Bagian 1

589 35 6
                                    

Khidmatnya upacara bendera pagi ini tiba-tiba berubah haru biru saat seorang gadis menjatuhkan dirinya dari lantai tiga bangunan SMA Tunas Bangsa.

Teriakan para siswi perempuan segera saja terdengar tatkala melihat genangan merah dari tubuh kaku sang gadis yang baru melompat, semakin meluas. Beberapa guru hanya bisa mematung, karena diselimuti kekagetan. Mereka yang cepat tersadar segera bertindak dengan menghubungi rumah sakit terdekat, membubarkan barisan siswa yang penasaran untuk kembali ke kelas juga menghubungi polisi.

"Melia gadis ceria, ramah dan aktif organisasi. Prestasinya juga bagus. Kami benar-benar tidak bisa memikirkan alasan ia bertindak begini." Bu Ratmi, guru kelas gadis yang tadi melompat memberikan keterangan saat polisi memperkirakan motif tindakan nekat korban.

"Bagaimana hubungan korban dengan keluarga dan teman-temannya?" tanya polisi itu lagi.

"Baik, sangat baik. Orang tua Melia selalu perhatian jika menyangkut sang anak. Respon mereka selalu positif saat menerima laporan dari sekolah. Melia juga aktif berkegiatan, teman-temannya banyak. Karena ia sangat ramah."

"Saya ingin bertemu dengan orang tua dan teman-teman dekat korban. Apa bisa Ibu panggilkan?"

Jawaban bu Ratmi dipotong tegas oleh seorang pria yang rupanya adalah guru bimbingan konseling sekolah, Perdana.

"Orang tua Melia dalam perjalanan. Sedangkan untuk teman dekat korban. Saya rasa Pak Polisi tidak bisa menanyai mereka sekarang. Psikis anak-anak itu pasti masih sangat terguncang karena kejadian ini. Nanti saya yang akan menanyai mereka satu per satu dan memberikan laporannya kepada Bapak. Saya bisa minta kontak yang bisa dihubungi?"

***

Ibunda Melia langsung histeris melihat kondisi sang anak yang menggenaskan.
Wanita paruh baya itu menangis meraung-raung memeluk buah hatinya yang sudah ditutupi oleh kain putih. Sang ayah sendiri mencoba tegar dan menenangkan istrinya, walau ekspresi wajahnya yang mengeras adalah pertanda, ia sangat terpukul dengan kejadian ini.

"Pembunuh! Kalian jahat! Kalian bunuh anak saya! Saya akan tuntut kaliaaannn!" teriakan ibu Melia membuat siswa-siswa tak lagi bisa ditahan oleh guru mereka dan kembali menghambur memenuhi koridor sekolah.

"Bu, tenang. Ibu yang sabar ya, Bu!" ujar Bu Ratmi mencoba membujuk ibu kandung Melia agar berhenti menambah kehebohan.

"Apa maksud Ibu dengan pembunuh. Apa ibu tahu sesuatu, hal yang diceritakan Melia sebelum kejadian hari ini?" tanya polisi mulai penasaran.

"Saya ada bukti kalau anak saya di bunuh pak. Saya ada buktinya!"

ADA HANTU DI SEKOLAH (Snackbook) [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang