Chap. 3

6.4K 475 20
                                    

WARNING 18+

RATED - M

BAHASA KASAR, NON BAKU, TYPO BERTEBARAN

SOLD

Yeri terkejut ketika dia merasakan seseorang menyenggol sisi kanan pinggangnya.

Yeri memaksa matanya untuk membuka dan ketika dia berhasil melakukannya, Yeri mendapati diri nya di dalam ruangan kosong, dengan batu bata tua menutupi dinding tempat lembap itu.

Yeri menangkap sesuatu dengan ujung matanya, dia bisa melihat cahaya yang datang dari celah kecil di bawah sesuatu yang tampak seperti pintu besi.

Yeri merasa seluruh tubuh nya gemetaran karena udara dingin dan saat itulah dia menyadari bahwa dirinya tidak memakai sehelai benang pun.

Tiba-tiba, Yeri mulai merasa kepalanya berdenyut lagi, rasanya seperti ingin pingsan ketika dia mencoba untuk menutupi selangkangan nya tetapi itu sia-sia.

Yeri tidak bisa bergerak, tubuh nya terasa sangat berat dan itu membuat dirinya takut karena dia sudah seperti itu.

"Di mana aku?" adalah satu-satunya hal yang bisa Yeri pikirkan sementara dia tetap tak bergerak di lantai.

"Apa yang sudah terjadi?" Yeri menambahkan pemikiran nya.

"Lima ratus ribu. Lima ratus lima puluh ribu. Satu juta. SOLD"

Suara-suara bergema di kepala Yeri dan itu membuat kepalanya semakin tambah pusing.

"Sial, tidak. Tidak, tidak, tidak, tolong berhenti!"

"Itu menyimpulkan penjualan kami untuk tuan-tuan malam ini. Kalian dapat langsung menyerahkan uang pembelian nya. Selamat malam."

Air mata perlahan mengalir di pipi Yeri dan dirinya menangis tersedu-sedu. Isakan tangisnya menggema di seluruh ruangan.

"Aku ingin pulang. Aku ingin pulang sekarang."

Sudut mata Yeri berkedut setelah mendengar pintu dibuka. Dia berjuang untuk menggerakkan kepala nya sehingga dia bisa melihat siapa yang masuk.

Beberapa pria, mungkin tiga atau empat melangkah masuk. Mereka semua tampak besar dan mengintimidasi.

Yeri berhasil berbicara walau dengan suara serak, "S-siapa kalian?!"

Tenggorokan nya terasa kering dan gatal. Seorang pria lain berjalan ke arah Yeri tetapi tidak seperti tiga lainnya, dia mengenakan pakaian yang jauh lebih ringan.

"S-siapa...? Apa kau-?"

Yeri akhirnya bisa bergerak tetapi dia masih sedikit merasa mati rasa. Dia memegang kepalanya yang pusing dengan tangan yang bergetar.

"Dimana aku?"

Pria yang masuk terakhir menatapku. Mata orang itu menatap mata hazel di depannya menusuk, saat dia melihat ke bawah, ekspresinya seperti lebih tenang.

Mereka saling berpandangan sebentar sebelum pria itu tersenyum kecewa.

"Sangat tidak sopan bagi kami untuk tidak memperkenalkan diri. Bagaimanapun juga, hidup mu adalah milik kami sekarang," katanya.

Yeri bisa merasakan warna wajahnya berubah menjadi merah padam.

"Apa?"

Pria itu melangkah lebih dekat.

"Kamu telah dijual ke Mafia. Dengan harga sejumlah satu juta dolar," dia memberi tahu sambil menyeringai.

Jantung Yeri mulai berdebar tidak stabil saat mendengar apa yang orang di depannya katakan kepadanya.

"Aku sudah dijual ke siapa? Tidak mungkin. Tidak mungkin itu bisa terjadi. Ini semua hanya mimpi."

Kecemasan Yeri meningkat. Jantungnya berdetak begitu kencang hingga rasanya seperti diambang kematian.

Yeri menggelengkan kepala untuk menyangkal apa yang dikatakan pria itu.

"Ini semua hanya mimpi. Mimpi buruk. Ini tidak mungkin nyata."

Pria itu bertepuk tangan dan itu membuat Yeri memandangnya. Dia memberikan Yeri senyum lebarnya.

"Aku Jongin. Senang bertemu denganmu," pria itu memperkenalkan diri kepada Yerim.

"Siapa namamu?"

Yeri tidak ingin menjawabnya jadi dia hanya terus menatap pria itu. Beberapa detik kemudian, pria itu mengangkat bahunya dan mendesah.

Dia kemudian melangkah ke samping untuk menghadapi ketiga pria yang menjaga pintu, memberi isyarat agar mereka pergi ke luar. Ketika 3 pria besar itu sudah keluar, pintu menutup di belakang mereka dengan bunyi yang keras.

"Mari kita mulai lagi, oke?"

Jongin berkata, berjongkok di samping Yerim dan membungkuk supaya lebih dekat.

"Aku Kim Jongin, senang bertemu denganmu," katanya dan Yerim hanya menatapnya dengan tak percaya.

"Sekarang aku sudah menyebutkan namaku, tolong beri tahu aku namamu."

"Apa yang terjadi? Orang ini berbicara kepada ku seperti aku sedang wawancara kerja, dia itu gila atau gimana," batin Yerim.

Yerim berdeham lagi sebelum berbicara.

"K-kenapa aku harus memberitahumu?"

Yerim bertanya dengan suara bergetar dan Jongin mengangguk sambil tersenyum. Mata Yerim melebar ketakutan setelah melihat Jongin menarik keluar sebuah pistol dari mantelnya.

Bunyi klik terdengar sebelum Jongin menunjuknya pistol itu kepada Yerim.

"Aku bertanya padamu di sini, Cantik. Ceritakan semua yang aku inginkan sebelum aku melubangi kepala cantikmu itu," dia mengancam membuat Yeri menelan ludah dengan kasar.

"Yeri, Yeriana Kezia Putri," Yeri menjawab dengan gusar, tahu bahwa tidak ada pilihan lain selain menurut.

"Berapa umurmu, Yeri?" Jongin bertanya lagi

"Tu-tujuh belas."

Jongin tersenyum puas.

"Sempurna."

Dia akhirnya berdiri, berjalan menjauh dari Yeri untuk sampai ke pintu sebelum berbalik untuk memberi Yeri senyum cheshire.

"Apakah kau masih perawan, Yerim?" dia bertanya tanpa ada rasa malu dan aku Yeri merasakan panas di wajahnya ketika Jongin mengajukan pertanyaan canggung itu.

"A-apa yang kau bicarakan?"

Yeri sangat bingung dengan apa yang terjadi. Kepalanya berdebar dan seluruh tubuhnya masih mati rasa.

"Karena mulai sekarang, tujuan kau satu-satunya adalah menjadi budak seks untuk bos Mafia terbesar di Korea."

Mata Yeri hampir beringsut keluar dari rongganya ketika dia mendengar apa yang Jongin katakan.

"A-apa maksudmu? S-sex... budak?"

Yeri menggigit bibirnya.

"Tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak!"

"Oh, ayolah, itu tidak terlalu buruk. Lagipula, bos kita itu benar-benar akan menjadi tipemu, dia masih mudah kok. Tenang saja."

Jongin menyeringai dan menepuk kepala Yerim pelan.

"Sekarang, mari kita bertemu daddy mu yang baru, oke?"

***

Jangan lupa vote dan komen ya. Kalo kalian rame, Ra bakal cepet update :)

Next or no?

SOLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang