Ternyata terlalu bersemangat hingga memaksakan diri secara kelewat sadis bisa berakibat parah bagi tubuh. Bekerja siang malam tanpa istirahat yang cukup selama tiga bulan ini, ditambah kebanyakan makan makanan yang tidak memenuhi kebutuhan gizi membuat Mai jatuh sakit.
"Misaki!"
Yang terakhir diingat Mai adalah wajah panik sang manager lalu benturan keras dikepala sebelum langit-langit kantor runtuh dalam pandangannya.
Kamar 402. Nomor ranjang 424. Nama pasien, Misaki Mai. Anemia.
Sudah dua hari Mai berada dalam ruangan itu, sendirian dan terasing di tengah-tengah pasien lain. Tidak ada yang mengunjunginya. Wajar mengingat dia tidak punya keluarga di kota besar itu. Teman pun tidak banyak. Rekan-rekan kantornya terlalu sibuk, apalagi dengan proyek pembangunan salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Tokyo yang akan segera selesai, banyak hal yang perlu mereka persiapkan.
"Aaah... Bosannya..." Keluh Mai.
Mai baru boleh pulang lusa, padahal besok masa percobaan penggunaan aplikasi sistem kontroler buatannya selesai.
"Omong-omong, dimana ponselku?" Mai memanggil perawat dan menanyakan barang bawaannya.
Saat layar ponselnya menyala, beragam pesan langsung menyerbu masuk. Dia melewatkan semua itu dan langsung mengecek aplikasi e-Motion. Aplikasi itu masih berjalan seperti yang seharusnya. Ternyata gangguan yang kemarin pun sudah teratasi sepenuhnya.
"Lho?" Tiba-tiba layar ponsel Mai mati.
Mai mengambil charger lalu menyambungkannya dengan ponsel, ternyata batreinya masih lebih dari cukup. Saat menekan tombol home, layar kembali menyala seperti biasa. Mai membuka lagi aplikasi e-Motion. Layar kembali mati.
"Apa-apaan..."
Satu pesan masuk ke ponsel Mai. Pengirim : Kururugi. Misaki, ini gawat! e-Motion tidak bisa dioperasikan! Data-data kami hilang permanen, bagaimana aku bisa mengerjakan pekerjaanku sekarang?
Panggilan masuk menggetarkan ponsel ditangannya. Nomor tak terdaftar di daftar kontak Mai. Ragu-ragu dia mendekatkan ponsel ke telinga setelah menggeser tanda terima.
"Misaki Mai?"
Mai terkejut mendengar suara Natanial. "Mr.Rutter?"
"Ya, ini saya. Ehmm.. Bagaimana kabarmu?"
"Tidak begitu baik," Jawab Mai.
"Tidak ada yang cukup peduli untuk sekedar menjengukku sebentar." Kata Mai lagi dengan penuh penekanan.
Si penelpon terdiam beberapa saat sebelum berkata, "Misaki, dengarkan baik-baik. Sepertinya ada gangguan parah pada e-Motion."
Mai terdiam. Natanial menunggu reaksi Mai. "Misaki? Kamu dengar?"
"Apa.. apa maksudnya ada gangguan?" Tanya Mai sambil tertawa canggung.
"Tidak seorang pun di kantor bisa membukanya saat ini. Saya juga sudah menyadarinya sejak kemarin, tapi saya pikir mungkin masalahnya ada pada ponsel saya, karena beberepa karyawan masih bisa membuka aplikasi ini kemarin,"
"Tapi hari ini aplikasi itu tidak bisa dioperasikan. Tolong jangan terlalu cemas, kamu masih butuh istirahat, kan? Tapi saya hanya ingin bertanya, apakah ini hal serius?"
Tangan Mai bergetar. Komputernya! "Aku akan segera kesana-"
"Jangan." Natanial membantah dengan tegas. "Kamu hanya perlu istirahat sekarang."
"Tapi e-Motion adalah tanggung jawabku!"
"Dan tanggung jawab saya juga."
Mai menekan pelipisnya yang berdenyut pelan. "Apa yang harus aku lakukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gray
Short StoryNatanial Rutter adalah pria baik-baik, cerdas, dan tampan maksimal. Misaki Mai mengakui nomor dua dan tiga fakta tak terbantahkan itu. Tapi... Pria baik-baik? Mai memberengut. Belum pernah dia temukan satu pun perlakuan baik dari pria itu sejak pert...