☄The Truth

18 4 0
                                    


“Rik ini acaranya disini?”

Tara bertanya pada Erik dengan memandang cafe didepannya yang ramai dipenuhi sekumpulan anak muda.

Erik berdecak sambil melepaskan helm Tara “Jangan norak.”

“Ini temen lo abis ngerampok bank atau gimana?”

“Pas mulung kemaren dia nemu tas isinya bongkahan emas, sama sertifikat tanah katanya.” Erik menjawab cuek sementara tangannya sibuk merapikan rambutnya yang berantakan.

Tara melebarkan matanya memandang Erik “Masa!?”

Erik terkekeh “Ya enggak lah.”

Tara berdecak, memandang wajahnya ke kaca spion motor Erik “Gue buluk gini.”

Erik mengalungkan lengannya pada leher Tara menyeretnya masuk “Tiap hari juga buluk.”

Saat mereka masuk, disana sudah ramai dengan teman-teman Erik yang berkumpul, kebanyakan dari mereka membawa pacar mereka masing-masing. Tara hanya mengikuti Erik yang kini berjalan menghampiri Andre,

“Gue kira lo gak jadi datang.” Ucap Andre sambil menepuk pundak Erik

“Sorry tadi nungguin nih mak lampir lama banget.” Erik menunjuk Tara dengan gerakan mata yang dibalas dengan cubitan di lengannya yang membuat Erik meringis kesakitan.

Andre tertawa dan memandang Tara “Lo Tara kan?” Tara menaikkan kedua alisnya, terkejut ternyata Andre mengenalnya

“Iya, kok lo tahu nama gue?”

“Semua temannya Erik pasti pernah denger nama lo dari Erik, dia tuh sering nyeritain lo pas kita lagi kumpul.”

Tara hanya tersenyum canggung mendengar ucapan Andre, kini dia menatap Erik yang kini pura-pura tidak mendengar apapun.

“Lo nyeritain apa aja ke temen-temen lo itu, pasti yang buruk-buruk iya kan!”

“Hai Rik!” seorang cewek cantik mendatangi Erik juga Tara, mengenakan seragam sekolah tapi dengan rok yang lebih pendek dari kebanyakan murid dan juga make up yang menurut Tara terlalu tebal kedatangannya adalah hal yang menginterupsi percakapan Tara juga Erik,

melihatnya Tara tak tahan untuk tak mendengus, Erik menanggapi sapaan Indira dengan tersenyum “Lo disini juga?”

Indira mengeluarkan senyumnya “Gue diundang sama Andre kemarin, harusnya lo jemput gue tadi biar kita bisa berangkat barengan.” Ucap Indira mulai berlagak centil membuat Tara kembali mendengus dan menatap tidak suka dengan cara Indira menatap Erik yang seperti itu, Tara akui Indira adalah cewek yang cantik dan menarik, dia juga murid populer di sekolah dengan jabatannya sebagai ketua cheerleader, tapi Tara tetap tidak suka jika Indira mengincar Erik.

Sebentar, Tapi mengapa Tara harus terganggu jika ada cewek yang berusaha mendekati Erik?

Erik menoleh pada Tara dan menatapnya “Gue pengennya ngajakin Tara.”

Tara menoleh dan tersenyum pada Indira, Indira hanya menatapnya sesaat dengan tatapan meremehkan “Lo kenapa sih nempelin Erik mulu, heran gue.”

Indira bersedekap menatap Tara jengah Tara tertawa sumbang “Eh, yang ada Erik nih yang ngintilin gue mulu dari dulu.”

“Kasihan Erik, punya temen bentukannya kek lo gini.”

“Kasihan ya lo ngejar-ngejar Erik dari dulu tapi Erik gak pernah respon.” Tara melawan dan menatap Indira yang kini wajahnya memerah

“Jaga omongan lo!” Indira meninggikan intonasi bicaranya “mentang-mentang lo temennya Erik terus lo ngomong seenaknya gitu, ngaca dong lo harusnya lo itu gak pantes deket-deket sama Erik”

That Should be MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang