☄Sebuah Rasa

15 4 2
                                    


Suasana kantin cukup ramai saat Elang dan Tara sampai disana, mereka langsung menuju satu-satunya meja yang terisisa di sebelah jendela yang menghadap ke lapangan basket, setelah masing-masing membawa segelas es jeruk ditangannya.

“Itu Erik temen lo yang kemarin?” Elang bertanya setelah menatap cowok berperawakan tinggi yang kini sedang sibuk berlari merebut bola basket.

Tara mengikuti arah pandang Elang, menatap ke tengah lapangan disana Erik dengan pakaian olahraga yang Tara yakini sudah basah dengan keringat.

Tara mengangguk menatap Elang, dan balik bertanya “Kenapa?”

Elang tersenyum “Gue gak nyangka aja, kalau lo ternyata temenan sama kapten basket yang terkenal di sekolah .”

“Gue juga gak nyangka bisa temenan sama tuh anak.”

“Udah berapa lama kalian temenan?” Elang kembali bertanya

“Sejak gue umur tujuh tahun, buset udah lama juga gue bareng sama tuh anak.” Tara berdecak kagum

Elang memandang Tara “Kalian beneran cuma temenan?”

Dahi Tara berkerut “Maksudnya?”

“Ya kayak, lo sama Erik gak ada hubungan lebih dari temen gitu?”

Mendengar perkataan Elang, Tara langsung menatap Erik di lapangan basket yang kini sedang tertawa lepas dengan temannya setelah melakukan high five karena berhasil mencetak poin.

“Gue sama Erik cuma temenan.”

“Gue dulu juga pernah punya temen deket sewaktu gue kecil.” Elang berkata, kini kedua mata Elang berubah menjadi sendu

“Cowok apa cewek? sejak kapan kalian temenan? sekarang sekolah dimana dia?” Tara menatap Elang antusias

Elang terkekeh mendengar rentetan pertanyaan yang keluar dari mulut cewek didepannya ini “Namanya Anggia, gue biasa panggil dia Gia.”

“Terus dimana dia sekarang, kalian masih sering ketemu?”

“Lupain aja deh.” Elang tersenyum menolak menjawab pertanyaan Tara, dia justru mengeluarkan gelang dari saku celananya dan menyerahkannya pada Tara “Ini gelang lo, tenang udah gue jagain.”

Tara menerima gelang itu dengan tersenyum lebar, melupakan rasa penasaran pada cewek bernama Anggia ini “Makasih.”

Tara tersenyum memandang gelang itu “ini gelang dari almarhum Ayah tiap gue pakai gelang ini gue ngerasa beliau selalu di sisi gue.”

Melihat Tara tersenyum membuat Elang ikut tersenyum dalam diam, tak lama kemudian bel masuk berbunyi dan membuat mereka bergegas menuju kelas.

“Dari mana aja lo tadi?” Arin bertanya pada Tara saat Tara baru saja duduk di bangkunya

“Dari kantor, gue didaftarin lomba olimpiade bahasa inggris sama miss Aura.” Tara bercerita pada Arin dengan mata berbinar dan menunjukkan brosur dari sakunya.

Arin membaca brosur itu sekilas dan memandang Tara dengan senang “Beneran?”

Tara mengangguk antusias dan tersenyum lebar

“Gue gak mau tahu pokoknya lo harus menang.” Arin mengepalkan tangannya pada Tara memberinya semangat

“Dan lo tahu tadi di kantor gue juga ketemu sama Elang.” Tara berbicara dengan sedikit berbisik dengan tetap menunjukkan senyumnya

“Kok bisa?”

“Dia juga bakal ikut lomba olimpiade matematika di acara yang sama.” Arin melebarkan kedua matanya menatap Tara antusias, dia tahu perihal Tara yang menyukai Elang sejak dulu

That Should be MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang