Pagi yang gerimis bak tetes di kelopak mata kedua orang tua Dev.
Yumna terlambat datang karena membutuhkan waktu dari Yaman ke Indonesia. Ketika ia tiba, kakaknya telah tertidur dengan selang yang memenuhi tubuhnya.
"Yumna, kakakmu koma dan kini tinggal kamulah satu-satunya harapan kami," kata bapaknya.
Yumna diam terpaku di depan kedua orang tuanya. Dilihatnya kursi kakaknya kosong. Masih lekat kenangan masa kecilnya makan berempat.
Namun, setelah kedua orang tuanya memiliki problem pribadi, kehangatan dalam keluarga itu sudah pudar.
***
"Ting tong!" bel rumah berbunyi. Wina bergegas membuka pintu. Sementara Faizan sedang memasukan semua barang ke dalam koper.
Kepindahan mereka ke Kalimantan telah selesai diurus.
Sebelum Lerra dibuli satu sekolah karena malu itu, kedua orang tuanya memutuskan untuk pindah ke Kalimantan.
Lerra duduk termenung di kamarnya. Beberapa bagian tubuhnya tampak diperban seperti bagian dahi, lengan, dan kaki.
Wina kaget dengan kedatangan seorang perempuan muda.
"Assalammualaikum?"
"Waalaikumsalam."
"Perkenalkan saya Yumna keluarga Dev, boleh saya bertamu sebentar?"
Wina mengangguk. Yumna pun dipersilakan masuk.
Faizan tampak wajahnya tak suka ketika mengetahui tamunya adalah adik dari laki-laki yang telah menghamili anaknya.
Wina meminta Lerra untuk keluar dari kamar.
Dengan wajah pucat Lerra memandang perempuan yang baru ia tahu bahwa adik dari Dev.
"Sebelumnya, saya pribadi atas nama kakak saya Dev..." Mendengar nama itu, Faizan membuang wajah sementara Wina hanya diam menekur. Hanya Lerra yang tampak memberi ruang untuk Yumna.
"Saya minta maaf yang sebesar-besarnya kepada kalian terutama kepada Paman dan Bibi. Sungguh takdapat saya bayangkan bagaimana penderitaan kalian. Saya tidak dapat menebusnya. Namun, saya begitu menyayangi kakak saya sebagaimana kalian menyayangi Ka Lerra. Maka dari itu saya datang ke sini tanpa diminta atau disuruh siapapun, atas rasa sayang saya kepada kakak saya, saya meminta maaf yang sebesar-besarnya."
"Maaf ya, Nak. Saya tahu mungkin kamu niat baik datang ke sini dan kuakui ketulusanmu itu hanya saja aku merasa tidak percaya bagaimana orang tuamu tidak datang?" kata Wina.
"Mereka tidak akan datang, Bi."
"Sudah kuduga keluarga berantakan," cibir Faizan.
"Papa..." sergah Wina.
"Paman benar. Keluarga kami berantakan. Tapi saya tidak akan menceritakan apapun untuk pembelaan. Saya datang ke sini untuk..." Yumna menatap Lerra.
"Berikanlah hidup untuk anak kakakku dan setelah itu biar aku selanjutnya."
Lerra meraba perutnya.
"Apa maksud Anda?" tanya Faizan tak mengerti.
"Jangan gugurkan anak itu. Saya berjanji akan merawatnya." Yumna mulai tersedu.
Faizan menghela napas. Begitu pun Wina dan Lerra saling pandang.
"Kak Lerra?" Kini Yumna menggenggam erat tangannya. Ia tak mengerti maksud adik dari kekasihnya itu.
"Lahirkanlah keponakanku. Aku pasti menjemputnya."
"Maaf Yumna, keponakanmu telah pergi saat kejadian itu."
Yumna amat terkejut dengan penuturan Lerra. Matanya semakin berlinang. Habis sudah harapannya untuk menebus dosa selama ini kepada kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAFNUN
General FictionIa keluar dari ruang aborsi itu dengan wajah pucat dan pias. Tubuh kurusnya masih terbungkus dengan baju putih abu-abu. Lalu, di ruang tunggu seseorang telah menunggunya. "Aku tidak mau ini terulang kembali," ucap Dev. Lalu, mereka berpisah.