13. Rindu

59 22 5
                                    

"Alvin ini mama sayang"

Deg.

Wanita paruh baya tadi memeluk alvin erat, ia menyalurkan semua rasa rindu nya selama ini. Sedangkan alvin pria itu hanya diam membeku tanpa membalas pelukan wanita itu.

Alvin pun melepaskan pelukan wanita tadi secara paksa.

"Maaf sepertinya anda salah orang,"ujar alvin dingin.

"Gak alvin mama gak mungkin salah orang, sesibuk sibuk nya mama mama tetap tahu wajah kamu"ujar perempuan tadi seraya terisak, beliau merupakan mama Alvin––Lisa namanya.

"Mama selama ini kemana aja? Malah alvin pikir mamah udah lupa sama alvin, mama terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga mama menelantarkan alvin dari kecil.."

"Mama tau seorang anak umur 5 tahun yang menangis di dalam kamar nya hanya karna ingin menunjukan sebuah hasil gambar nya pada kedua orang tua nya dan malah di tolak mentah mentah. Alvin masih ingat semuanya ma, mama gak tahu kan bagaimana sulitnya alvin ketika mama tidak hadir di sisi alvin, ketika alvin sedang ada masalah seharusnya orang tua siap untuk menjadi tempat cerita bagi anak nya tapi apa yang mama lakukan? Mama hanya sibuk dengan semua berkas berkas sampah itu!"lisa pun semakin terisak setelah mendengar penuturan alvin, ia benar benar menyesali semua perbuatan nya andai saja waktu bisa diulang.

"Maafin mama alvin mama mohon sama kamu tolong maafin mama, mama sayang sama kamu alvin mama sangat menyesal. Kita mulai dari awal ya?"lisa mencoba menyentuh rambut alvin namun alvin dengan cepat menepis nya.

"Semua sudah terlambat! Tidak ada yang perlu di sesali"alvin segera melenggang pergi keluar dari toko buah itu, pikirannya benar benar kacau saat ini dan alvin butuh penenang.

Alvin melajukan kuda besi nya dengan kecepatan diatas rata rata tak peduli dengan makian dari pengendara lain, yang ia butuhkan saat ini hanya la ketenangan untuk dirinya sendiri.

Pria itu pun memarkirkan motor nya di parkiran rumah sakit. Ia tetap ingin bertemu dengan shelya, ia sangat merindukan gadis itu. Jujur, alvin pun hampir frustasi karna kepergian shelya dulu.

Alvin membuka knop pintu ruang rawat shelya secara perlahan terlihat gadis itu tengah tertidur lelap diatas brankar rumah sakit. Alvin mengambil sebuah kursi disamping brankar shelya lalu menduduki nya.

"Aku kangen kamu shelya, selama ini kamu kemana aja?"lirih alvin seraya memegang tangan shelya.

"Aku rindu kamu, aku masih sayang sama kamu tapi aku bisa apa shelya sekarang aku sudah memiliki raina sedangkan ingatan kamu saja belum pulih"

"Cepat sembuh shelya. Aku akan membantu kamu untuk kembali mengingat semua nya"alvin mengecup kening shelya lembut. Ia tidak berfikir tentang perasaan raina kali ini. Sepertinya alvin sudah dibutakan oleh cinta dan rasa rindu nya terhadap shelya.

•••

"Alvin mana ya kok gak ada kabar sih biasanya dia suka nelfon raina kalau jam segini"ujar raina bermonolog.

"Telfon duluan aja deh"raina pun memencet tombol telfon pada kontak alvin.

"Maaf, nomor yang anda tuju sedang tidak aktif cobalah beberapa saat lagi."

"Ck, gak diangkat sih?"gerutu raina.

"Alvin lagi istirahat kali ya?, yaudah deh nanti raina telfon lagi"

Tiba tiba pintu kamar raina pun terbuka dan menampilkan sesosok pria denga perawakan tinggi.

"Abang, tumben kesini?"tanya raina saat melihat reano kini tengah menghampiri nya.

•Te Amo•✔ [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang