Sesha, Aya dan Lika mengajak Ajeng ke belakang gedung sekolah saat jam pulang tiba. Ketiga sahabat Melia itu geram akibat ulah sang gadis yang mencari sensasi dengan membawa-bawa nama sahabat mereka yang sudah tiada.
Rencananya, hari ini para gadis itu akan mengentaskan bahwa apa yang Ajeng lakukan itu adalah sebuah kesalahan.Ajeng menjadi populer akibat 'Adegan Kerasukan' yang terjadi padanya beberapa waktu lalu. Hal itu tentu saja merugikan Sesha, Aya dan Lika. Karena mereka terus dicecar dengan pertanyaan tanpa tahu harus menjawab apa.
"Lo caper? Cara lo nggak lucu, tau!" Lika mendorong tubuh Ajeng hingga punggungnya menabrak tembok.
"Jangan bawa-bawa nama sahabat kita kalo lo cuma mau numpang populer! Norak banget sih!" sambung Aya.
"Biarin Melia tenang. Lo ngusik-ngusik, maksudnya apaan?!" Sesha juga ikut menimpali ucapan sahabat-sahabatnya.
Ajeng sendiri tidak melawan ia pasrah saat ketiga gadis itu menyerang dan mendorong-dorong tubuhnya.
"Malah diem aja! Bisu lo?" teriak Sesha lagi.
"Lo semua pada berisik banget!" lawan Ajeng pada akhirnya.
"Wah, ni anak nantangin! Emang dasarnya cari masalah. Lo minta diabisin?" Lika menyahut marah.
"Abisin? Kayak apa yang kalian perbuat sama Melia? Mau diulangin lagi?" balas Ajeng tanpa takut.
"M-maksud lo apa?" Aya tergagap saat mendengar ucapan terakhir Ajeng.
"Dasar Muna! Apa kalian bener-bener ngerasa kehilangan? Serius, Melia sahabat kalian? I don't think so. Kalian semua yang caper, yang haus populer, yang nggak suka sama semua yang didapat Melia. Kalian nggak mau Melia bahagia sendirian! Tapi, kenapa kalian biarin Melia mati sendirian?"
Wajah Sesha, Lika dan Aya berubah pucat pasi mendengar lontaran kata demi kata dari bibir tipis Ajeng. Ketiganya juga mulai takut-takut untuk menatap langsung ke mata gadis di hadapan mereka.
"N-ni cewe fix gila! Freak, maniak! Mending k-kita pergi aja sebelum dia kumat terus betingkah macem-macem lagi!" Sesha menarik tangan kedua temannya untuk bergegas pergi meninggalkan Ajeng sendirian.
Namun, baru belum jauh jarak mereka, langkah ketiganya terhenti karena mendengar sesuatu. Sebuah kalimat yang sangat tidak asing bagi indra pendengaran mereka. Sesuatu yang sering mereka ucapkan bersama Melia, saat gadis itu masih hidup.
"One for all. All for one. Kalian nggak lupa kan?"
Saat ketiganya menoleh. Posisi Ajeng sudah berubah. Gadis itu melayang beberapa senti dari permukaan tanah, bagian hitam matanya berubah putih dan rambut berkibar mengerikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADA HANTU DI SEKOLAH (Snackbook) [Tamat]
Mystery / ThrillerSMA TUNAS BANGSA dihebohkan dengan kematian salah satu muridnya yang bernama Melia. Gadis itu melompat dari lantai tiga gedung sekolah, tepat ketika upacara bendera hari senin akan dilaksanakan. . . Beberapa hari kemudian, sebuah video syur menyebar...