[ CHAPTER 7 ]

2.4K 230 8
                                    

Sepulang sekolah, Biru diajak Keinna ke toko rotinya. Lebih tepatnya, Biru yang minta diajak.

Keinna sedikit malu dengan rumahnya yang kecil dan terletak di pinggiran kota.

" Bi, rumah gue sempit tau. Nanti lo gak nyaman lagi."

" Lah apaan sih?"

" E--enggak, gue takutnya lo canggung aja gitu."

" Santai aja sih, tegang amat lo, kayak mau bawa calon pacar ke rumah aja!"

Keinna sedikit tersenyum mendengar penuturan Biru, kini ia membawa Biru masuk ke sebuah toko roti yang tak lain adalah rumahnya.

" Buuu ada temen Keinna nih!" panggil Keinna setelah mempersilahkan Biru duduk di salah satu kursi yang ada di toko roti itu.

Seorang wanita paruh baya datang dari sebuah pintu yang menghubungkan ke rumahnya.

" Eh? Ada tamu ya?"

Biru menyalami tangan ibu dari sahabatnya itu, " Biru, tante."

Walaupun Keinna dan Biru sudah lama berteman, mereka sama sekali belum pernah bertemu orangtua satu sama lain. Biru baru sekarang bertemu dengan ibunya Keinna sedangkan Keinna belum pernah bertemu dengan Jihoon.

Namun, Maura tahu jika anak lelaki di hadapannya ini adalah putra dari orang Korea kaya raya yang kini menjadi CEO sebuah perusahaan besar di Jakarta.

" Oh-- ini yang namanya Biru?" tanya Maura dengan ramah.

Biru mengangguk senang, " Iya tante. Aku temennya Keinna."

" Ah.. tante buatin minum dulu ya?"

" Gak usah repot-repot tante, gak papa kok gak usah." ucap Biru tak enak.

" Udah, gak usah malu-malu, sebentar ya tante buatin minum dulu. Keinna, ibu ke belakang dulu ya."

Keinna mengangguk dan kini tatapannya beralih pada Biru, " Bi, maaf ya rumah gue jelek."

" Apaan sih, ngomong kayak gitu mulu. Bosen dengernya."

Walaupun rumah Keinna kecil dan sempit, rumah itu tertata rapi juga bersih. Jauh dari kata kumuh ataupun kotor.

Keinna meringis tatkala suara anak kecil menangis terdengar dari rumah sebelah.

" Itu udah biasa Bi, tetangga gue emang jam segini suka rewel gitu." jelas Keinna ketika melihat wajah Biru yang bingung.

" Emm.." Biru mengangguk-angguk.

Tak lama, Maura datang dengan nampan yang diatasnya terdapat dua teh manis hangat dan sepiring roti kering.

" Dimakan ya, ini tante buat sendiri loh." ucap Maura sambil menaruh nampan itu di atas meja.

" Makasih tante."

" Ya udah, tante tinggal dulu ke dalam. Kalian ngobrol-ngobrol lagi aja ya."

" Iya tante, makasih." kata Biru dengan senyumnya.

Maura pun masuk ke dalam rumah setelah membalikan papan Open menjadi close yang digantung di pintu.

" Biasa tutup jam berapa?" tanya Biru, ia mulai mencomot roti kering di atas meja.

" Jam empat biasanya. Cuma hari ini banyak yang dateng, jadi jam setengah enam baru ditutup. Emm-- gimana rasanya?"

" Enak! Gue mau beli yang kayak gini dong buat bokap gue!"

" Boleh sih, tapi serius enak?"

" Ngapain gue bohong? Lo cobain aja sendiri."

Keinna hanya tersenyum simpul, " Makasih Bi."

Don't be sad, Biru. ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang