Rumah Sania
"Tumben sampe jam segini baru pulang,biasanya hari Kamis bisa pulang cepet"
"Em...Sania lupa kasih tau Ibu,emang pak Dadang nggak kasih tau " sambil mencium tangan Ibunya.
"Nggak kasih tau, mungkin lupa,gimana udah Shalat Dzuhur"
"Udah buk,tadi sebelum mampir ke kedai kopi mampir mushola dulu"
"Drtdrtdrt..." Tiba-tiba Ponsel Sania yang di dalam tas bergertar.
Segera mungkin Sania mengambilnya.
"Siapa San" Tanya Ibu.
"Ini Lisa, katanya maaf tadi langsung pulang nggak mampir dulu"
"Eh bentar deh buk kaya ada yang kurang deh isi tas Sania" Sania tersentak panik, buru-buru dia mendudukkan diri ke sofa.
"Coba cek dulu"
Sania membuka tasnya dan betapa terkejutnya dia.
"Astaghfirullah!! Buk, dompet Sania nggak ada!, Semua kartu ada didalamnya"
"Coba kamu ke kedai kopi tadi siapa tau ketinggalan disana"
Baru saja pak Dadang akan berpamitan pulang karena Ayah Sania pulang malam,jadi nanti saja menjemputnya, berhubung tempat tinggalnya tak jauh dari rumah Sania ia menyempatkan pulang terlebih dahulu.
Pak Dadang bekerja menetap disini sejak Ayah Sania pergi keluar kota,dan sampai sekarang masih antar-jemput ke kantor, sekolah, dan kampus.
"Permisi buk Wulan-" pembicaraannya seketika terpotong karena Sania menyampaikan sesuatu.
"Pak Dadang bisa anterin ke kedai kopi jalan pahlawan nggak?"
"Bisa, ayok neng mari saya antar"
***
Sampailah Sania di kedai kopi tadi.
"Permisi" ucap Sania pada pelayan kedai tersebut.
"Iya mbak ada yang bisa Saya bantu"
"Gini jadi saya tuh tadi kesini,dan duduk di nomor 11, kira-kira disana ada barang tertinggal nggak?"
"Oh,barang yang dimaksud dompet bukan mbak"
"Iya,iya, betul"
"Sebentar saya ambilkan mbak"
Beberapa menit kemudian, pelayan tersebut menyodorkan dompet.
"Ini bukan mbak dompetnya"
Sania mengecek isi dompet,dan benar itu memang dompet miliknya.
"Iya bener ini punya Saya,kalo boleh tau siapa yang nemuin"
"Oh saya kurang tau mbak siapa namanya yang jelas dia laki-laki"
"Oh,gitu ya mas, makasih ya mas udah dijagain dompet saya"
"Iya sama-sama mbak"
Flashback on
Yang sebenarnya terjadi adalah Rahman yang menemukan dompet milik Sania.
Kedatangannya ketempat tersebut hanya sekedar berkunjung ke kedai kopi milik temannya.
Karena kebetulan meja nomor 11 itu dapat dijangkau oleh mata,hal tersebut terpampang jelas di hadapan Rahman yang baru saja memasuki tempat tersebut.
Dia datang bersama ikhsan.
"Dompet siapa ini" Cetus Rahman.
"Coba buka siapa tau ada identitasnya" ujar ikhsan
Rahman mengikuti perkataan ikhsan.
"Eka Sania Caturangga" kalimat yang keluar dari mulut Rahman.
"Coba-coba liat fotonya"
"Nggak baik ini privasi orang"
"Nggak papa kali kan keadaan urgent gini" Ikhsan menilik kartu identitas yang terdapat foto didalamnya.
"Oh jadi ini orangnya, kaya pernah liat tapi dimana ya" Sambung Ikhsan.
"Kirain udah tau malah balik nanya" jawab Rahman ketus
"Kayaknya yang pernah tabrakan sama loe waktu di depan masjid,Deket kampus,dan kalo nggak salah dia anak semester 7" Jelas Ikhsan
"Udah kasih ke pelayan disini aja" tukas Rahman.
***
"Mas saya nemuin dompet siapa tau ada yang nyariin"
"Oh, iya nanti Saya simpan"
Flashback off
"Sekali lagi makasih ya mas udah dijagain dompet saya,permisi"
Sania pergi meninggalkan tempat tersebut.
***
Sejak kejadian tersebut Rahman masih saja kepikiran tentang Sania.
"Apa mungkin ini pertanda jodoh" batin Rahman.
Bukan tanpa sebab Rahman sudah di pertemukan beberapa kali dengan orang yang sama.
"Rahman, Rahman" Suara yang mengakhiri lamunannya.
"Iya Umi..."
"Besok Abi bisa hadir ke acara wisuda kamu, sekarang sedang dijalan"
"Kabar baik dong Mi"
"Gimana soal tawaran kerja temen Abi kamu,setuju nggak?"
"Nanti dibicarakan lagi kalo Abi udah dirumah,soalnya masih ragu antara iya dan tidaknya"
"Oh,gitu,baiklah.Keputusan ada di kamu sepenuhnya"
Bersambung,
Jodoh kali yak?🤔
Gimana dengan ceritanya?,
Vote dan komen ya guys🤗
Yang masih setia ngevote dan baca,
Thanks you,
Happy reading ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
SKRIPSI dan RESEPSI
RomanceKisah seorang perempuan bernama lengkap Eka Sania Caturangga,Ia selalu menjaga hatinya untuk kekasih halalnya kelak. sifatnya yang penyabar dan penasehat juga pendengar yang baik membuatnya begitu disegani oleh sahabatnya. Ketika skripsi tinggal beb...