#2 Misaki Mai

57 8 3
                                    

Misaki Mai memiliki pesona yang bisa dibilang buram dan timbul-tenggelam. Hari itu setelah makan siang usai, Mai mengetuk pintu ruangan Natanial.

"Kamu sudah siap?"

Untuk menikah denganmu, "Ya!!" Jawab Mai antusias.

"Baiklah kalau-"

Natanial menyadari bagaimana penampilan gadis itu. Tidak ada peraturan khusus tentang cara berpakaian di perusahaan ini, apapun bisa mereka kenakan selama mereka nyaman, sopan dan tidak mengganggu pekerjaan diperbolehkan. Walau demikian kebanyakan karyawan memilih pakaian semi-formal. Kameja. Bahkan beberapa berpakaian sangat rapi sama seperti Natanial sendiri.

Tapi berbeda dengan Misaki Mai. Setelah diingat-ingat, saat pertama kali bertemu dengan Nata pun, gadis itu tidak mengenakan kameja atau pakaian yang menggambarkan statusnya sebagai pekerja. Dan hari ini pun sama, Mai hanya mengenakan kaos kebesaran yang seakan menelannya hidup-hidup, dipadu dengan celana training hitam dan sendal hotel tipis di kakinya.

"Bisa tidak, datanglah ke kantor sebagai karyawan, jangan pakai pakaian tidurmu disini."

Mai menggaruk kepalanya. "Aku tidak punya pakaian-pakaian seperti itu. Lagi pula di sektor elektronik kami semua mengenakan pakaian seperti ini. Lebih nyaman."

Nata tidak sedang dalam mood untuk membantah gadis itu. "Terserahlah."

***

Pertemuan yang dibicarakan Nata ternyata tidak seperti yang Mai bayangkan. Dia pikir pertemuan dengan CEO dan pejabat-pejabat penting perusahaan akan sama membosankannya dengan rapat, namun kenyataannya pertemuan itu lebih seperti acara minum teh bersama.

Sebelumnya Mai telah diperkenalkan oleh Natanial kepada para pejabat itu, dia lalu mempersilahkan Mai untuk menjelaskan aplikasi software yang dia buat. Setelah itu CEO mengungkapkan beberapa ide yang terlintas dalam benaknya saat mendengar penjelasan Mai.

"Aku suka. Tapi, sasarannya jangan dibatasi hanya kepada karyawan yang membentuk tim. Aku menganjurkan untuk membuatnya sebagai sistem kontroler perusahaan."

"Sistem kontroler?"

"Tapi, itu artinya pemegang jabatan pun harus memiliki aplikasi ini."

"Memang terdengar menyeramkan, ya? Bekerja dengan sangat transparan seperti itu, tapi keuntungannya pun tidak main-main." Ucap CEO.

"Bagaimana dengan sistem keamanannya? Bisa jadi rahasia yang seharusnya hanya sebatas pemegang jabatan pun diketahui karyawan biasa."

"Kalau itu, kita serahkan saja pada pembuatnya. Bagaimana?"

Seluruh mata menatap Mai.  Controller system perusahaan? Yang benar saja, ini cuma aplikasi kusioner!

"Emm.. ekhm.. Jadi.." Mai memulai sebisanya. Memutat otak untuk menjawab pertanyaan itu.

"Dengan demikian hanya hal-hal tertentu saja yang bisa kami lihat, tapi itu pun aku sendiri belum yakin bisa menciptakan sistem keamanan seperti itu."

"Kamu punya banyak waktu."

"Satu lagi, apa nama aplikasi ini?"

Mai belum tahu apa nama aplikasi sample itu. Dia hanya mencoba-coba saja saat membuatnya, dan iseng mempertontonkan sample itu di rapat beberapa waktu lalu. Pada akhirnya Natanial tertarik dengan hasil main-main gadis itu dan malah menganggapnya dengan kelewat serius.

"Aku belum menamainya. Tapi ada nama yang terpikirkan olehku, namanya e-Motion."

Sebelumnya aplikasi buatan itu hanya dijadikan sample oleh Mai sebagai kusioner elektronik demi meningkatkan kinerja karyawan, mengukur beban kerja, sekaligus menjadi pusat keluhan karyawan. Mai benar-benar memanfaatkan kemampuan ITnya dan menggabungkannya dengan sifat dasar divisi SDM.

GrayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang