Bunyi hujan deras menggemuruh di luar mobil. Wiper bergerak-gerak canggung menyeka aliran hujan di permukaan kaca dengan sia-sia. Mai memperhatikan laju kendaraan lain saat Nata menepikan mobil di tengah-tengah jembatan.
Permukaan laut di bawah sana beriak saat hujan menerjang. Entah mengapa Mai merasa kegerahan, AC mobil dan bahkan suhu di luar tidak berpengaruh. Berdua saja dengan Natanial sedekat ini ternyata bisa membakar lebih banyak kalori dari pada jogging selama tiga puluh menit. Pikir Mai.
Mai melirik Natanial, wajahnya merah sepertinya ikut merasa gerah. "Apa yang anda pikirkan? Menghajar atasan anda sendiri seperti tadi, anda benar-benar sudah salah paham, Mr.Rutter."
"Saya tidak yakin kalau itu adalah salah paham."
Secara refleks Mai terkekeh. "Hehe..." Mai tersenyum-senyum sendiri sambil melirik Natanial.
Merasa risih juga malu, Natanial melototi Mai dan bertanya apa yang lucu dari perkataannya. Pipi Mai merona merah, tapi dia merasa senang dan geli pada saat yang bersamaan. "Itu benar-benar salah paham, kok. Tapi dari reaksi anda, aku boleh kan menganggap kalau anda sedang cemburu?"
Natanial tersedak oksigen dan batuk-batuk salah tingkah. "Tolong jangan salah paham."
"Kalau begitu, jawab pertanyaanku. Kenapa anda begitu emosi tadi? Dan apa maksudnya anda telah memperingatkan Ryuu agar tidak mempermainkanku?"
Ryuu?? Lagi-lagi Mai menyebut Ryuu dengan nama depannya. "Saya tidak ingin kamu bersama dengan pria seperti dia."
Nata berterus terang kalau dia tidak ingin Mai bersama dengan pria seperti Ryuu, apalagi dengan apa yang dilakukan Ryuu tadi. Walaupun Ryuu adalah sahabat sekaligus orang yang Natanial hormati, tapi memaksa wanita seperti tadi adalah tindakan yang tidak benar.
Mai tersenyum senyum sendiri. Melihat itu Nata menjadi jengkel. Dia serius dan Mai malah menahan tawa seakan dia sedang menceritakan suatu adegan komedi. Mai mengambil kesempatan untuk menggoda nata.
"Jadi, anda cemburu?"
"Saya tidak akan mengakuinya."
***
Natanial melihat siluet Ryuu diatas sofa ruang kerjanya, dia mendorong pintu kaca lalu segera menuju meja, melewati Ryuu seakan dia tidak pernah ada disana.
Ryuu tersenyum geli melihat Natanial dalam mode ngambek yang sangat jarang ditampilkan sahabatnya itu. Tidur-tiduran di sofa Nata seperti yg selalu dia lakukan saat dia merasa penat atau karena banyak masalah yang menimpanya sudah cukup untuk meringankan beban di benaknya.
Nata masih mengacuhkan Ryuu bahkan saat jam makan siang. Ryuu mengajak Nata untuk makan diluar bersama namun diacuhkannya begitu saja.
"Oh ayolah!" Ryuu akhirnya bangkit dari sofa. "Kau serius tidak ingin bicara denganku? Padahal ada hal yang ingin kubicarakan denganmu."
"Pergilah," Kata Natanial akhirnya
Ryuu berdiri sambil memandangi ruang kerja Mai dari dalam ruangan Nata. Dalam hati dia berpikir bahwa baik Mai maupun Nata dapat saling memandangi satu sama lain. "Menyenangkan sekali..." Gumam Ryuu.
"Lho?!" Ryuu menatap kursi kosong Mai lalu menatap Natanial.
"Apa?" Tanya Nata dengan dingin.
"Apa ya... Entahlah, mungkin hanya pikiranku saja." Ucap Ryuu lalu keluar dari ruang kerja Nata dengan senyum jahilnya.
Setelah beberapa lama tetap bekerja, Nata akhirnya merasa bosan. Natanial keluar menuju pantry dan membuatkan kopi untuknya sendiri. Dia membuka lemari hendak mengambil gelas dan melihat sebuah mug keramik pink magenta dengan nama Misaki yang menarik perhatiannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/207666346-288-k379975.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gray
Short StoryNatanial Rutter adalah pria baik-baik, cerdas, dan tampan maksimal. Misaki Mai mengakui nomor dua dan tiga fakta tak terbantahkan itu. Tapi... Pria baik-baik? Mai memberengut. Belum pernah dia temukan satu pun perlakuan baik dari pria itu sejak pert...