[ CHAPTER 43]

2.4K 186 18
                                    

Ini chapter terakhir gais.

Selamat membaca


Tetesan hujan membasahi jendela kaca rumah sakit. Menjadi saksi bisu tangisan di dalam sebuah ruangan.

Sudah seminggu Biru terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit. Kedua mata sipitnya terpejam, bibir tipis merah mudanya pun terkatup rapat.

Sholawat tak luput diucapkan di telinga lelaki kecil itu dari mulut sang Appa.

Sudah tak ada harapan.

Begitu kata dokter.

Biru sudah tidak ingin berjuang, ia sudah lelah.

Dokter Raja sudah meminta izin Jihoon untuk mencabut seluruh alat bantu hidup di sekujur tubuh Biru, tapi dengan tegas, Jihoon menolaknya.

Ia yakin jika malaikat kecilnya suatu saat akan membuka kembali matanya.

Seorang gadis berambut cokelat sepundak berdiri di ambang pintu, ia menutup mulutnya dengan punggung tangan, berusaha agar isakan tak lolos dari mulutnya.

Rayla yang baru saja mengambil rapot tiba-tiba diberi tahu jika Biru koma, dan itu sudah seminggu. Ada rasa kecewa ketika dirinya tak diberi tahu perihal komanya Biru.

" Saya tidak mau kamu kepikiran dan akhirnya itu mengganggu konsentrasi belajarmu."

Itu alasan dari Richard saat dirinya bertanya.

Andai Biru tidak koma, Rayla akan memberi tahu nilai-nilainya yang meningkat. Biru pasti bangga.

***

" Ray."

Siang itu Rayla sedang duduk di bangku taman rumah sakit. Sudah beberapa hari ini ia menginap di Bandung.

Rayla mengusap air matanya dengan sedikit kasar, " Eh, duduk Ron."

Aaron menempatkan bokongnya di samping Rayla duduk. Ditatapnya wajah gadis di sampingnya.

" Udah nangis berapa lama sampe bengkak gitu muka lo?"

Rayla tak menjawab, hanya mengedikan kedua bahunya.

" Rambut lo kenapa berubah jadi cokelat gitu?"

" Biru gak suka rambut gue yang kemaren."

Aaron tersenyum.

" Gue takut banget Ron."

"..."

Rayla menghembuskan nafasnya, bersamaan dengan setetes liquid bening yang menetes dari matanya. " Gue takut Biru pergi, Ron. Gue gak mau."

Aaron mengusap pundak Rayla, memberi sedikit ketenangan disana.

" Ray, udah ya. Jangan nangis, Biru pasti sedih kalo liat lo kacau kayak gini. Kita cuma perlu berdoa."

Aaron membawa Rayla ke pelukannya dan seketika tangisan Rayla pecah.

***

" Kalo kamu benar-benar sayang sama Biru, lepasin dia. Dia kesakitan."

Ucapan Dokter Raja membuat emosi Jihoon naik dalam sekejap, ditariknya kerah Dokter muda itu, " Kamu pikir saya gak sayang sama Biru?! Saya yakin dia bisa bangun, jangan asal kalo bicara!"

Don't be sad, Biru. ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang