Jam pelajaran telah berakhir. Lerra mengatup buku dan memasukannya segera ke dalam tas. Setelah pertemuannya di atap beberapa pesan dari Dev membuatnya sedikit lega.
Lelaki itu telah mendengarkan ancamannya sewaktu di atap. Ia menerima pesan dari Dev. Kekasihnya itu sudah punya rencana.
"Lerra, bisakah kau ikut?" tanya Hewa. Teman sebangkunya.
"Kemana?" tanyanya.
"Ke turnamen bulu tangkis di gedung pemuda. Kamu temani aku, ya?" bujuk Hewa.
"Maaf, sepertinya hari ini tidak bisa."
"Kamu sakit?" tanya Hewa, "Wajahmu akhir-akhir ini tampak pucat." Hewa meletakkan punggung tangannya ke dahi Lerra. Lalu berkata, "Tapi, kamu tidak demam."
"Baiklah. Nanti aku pergi sama Riska saja." Riska adalah adiknya Hewa.
"Semoga Juan meraih kemenangan ya, salam buat Juan. Dan maaf kali ini tidak bisa jad suporternya."
"Okay!" Kemudian mereka berpisah di koridor sekolah. Hewa berlari menuju gerbang sekolah. Siswi berambut panjang itu melambai pergi, terpontang-panting ransel dan kuncirnya saat berlari menuju gerbang sekolah. Di sana sudah ada mobil ayahnya yang menjemput.
Sementara Lerra masih berdiri di koridor melihat kepergian sahabatnya itu. Lengang sekolah karena semua sudah pergi.
Hewa adalah sahabat satu-satunya Lerra. Mereka bersahabat sejak kecil. Begitu dekat. Bahkan sudah seperti saudara bagi Lerra.
Usia Hewa yang lebih tua dua bulan membuat mereka berteman seperti saudara kembar. Mereka melakukannya bak anak kembar. Baju, tas, sepatu, alat sekolah, mereka beli dengan sama.
Tetapi, tentu saja mereka tetap berbeda. Bagaimanapun situasinya kesamaannya tentang benda-benda itu, Lerra tetaplah seorang gadis yang memiliki kepribadian yang cukup bertolak belakang dengan Hewa.
Hewa yang energik, supel dan paling cerdas di kelasnya berbeda dengan Lerra yang pendiam dan lemah lembut.
Boleh saja Hewa menyandang predikat siswa tercerdas di kelas, tetapi untuk siswa tercantik maka predikat itu dimiliki oleh gadis keturunan darah Pakistan. Lerra tidak pernah memiliki rencana menjadi cantik. Bahkan saat semua memberi julukan bunga sekolah karena hanya ia yang selalu mendapatkan juara setiap ada lomba kecantikan.
Model, duta sekolah, bahkan menjadi bintang iklan pun bisa.
Bukannya ia sombong. Memiliki paras cantik lebih sering mendapatkan cibiran karena persaingan dari teman-teman sisiwi yang iri.
Tentu saja soal kecantikannya yang membuat Lerra menjadi be most wanted of the girl.
Ia tak memiliki cara untuk tak menerima kelebihan itu. Saat semua teman siswi menjauhinya karena dianggap terlalu populer.
Hanya Hewalah teman Lerra yang setia. Kesetiaan itu sudah sejak lama, dari dasar hingga menengah bahkan Lerra tak kan bisa tanpa sekelas dengan Hewa. Kepribadian Lerra yang juga pendiam membuatnya sulit membuka jaringan pertemanan lebih luas.
Hidupnya hanya tentang rumah, sekolah, dan Hewa. Kecuali, menginjak kelas dua belas, ia mendapatkan tentang yang lain yaitu menjadi pacar Dev.
Dev adalah seorang siswa paling tampan di sekolah dan menjadi idaman semua siswi. Selain itu ia juga merupakan anak dari perusahaan Dirgantara tambang batubara di Kalimantan.
Dev tidak jauh berbeda dengan Lerra. Nasib serupalah yang membuat mereka bersatu. Dev terkenal sebagai sultan di sekolah. Hanya saja, Dev tidak dijauhi tetapi ditakuti. Semua siswa terutama anak laki-laki takut dengan anak badung satu ini. Bukan main, anak Dirgantara tambang itu memiliki dua bodyguard-nya di sekolah yang selalu menjaganya.
Namun, Dev lebih suka dengan dua sahabatnya yang lebih menyenangkan menurutnya. Sello dan Rintan.
Hal itu membuat Lerra menjadikannya sebuah kesempatan untuk menempatkan dirinya pada satu titik yang lebih berpengaruh. Dan menurutnya, itu tak merugikan.
Membuat Dev jatuh cinta kepadanya lalu menjadi pacarnya, dan ia pun akan disegani. Lebih-lebih ia ingin balas dendam terhadap teman-teman siswi yang selalu iri kepadanya.
Tak ada yang dapat melulukan hati Dev kecuali Lerra. Hanya Lerra yang mampu membuatnya mengatakan jatuh cinta.
Semua orang tahu jika Dev hanya seorang playboy yang hanya main-main dengan semua wanita para sisiwi yang mendekatinya hanya mendapatkan predikat TTM (Teman Tapi Mesra).
Namun, tidak dengan Lerra. Ia tidak mau jika Dev hanya menganggapnya TTM saja maka pada suatu hari, Dev mengungkapkan keinginannya bahwa Lerra harus menjadi pacarnya. Tidak tanggung-tanggung, ia menggunakan Sound System sekolah untuk mengatakan itu.
Sontak satu sekolah terkejut dengan pernyataan cinta Dev. Apalagi wali kelasnya yang mendengar itu langsung geram sehingga membuatnya harus berdiri di depan tiang bendera selama pelajaran berlangsung.
"Memangnya kamu pikir sekolah ini milikmu?" tanya Pak Raka. Wali kelasnya.
"Bukan, Pak," sahut Dev. Kakinya berdiri sebelah dan kedua tangannya memegang telinga.
"Kalau tau begitu, kenapa masih mengumumankan sesuatu yang tidak penting, hah?!" bentak Pak Raka.
"Memang tidak penting Pak, tapi, kan jatuh cinta tidak dilarang," tutur Dev.
"Nyela saja bisanya. Giliran belajar, hahu, hahu." Sindir Pak Raka. Kemudian guru berkumis tipis itu meninggalkan Dev sendirian.
Tak lama kemudian, datanglah Lerra. Mata Lerra hanya tertuju pada Dev. Dev menghentikan hukumannya dan membalas tatapan Lerra. Kini mereka benar-benar telah beradu pandang.
"Kamu senang sekarang? Aku melakukannya untukmu," kata Dev. Lerra masih diam.
"Apa kau sudah yakin denganku?" tanya Dev lagi.
"Kenapa harus pengumuman?" balas Lerra.
"Hanya cara itu kamu percaya."
"Dev, hukumanmu belum selesai" teguran dari Pak Raka di Sound System membuat Dev kembali mengangkat kakinya sebelah dan kedua tangannya menjijit telinga.
"Pergilah jika kamu hanya ingin marah!"
"Maukah kau memberiku tumpangan nanti saat pulang?" tanya Lerra. Mendengar pertanyaan itu yang menjurus ke permintaan membuat Dev tersenyum, begitu pun Lerra. Cinta mulai bersemi di hati keduanya, sejak itu.
Bersambung...
Klik, sebelum lanjut, klik bintang. Good day.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAFNUN
General FictionIa keluar dari ruang aborsi itu dengan wajah pucat dan pias. Tubuh kurusnya masih terbungkus dengan baju putih abu-abu. Lalu, di ruang tunggu seseorang telah menunggunya. "Aku tidak mau ini terulang kembali," ucap Dev. Lalu, mereka berpisah.