Part 11 | Benih Cinta

1.6K 48 2
                                    

Fahmi pergi meninggalkan Lisa,membawa segenap rasa kecewa, yang mungkin di luar perkiraan sebelumnya.

Ajari aku caranya melupa         
Tentang rasa yang dulu pernah  ada                                                 
Bukanku tak memaafkan           
Mungkin bahagiamu bukan aku
-Lisa Erliana

Ini sangatlah wajar Lisa tak menerimanya kembali,bagaimana tidak Fahmi telah mengkhianati cinta tulus Lisa.

Sania keluar dari balik persembunyian,sesegera mungkin Ia menemui Lisa yang perasaan sedang kalang kabut.

Sania tau betul masalah yang kini sedang menimpa sahabatnya.

Berusaha tak menanyakan hal  apapun kepada Lisa sebelum Ia tenang terlebih dahulu.

"Hei Lis Udahan atau kita lanjut nih cari bukunya"

"Hmm udahan aja,ayok ke kasir"

Mereka berdua mengantri untuk membayar novel yang telah dipilih tadi.

Setelah semua selesai barulah menuju parkiran.

"Kalo mampir dulu ke coffeshop? Mau gak, itung-itung mau traktir kamu,soalnya hari ini aku ngerepotin kamu banget"  celetuk Lisa.

"Kamu apaan sih,aku juga ngerepotin kamu kali"

"Nggak lah,nggak sama sekali"

"Ya udah ayok,eh tunggu deh kita kan belum shalat Dzuhur"

"Untung kamu ngingetin San" sahut Lisa.

Mereka berdua menuju masjid yang lokasinya tak jauh dari toko tersebut.

Beruntunglah Lisa mempunyai teman seperti Sania,yang selalu mengingatkannya dalam hal  kebaikan.

Di Masjid

Dua orang perempuan menuruni mobil berwarna putih secara bersamaan.

Berjalan melewati pelataran Masjid.

"Bruggg..."
Dua bahu saling bertemu,apa yang terjadi saat ini.

Untuk pertama kalinya Sania dan Rahman bertemu dalam keadaan yang mungkin tak pernah diharapkan apalagi di rencanakan.

Empat mata saling memandang dan menatap.

"Astaghfirullah!!! Bukan mahram!!" Sentak Sania.

Hatinya berdegup kencang,nafasnya berhembus tak beraturan.

"Astaghfirullah maaf...gak bermaksud" sahut Rahman yang mencoba tersadar dari lamunannya.

Sedangkan Lisa yang berada di samping Sania pun ikut kaget dan tak bisa berkata-kata.

"Cie Rahman...,halalin cepet gak pake lama haha" goda ikhsan dan Nugro sahabat Rahman.

Tangan Rahman dengan cepat membungkam mulut mereka berdua, Ikhsan dan Nugro.

Perasaan Sania masih tak karuan.

"Jodoh kali San" bisik Lisa.

"Huss kamu ini,ayo sholat nggak baik lama-lama disini"

"Permisi" hanya itu kata-kata yang keluar dari mulut Sania.

Bergegas pergi,meninggalkan masalah yang baru saja terjadi.

Mungkin Shalat akan menjadi penenang bagi Sania.

Sesegera mungkin ia mengambil air wudhu dan beribadah.

Beberapa menit kemudian,
Tak menunggu lama mereka berdua telah selesai.

Mereka duduk di serambi masjid dan sedang menggunakan alas kaki.

"Kita jadi nih ke coffeshop? Langit mendung,bentar lagi pasti  bakalan turun hujan" Tanya Sania.

"Kan aku udah janji"

"Lain kali aja masih banyak waktu kok,jangan khawatir"

Mereka beranjak pergi meninggalkan tempat yang tadi di duduki.

***

Rahman merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu,melamun, membayangkan kejadian yang tadi menimpanya.

Ia belum mengetahui siapa nama perempuan yang ditabraknya tadi.

"Rahman!,Rahman!" Seseorang memanggil sampai berulang kali.

"Eh Umi, ada apa Mi..."

"Seharusnya Umi yang tanya ke kamu, pulang-pulang duduk di sofa sambil melamun"

"Nggak ada apa-apa kok cuma kecapean aja,jadi ya gini lah"

"Ya sudah bersihkan badan langsung makan"

***

Selesai membersihkan badan Rahman bergegas ke ruang makan.

Dan di sana juga terdapat adiknya yang bernama Aisyah,Ia merupakan anak ketiga.

"Loh Fatim mana kok nggak keliatan Mi" cetus Rahman.

"Tadi pamit ngerjain tugas ke rumah temen"

"Oh gitu" sambil menyendok Nasi.

"Oh iya Umi mau tanya,jadi gini temen Abi kamu nawarin kerjaan ke kamu, kamu setuju nggak?, dia nunggu kamu sampe lulus kuliah"

"Nanti Rahman pikir-pikir dulu,kalau sesuai dengan passion Rahman, Rahman ambil pekerjaannya"

Rahman sebenarnya masih kurang percaya terhadap tawaran pekerjaan tersebut.

Bukannya berprasangka tidak baik,tetapi hanya berhati-hati dalam mengambil langkah.

Kejadian yang telah lampau telah menjadi pelajaran baginya.

Bagaimana tidak!,Abinya pernah tertipu dengan bisnis yang ditawarkan teman dekatnya.

Hampir saja Rahman tak akan melanjutkan kuliahnya karena alasan biaya.

Ia memikirkan adik-adiknya yang belum menamatkan sekolah.



Bersambung,

Ku upload ini sambil ngantuk-ngantuk #curhat 🤣

Vote (tekan bintangnya) dan komen (jangan sungkan) masih ku nanti😣😣

Kalo ada Typo minta tolong tandai yah lewat komen,biar author perbaiki 🤓

Thanks you,

Happy reading ❤️

SKRIPSI dan RESEPSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang