FaNa-Empat Belas

2.2K 261 69
                                    

°•° Sikap-Nya Mulai Aneh. Jantung-Ku Sering Beraksi Setelah Menghadapi Sikap Aneh Itu °•°

°•°

Satu hal yang ingin Faza tanyakan pada dirinya sendiri.

Ia tidak tertarik kepada Hana kan?

Jawaban seharunya tentu tidak. Terbukti dengan sikapnya selama ini kepada perempuan itu.

Tapi, kenapa ia jadi tidak terima, Hana tidak menatapnya sama sekali dari meninggalkan apartemen menuju bandara, hingga sampai di Padang. Perempuan itu diam seribu bahasa, seolah laki-laki yang berada di sampingnya hanya bayangan semata. Walaupun faktanya mereka memang tidak sering bicara kecuali di depan keluarga besar.

Diam Hana sama persis dengan suasana di mobil setalah Faza menjemput perempuan itu di simpang tiga kampus. Diam untuk menghindar darinya karena kesal, bahkan marah mungkin (?) karena kejadian semalam.

Faza tau, ia salah. Hanya saja kesalahannya itu, di tutupi dengan menyebut Robi dalam perdebatan mereka. Seolah bukan ia saja yang membuat pekara, melainkan Hana juga.

Kurang ajar memang, menuduh Hana dengan tuduhan yang tidak terjadi. Tapi bagaimana lagi, ia memang harus seperti itu ,agar dirinya tidak tertarik pada perempuan itu. Karena setelah kata cerai keluar dari mulut Hana, Faza merasa sesuatu yang aneh padanya. Salah satunya---malah membelikan Hana roti. Faza tidak paham kenapa ia melakukan itu, mulutnya dengan mudah mengatakan pada si tante pemillik toko roti membungkus roti menu baru untuk istrinya.

Sadar apa tidaknya--Faza tidak tau. Yang jelas ia makin tidak paham dengan dirinya saat ini.

Sikap dingin Hana, membuat Faza tidak tau melakukan apa di rumah perempuan itu selain duduk di kasur berdiam diri. Satu jam yang lalu mereka sudah sampai di Padang, dengan keadaan rumah kosong. Rafly adik- Hana di sekolah, Syaiful-Dian mertuanya ternyata mengikuti safari dakwah di luar kota Padang.

Sedangkan Hana?

Faza tidak tau. Setelah meletakkan koper di kamar, perempuan itu keluar dari kamar pergi entah kemana. Rasanya Faza mau menyusul teman-temannya ke Jepang detik ini juga, dari pada seperti orang kehilangan arah.

Jika sikap Hana masih bertahan sampai Syaiful-Dian pulang, bisa-bisa ia mati kutu di depan mertuanya itu.

Jangan sampai.

Sepertinya Faza harus bicara dengan Hana. Tapi apa yang ia bicarakan?

Minta maaf?

Tidak mungkin. Laki-laki brengsek tidak mengakhiri masalah dengan minta maaf bukan? Melainkan tetap bersikap biasa, seolah menjadi manusia tidak tau diri.

Lalu apa,?-Faza memutar kepala ke arah meja kecil, karena ada nada panggilan masuk dari ponsel yang terletak disana.

Faza turun dari kasur, meraih benda elektronik yang bukan miliknya, 'Ummi' keterangan dari panggilan masuk itu. Jempol kiri Faza menggeser icon menjawab panggilan sambil keluar dari kamar.

"Assalamualaikum ummi." Mata Faza mengitari seluruh ruangan, sampai melihat pintu menghubungkan ke dapur terbuka. Ia melangkahkan kaki ke sana.

"Waalaikumussalam,-Faza?"

"Iya mi. Ini Faza."

"Ana mana?"

Ana? kening Faza berkerut mendengar nama itu, apa maksud Dian Hana?

Ana-Hana? Sangat masuk akal.

"Ada apa mi? bentar Faza panggil Hana dulu." Sampai di dapur, Faza tidak menemukan keberadaan gadis itu, namun ada lagi pintu yang terbuka menuju ke belakang rumah.

FaNaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang