"Apa yang sedang kau pikirkan, Nak?"
"Ali rindu Mbak Dian, Bu."
"Kalau rindu ya ziarah atuh!"
"Iya, Bu. Rencana bulan depan ada kunjungan ke Jakarta. Insya Allah Ali menyempatkan."
Ibunya pergi dari kamarnya dan berjalan ke pekarangan menanam beberapa pohon buah stik.
Satu tahun terakhir ibunya berhasil melewati masa lumpuhnya. Ibunya sembuh dengan pengobatan yang Ali lakukan di Kalimantan. Ali memberikan terapi dan juga berbagai pengobatan herbal. Berkat kesabaran usaha dan doa akhirnya sembuh.
Ali bersyukur dalam diamnya. Matanya tak henti memandang belakang rumah yang lebat pepohonan.
Dua tahun lalu ia harus pindah ke Kalimantan karena pekerjaannya. Awalnya ia sedikit ragu atas kepindahannya karena pindah berarti meninggalkan kenangan yang ada di Jakarta.
Kenangan bersama teman sekolahnya, rumahnya, dan mendiang kakaknya.
Ali menghela napas. Kerinduan selalu saja datang di setiap senja kala. Pun ia tak begitu dekat dengan kakaknya lantaran tinggal terpisah. Bahkan untuk bertemu saja sulit tapi semenjak kecil, kakaknyalah orang yang paling peduli selain ibunya.
Di saat ayahnya meninggal dan ibunya jatuh sakit, waktu itu hanya ada kakak perempuannya yang berusia tujuh belas tahun dan ia masih sembilan tahun maka mau tidak mau kakaknya mengambil tanggung jawab rumah tangga. Diana bekerja hingga harus berhenti sekolah.
Awalnya, keadaan baik-baik saja. Ia mengetahui bahwa kakaknya menjadi seorang pelayan di sebuah restoran. Namun, semenjak ia masuk SMA tak terdengar lagi kakaknya bekerja di mana pun. Keberadaannya seolah hilang tak berkabar. Hanya ada beberapa pesan masuk setiap kali uang ditransfer ke rekeningnya. Setiap kali Ali menelepon balik selalu di luar jangkauan.
Hanya pada hari itu, akhirnya ia dapat kembali bertemu dengan kakaknya. Namun, di hari pertemuannya di rumah susun 9305, ia justru mendapati kakaknya bertemu dengan Dev.
Ia cukup tahu siapa Dev. Ali mulai khawatir.
Selang beberapa hari kemudian, ia mendapati kabar bahwa kakaknya kecelakaan yang disebabkan tabrak lari. Menurut keterangan polisi pada saat kejadian, Diana hanya berusaha melindungi Lerra dari tabrak lari hingga terpelanting ke trotoar. Namun, sayangnya ia tak tertolong. Sementara Dev mengalami koma selama setahun lalu meninggal.
Kecelakaan yang disengaja itu hingga saat ini aparat belum menemukan siapa dalangnya. Saksi kunci hanya Lerra tapi hingga saat ini Ali sendiri belum menemukan di mana keberadaan Lerra. Ia hanya mendapatkan kabar dari Juan yang kabar itu pun berasal dari Hewa mengatakan bahwa Lerra pindah ke Kalimantan.
Sementara seminggu pencarian pelaku tabrak lari itu, terdengar kabar seorang wanita kencan Dev bernama Shella telah bunuh diri di apartemennya dengan gantung diri. Padahal waktu kejadian, Shella merupakan saksi pertengkaran antara Lerra dan Dev.
Pada saat itu, Sello dan Rinta juga berada di lokasi pertengkaran. Mereka berdua pun menjadi saksi. Tapi setelah bersaksi, tak lama kemudian mereka pindah ke luar negeri.
Hanya satu pesan Diana kepada Ali bahwa Lerra tidak bersalah dalam hal itu. Ada pihak yang sengaja melakukannya. Sayangnya, Ali belum sempat selesai mendengar ucapan kakaknya, maut telah meregang lebih dulu.
"Di mana kau Lerra?" gumam Ali.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAFNUN
General FictionIa keluar dari ruang aborsi itu dengan wajah pucat dan pias. Tubuh kurusnya masih terbungkus dengan baju putih abu-abu. Lalu, di ruang tunggu seseorang telah menunggunya. "Aku tidak mau ini terulang kembali," ucap Dev. Lalu, mereka berpisah.