[ CHAPTER 1 ]

5.4K 363 11
                                    

Sepasang kaki kecil berlari-lari di derasnya hujan. Si pemilik kaki tampak menyunggingkan senyum ketika sampai di depan pagar rumah dan disambut oleh satpam rumahnya.

" Ya Allah den Biru? kenapa hujan-hujanan?" tanya pak Abdi, satpam rumah.

Biru tak menjawab pertanyaan pak Abdi, hanya memperlihatkan deretan gigi putihnya.

" Ya udah, langsung ke dalem. Nanti masuk angin!" titah pak Abdi.

Biru mengangguk sekilas dan lari ke dalam rumah mewah tersebut. Ia kembali disambut oleh salah satu pekerja rumah tangga, yaitu bi Anis, orang yang paling dekat dengannya setelah sang Appa.

" Ya ampun den.. tunggu disini, bibi ambilin handuk dulu!"

Tak lama, bi Anis kembali dengan handuk berwarna biru muda di tangannya. Dengan segera, ia menyelimuti tubuh anak majikannya dengan handuk itu.

" Pak Didin gak jemput?" tanya bi Anis.

" Ban mobilnya bocor bi."

" Terus aden kesini pake apa?"

" Naik angkot, turun di depan komplek. Kesininya jalan kaki."

" Kenapa gak pake payung, den?"

" Biru gak bawa payung."

Bi Anis hanya mampu geleng kepala, " Ya udah, den Biru sekarang mandi. Bibi mau nyiapin makanan dulu."

" Iya bi."

" Pelan-pelan, takut jatoh di tangganya." pesan bi Anis.

" Oke bi."

Biru segera melangkah ke kamarnya di lantai dua. Kamar superbesar dengan dindingnya yang sebagian dari kaca dan sebagiannya lagi dicat berwarna biru muda. Ia masuk ke dalam kamar mandi yang berada di kamar dan memulai acara mandinya.

***

Kini, Biru sudah duduk nyaman di ruang makan dengan semangkuk bubur ayam buatan bi Anis di depannya.

" Em... bi." panggil Biru.

Bi Anis yang baru saja ingin kembali ke dapur membalikan tubuhnya. " Iya, den?"

" Jangan bilang appa ya kalau Biru hujan-hujanan."

Bi Anis mengangguk mengerti, " Iya den, tapi besok-besok jangan lagi ya. Nanti aden sakit."

" Iya bi, Biru janji."

" Ya udah, sekarang makan ya. Bibi mau ke dapur dulu."

" Oke bi."

Baru saja Biru menghabiskan setengah buburnya, Jihoon, appanya masuk ke dalam ruang makan dan langsung mencium keningnya.

" Hai, Bi. Makan sama apa?"

" Bubur."

Jihoon mengangguk-angguk, " Tadi kata pak Didin, ban mobil bocor?"

" Em.. iya."

" Terus, Biru pulang pake apa?"

" Pake taksi." dalam hati, Biru terus-terusan mengucapkan maaf karena telah membohongi appanya. Karena jika ia bilang bahwa pulang menggunakan angkot, appanya bisa kelewat khawatir.

" Hm.. oke. Mau appa temenin makan?"

" Appa mandi dulu aja, atau kalau appa capek, tidur aja. Biru gak papa kok makan sendiri."

Don't be sad, Biru. ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang