum, dia semakin yakin bahwa sebenarnya temannya ini memendam sesuatu pada Tara, hanya saja dia tidak menyadarinya atau tidak mau menyadarinya? Dengan dalih mereka sudah bersahabat begitu lama, tidak mau merusak hubungan persahabatan itu hanya karena remeh temeh rasa suka, padahal Andre yakin kalau Erik suatu saat akan menyesal jika Tara lebih dulu jatuh hati pada orang lain.
Andre menatap Erik serius, menepuk sekilas pundaknya “bro, kita tuh cowok, kita yang harus bertindak lebih dulu dalam segala hal, kalaupun Tara lebih suka dulu sama lo dia gak bakal ngungkapin perasaannya sampai kapanpun sebelum lo nyatain ke dia.”
“Halah, lo mah teori doang pinter giliran praktek?” Erik tersenyum meremehkan
“Seenggaknya gue pernah usaha buat dapetin Anggun, soal diterima apa nggak itu hak dia, dan juga perasaan gue ke dia itu urusan gue kalaupun dia gak balik suka ke gue yaudah itu urusannya dia.”
Anggun adalah cewek kelas sepuluh yang ditaksir Andre sejak awal penerimaan murid baru tahun lalu, dan pernah suatu hari Andre menyatakan perasaannya tapi ditolak.
Andre masih menepuk-nepuk pundak Erik “Yang paling penting dari itu semua adalah lo harus sadar sama perasaan lo dulu, hati lo nyiapin tempat buat siapa?”
KAMU SEDANG MEMBACA
That Should be Me
Teen Fiction"Mau kemana?" Erik menahan tangan Tara dan menggenggamnya erat sebelum gadis itu melangkah keluar "Mau balik ke kahyangan" jawab Tara Sambil menjulurkan lidah dan raut muka mengejek "Haha lucu" Erik berkata sinis tapi tetap menggenggam tangan itu e...