[ CHAPTER 16 ]

2.1K 214 25
                                    

Jangan lupa vote dan commentnya guys



Rintik hujan menemani pria berusia tiga puluh tiga tahun itu di sebuah kedai kopi. Sembari menyeruput kopi panas, dirinya termenung. Memikirkan apa yang baru saja ia lakukan.

Ada sedikit perasaan bersalah karena telah memperlakukan putranya seperti tadi pagi.

Tak bisa dipungkiri, Jihoon benar-benar kalut kemarin. Ia sangat lelah setelah pulang dari Bali dan ternyata putra kesayangannya tidak tahu kemana padahal hari sudah malam.

Jihoon tidak peduli jika orang-orang menyebutnya terlalu protektif terhadap anak lelakinya yang sudah berada di Sekolah Menengah Atas, karena bagaimanapun, putranya itu masih berusia empat belas, masih terlalu kecil menurutnya.

Dibalik penampilannya yang terlihat dewasa dan maskulin, Jihoon sebenarnya adalah sosok yang rapuh. Ia menikah di usia muda dengan sang istri yang tak lama kemudian meninggalkannya dengan seorang putra yang masih kecil.

Mengurus seorang anak sendirian di usia sangat muda bukanlah hal mudah.

Jihoon takut jika Biru tumbuh menjadi anak yang liar dan suka kelayapan. Jihoon takut jika Biru merasa tidak mendapat kasih sayang seorang ibu maka anak itu lampiaskan dengan bertingkah seenaknya diluar sana.

Jihoon takut Biru meninggalkannya juga. Tidak, Jihoon tidak sanggup membayangkan jika alasannya untuk hidup pergi meninggalkannya.

Itu alasan Jihoon menjadi seprotektif ini pada putranya.

Sekarang, Jihoon sudah memantapkan hatinya untuk berbicara pada sang putra nanti malam, perihal sifatnya tadi pagi itu semata-mata karena ia menyayangi putranya, bukan karena membenci.

***

Entah sejak kapan Rayla menjadi dekat dengan Keinna, yang jelas kini keduanya tengah duduk di salah satu mall yang ada di Jakarta.

Tepatnya Rayla yang mengajak Keinna sampai rela meminta alamat dan menjemput teman barunya itu.

" Eh Kei, lo sama Biru tuh pacaran ya?" tanya Rayla membuka topik.

Keinna tersedak mendengar itu, " Maaf." ucapnya sambil mengelap mulutnya menggunakan tisu.

Rayla menyodorkan air minum pada Keinna, " Nih minum, lo kenapa sih kaget gitu dengernya? kan gue cuma nanya."

Keinna menggeleng sebagai jawaban.

" Ah yang bener? jangan-jangan si bocil itu minta backstreet ya?"

" Enggak, Ray."

" Lah kirain pacaran, lagian lo berdua deket banget." komentar Rayla sembari menyedot minumannya.

Keinna hanya tersenyum kecut mendengarnya.

" Lagian ya---" ucapan Rayla terjeda ketika gadis itu memasukan sebuah kentang goreng ke dalam mulutnya.

" Masa iya lo mau sama anak kecil kayak dia, berasa jaga adek ntar." lanjut Rayla dengan kekehan.

" Gue mau sama dia, dia baik, pinter, sabar. Jangan ngomong kayak tadi." ucap Keinna tak suka.

Rayla hanya nyengir, " Maaf maaf, dia kekanakan banget sih."

" Kekanakan gimana?"

Don't be sad, Biru. ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang