#5 Terjebak Permainan

22 9 1
                                    

Sinar matahari perlahan mengintip dan menyoroti wajah polos Natanial yang masih berada di alam mimpi. Natanial mengerjap, tubuhnya terasa pegal dan lelah seakan telah melakukan aktivitas berat semalam. Rambut di puncak kepala Mai menggelitik dagu Natanial.

"Misaki?"

Natanial melihat gadis itu berbaring tepat dalam pelukannya. Merasa setengah terjebak dalam alam mimpi, Natanial melepas pelukannya dari tubuh Mai dan terkejut.

#Brukh!!

Natanial terjatuh ke lantai.

What the fuck?!!

Ingatan akan kejadian semalam perlahan kembali berkumpul dalam kepala Nata. Shit!

***

Natanial dan Mai kembali ke kantor malam itu. Saat Mai menyambut tangan Nata di belakang kedai, Nata tahu gadis itu sedang tidak baik-baik saja. Karena jarak kedai dan kantor begitu dekat, saat berjalan bersama, Nata terus bertanya apa yang membuat Mai menangis namun gadis itu terus bungkam.

Nata mengatakan akan mengantar Mai pulang, tapi mereka harus kembali ke kantor untuk mengambil tas Mai dan laptop Nata.

"Tunggu sebentar, aku hampir selesai," Kata Nata tanpa mengalihkan mata dari laptopnya.

Mai bosan menunggu, karena melihat Nata masih sibuk, dia pun berjalan mengelilingi ruangan. Mata Mai terpaku pada lemari es setinggi dadanya dan mendekati benda itu perlahan-lahan.

"Oke, aku selesai. Dimana aku akan-"

Dengan ketus Mai berseru, "Aku tidak akan beranjak dari sini sebelum kamu mengaku!"

Misaki Mai duduk bersila di lantai, sebuah botol sake kosong menggelinding diatas meja didepannya, dan sebuah botol lagi digenggaman Mai.

"Apa yang harus saya akui?"

Mai menggigit bibirnya dengan marah. "Kalau aplikasi itu, semua virus yang sengaja kamu beli. Kamu sengaja melakukannya kan?!"

"Apa?"

"Iya! Kamu yang melakukannya, kan? Kamu yang membuat e-Motion tidak berfungsi, dan kamu juga yang... yang memperbaikinya. Seolah-olah kamu adalah pahlawannya!"

"Kamu mabuk ya? Saya tidak mengerti apa yang kamu bicarakan!"

"Aku benci kamu! Benciiiiiii-"

Nata meraih botol sake dari tangan Mai. "Berhenti bertingkah konyol."

"Kembalikan itu padaku! Kamu senang ya mengambil sesuka hati dari bawahanmu seperti itu? Karena kamu pikir kamu punya segalanya, jadi merampas milik orang lain juga bukan masalah bagimu?!"

Nata duduk di hadapan Mai dengan emosi. "Kalau kamu menuduh saya apa kamu tidak berpikir? Kegagalanmu akan menjadi kehancuran saya. Kamu gagal. Saya ikut tamat. Mengerti?"

Mai terdiam. Dia belum sepenuhnya dikuasai alkohol. Tapi dia begitu marah, begitu sedih, begitu bingung, dan dia tidak bisa memendam perasaan itu sendiri.

"Dan soal membeli virus atau apalah itu, dari mana info itu kamu dapatkan?"

"Dari seseorang yang lebih bisa kupercaya!"

Natanial melipat tangannya dan menatap Mai dengan tajam. "Saya mau dengar selengkapnya, ceritakan."

Dibawah tatapan itu, Mai tidak bisa tidak menceritakannya. Mai pun menjelaskan semuanya kepada Natanial, walau tidak menyebutkan siapa sumber informasinya, dia menjelaskan keseluruhan kenapa dia sampai bisa menuduh Natanial.

GrayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang