Sejak itu, Dev atau Lerra sama-sama berhasil membuat mereka saling jatuh cinta. Ditambah lagi antara Dev dan Lerra sama-sama memiliki paras yang membuat kaum sejenis mereka iri. Dev berwajah tampan dan Lerra berwajah cantik. Keduanya sangat cocok seperti pasangan Arjuna dan Sinta.
Teman-teman mereka semua iri terutama para siswi yang begitu iri kepada Lerra, bahkan ada yang beberapa kelompok sinis kepadanya. Tanpa mereka tahu bahwa hubungan yang dijalani oleh Lerra tidak seindah yang mereka bayangkan.
"Andai waktu bisa diputar kembali," gumam Lerra.
Ia pun gontai meninggalkan koridor menuju gerbang sekolah, di sanalah tempat Arjunanya menjemput.
"Sudah siap?" ujar Dev saat bertemu Lerra di gerbang sekolah.
"Kamu yakin cara itu?" tanya Lerra.
"Bagaimana lagi?" ujar Dev, lalu melanjutkan, "masa depan kita masih panjang, Lerra."
"Tapi anak ini, dia tidak bersalah." Lerra mengelus perutnya.
"Hati-hati, banyak yang lihat." Dev memperingatkan Lerra yang mengelus perut agar berhenti mengelus.
"Kamu lakukan ini karena kamu tidak mau tanggung jawab, kan?"
"Lerra, dengarlah!" Dev memegang kedua tangan Lerra, "Aku bukan tidak mau bertanggung jawab. Ini bukan saatnya. Kita harus sekolah dulu. Ayolah, kumohon Lerra. Nanti saat kita dewasa aku akan menikahimu, percayalah! Kau cinta aku, kan?" ujar Dev, Lerra mengangguk.
"Baiklah kalau begitu, ayo kita berangkat. Aku sudah memesan tempatnya dan di sana kau akan merasakan aman." Mereka pun langsung pergi menuju suatu tempat dengan masih mengenakan baju sekolah.
Dalam perjalanan, Lerra berpikir, apakah ia benar-benar yakin? Ia terpikir akan bayi yang ia kandung, bayi itu tidak bersalah. Jika ia benar melakukan itu maka ia akan mejadi seorang pembunuh.
Kedua pelupuknya basah, ia tak dapat menahan air mata yang keluar begitu saja. Ia terus memegang perutnya sepanjang jalan. Nuraninya berperang di dalam hatinya. Semakin jauh perjalanan itu semakin dekat tempatnya semakin besar keraguannya.
***
Lerra berdiri di depan klinik yang dipilihkan oleh Dev.
Dev mengatakan bahwa klinik tersebut adalah klinik yang terkenal melayani praktik aborsi ilegal yang ada di Jakarta Selatan. Pelayanannya juga bagus.
Berdasarkan info yang ia dapat, klinik itu bisa membuat yang aborsi tidak merasakan kesakitan dan dijamin keamanannya.
"Dev, ini kliniknya?" tanya Lerra berbisik.
"Iya. Ayo masuk!"
"No!" Lerra menarik lengan Dev.
"Lerra, jangan buat kesepakatan lagi. Kita sudah sepakat setengah jam yang lalu." Tegas Dev melototinya.
"Tapi tempatnya gelap, rongsok, lebih mirip dengan rumah angker." Lerra menggindik.
"Masuk saja dulu, kamu, kan belum tau bagaimana di dalamnya? Don't judge a book by its cover!"
"Ayo!" Dev menarik lengan Lerra. Akhirnya mereka masuk.
Saat di dalam klinik itu, ruangan tampak redup. Di ruang tunggu sudah ada beberapa pasien menunggu antrean. Mereka kurang lebih seusia Lerra bahkan ada yang lebih muda.
"Dev?" bisik Lerra.
"Emmm?" balas Dev.
"Lihatlah anak gadis itu, bukankah dia terlalu kecil?" Lerra mengatakan anak gadis yang di pojok menunggu antrean.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAFNUN
General FictionIa keluar dari ruang aborsi itu dengan wajah pucat dan pias. Tubuh kurusnya masih terbungkus dengan baju putih abu-abu. Lalu, di ruang tunggu seseorang telah menunggunya. "Aku tidak mau ini terulang kembali," ucap Dev. Lalu, mereka berpisah.