RUMAH NO 3 (LEE HANGYUL X MAHIRO)

2.8K 130 8
                                    

.

Di hari Minggu malam yang dingin ini kita akan mengunjungi rumah ketiga yang dihuni oleh pasangan pengantin baru beda kewarganegaraan. Entah bagaiman keduanya bisa menikah bahkan tanpa kejelasan posisi, mana yang akan berada diatas dan mana yang dibawah. Ya, mereka belum juga melakukannya setelah hampir dua bulan menikah karena belum ada kesepakatan mengenai siapa yang akan menusuk siapa.

Perumahan ini memang masih baru dan semua penghuninya harus pengantin baru, biar ena katanya.

"Aku ditanyain ketua perumahan nih, kita yang mau ikut pkk siapa," ucap Hangyul setelah membaca chat dari Lee Jinhyuk, ketua rw.

"Ya kamu lah."

"Kok aku? Pkk kan buat ibu-ibu."

"Aku kepala keluarga kamu ibu-ibu."

"Mana bisa?!"

Ting tong...

Hampir saja terjadi baku hantam kalau saja suara bel rumah mereka tidak berbunyi.

"Biar aku saja." Hangyul berbalik untuk membuka pintu.

Seorang pria bertubuh kekar namun tak terlalu tinggi tengah berdiri di depan pintu, ia tersenyum lebar setelah Hangyul membukakan pintu untuknya.

"Permisi, perkenalkan saya Kim Kookheon atau biar mudah panggil saja Kukon. Saya ketua RT satu."

"Ah iya, Pak erte."

"Panggil saja Kukon."

"Ah iya, ada perlu apa ya?"

Pasalnya ini sudah hampir jam sembilan, agak aneh ada yang mau bertamu malam-malam seperti ini.

"Ini, hanya ingin memberikan ini, maaf mengganggu. Saya permisi." Kukon menyerahkan selembar kertas yang dilipat menjadi surat dan berlalu begitu saja.

"Ada apa?" tanya Mahiro yang menyusul karena penasaran.

"Surat undangan kerja bakti membangun pos ronda," Hangyul membaca judul surat di tangannya.

"Oh..."

"Ini untuk kepala keluarga."

"Lalu?"

"Kau yang berangkat."

"Kenapa aku?"

"Karena kau kepala keluarganya."

"Tidak bisa begitu!"

Ya, tadi rebutan jadi kepala keluarga, sekarang saling lempar status itu. Bagaimana sih?


Keduanya berakhir dengan tidur saling memunggungi satu sama lain.

Namun besok pagi tetap harus ada salah satu yang berangkat untuk kerja bakti bukan?

Salahkan pak Jinhyuk yang buru buru sekali ingin membangun pos ronda, padahal penghuni sini kan pengantin-pengantin baru yang masih pada gencar bikin anak. Dengan adanya kerja bakti ini bisa jadi energi para seme justru habis untuk angkat angkat semen pasir bata dan tidak bisa memuaskan uke mereka malam harinya.

"Kau saja yang berangkat besok pagi, aku mengalah," ucap Mahiro masih dengan memunggungi suaminya.

"Mana bisa begitu. Kamu yang kepala keluarga."

"Tidak. Aku yang ibu rumah tangga, atau bapak rumah tangga, terserah lah."

"Apa buktinya?"

Mahiro terdiam. Bukti? Ehm...

Hangyul membalik tubuhnya dan memeluk tubuh kurus Mahiro dari belakang. "Posisi kita sudah jelas kan sekarang," bisiknya lirih.

Mendengar suara berat Hangyul tepat di belakang telinganya membuat satu bagian tubuh Mahiro menegang.

Tangan kekar Hangyul meraba-raba perut datar pria dalam pelukannya, kemudian turun menyusup masuk ke dalam celana dan meremas sesuatu dibawah sana.

"Akhh... Kak..."

"Hm?"

"Jangan sekarang."

"Kita sudah menikah hampir dua bulan." Hangyul kecewa, tentu saja.

"Besok pagi aja."

"Kerja bakti."

"Sebelumnya. Seks pagi hari lebih nikmat dan kemungkinan jadinya lebih besar. Energi juga masih full," bujuknya.

"Oke, besok pagi, awas saja kalau besok pagi menghindar aku akan memperkosamu tanpa ampun!"

Mahiron hanya bisa menelan ludahnya kasar mendengar ancaman mengerikan sang suami.









***

🐑🐑🐑

PENGANTIN BARU PDX CRACK PAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang