Bagian 4

261 28 8
                                    

"Ajeng cantik yah, tapi sayang aneh!"

"Dia suka ngomong sendiri. Itu bukan aneh lagi, yang ada mah serem!"

"Apa jangan-jangan dia indihome yak?"

"Bokapnya punya perusahaan jaringan telpon ama internet?"

"Bukan, yang bisa komunikasi sama hantu gitu."

"Itu indigo, kampret! Elah orang lagi serius juga, dia malah becanda!"

"Udah berubah ya namanya sekarang jadi indigo?"

"Udah ah, nggak perlu dilanjut. Lagian selain aneh tu cewek juga rada songong. Sebel gue!"

Ajeng menjadi bahan pembicaraan teman-teman sekelas, karena sikapnya yang sedikit berbeda. Dari segi penampilan, ia sama seperti gadis SMA pada umumnya. Namun, beberapa orang pernah memergokinya mengobrol sendiri di sudut kelas, pojok sekolah, dan beberapa tempat lain yang agaknya tidak umum untuk mengobrol. Gadis berambut sebahu itu juga dikenal karena sikapnya yang jemawa. Jawaban cukup singkat dan bernada ketus yang sering ia lontarkan saat menjawab pertanyaan, membuat beberapa orang menjadi kesal pada gadis cantik itu.

Tetapi di sisi lain, banyak yang menjadi penasaran akan diri Ajeng. Apalagi mengingat kasus saat pertama kali ia memasuki kelas dan mendeskripsikan dengan baik sosok Melia, padahal jelas diketahui gadis yang disebut Ajeng itu sudah meninggal dan mereka tidak pernah bertemu sebelumnya.

"Jadi Melia bunuh diri apa dibunuh?" tanya salah satu siswa di kelas, masih dengan rasa penasaran.

"Penting ya? Emang lo bisa bantu apa kalo tau yang sebenarnya?" jawab Ajeng tajam.

"Yah, gue cuma kepo aja sih. Terus bener nggak klo arwahnya penasaran?"

"Lo serius mau tau arwahnya penasaran apa enggak? Mau nanya sendiri sama orangnya?" Ajeng memberi tanda kutip pada kalimat terakhir yang ia ucapkan.

"M-maksud lo a-apaan? J-jangan m-macem-macem deh!"

"Kenapa? Udah merinding? Lo takut? Katanya kepo!"

Setelah mengatakan hal tersebut, tiba-tiba saja ekspresi Ajeng terlihat berbeda. Bibirnya menyeringai, tertarik hingga mendekati sudut mata. Lalu seperti ada angin yang tiba-tiba meniup helai-helai rambutnya.

"Sahabat-sahabatku, tau segalanya."

Hanya satu kalimat tersebut yang terucap dari bibir Ajeng, sebelum rona wajahnya kembali seperti sedia kala.

ADA HANTU DI SEKOLAH (Snackbook) [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang