Red long dress berbahan satin membungkus tubuhku sampai ke mata kaki. Dengan model off shoulder serta belahan setinggi paha membuat penampilanku tampak sempurna malam ini. Rambut kusanggul ke atas, memperlihatkan leher jenjangku yang dihiasi kalung berwarna putih. Heels dan clutch yang berwarna senada berhasil mempermanis penampilanku.
Pantulan diriku di depan cermin mengundang seutas senyum muncul di bibirku. Usahaku untuk tampil cantik malam ini tak sia-sia. Mulai dari memilih baju yang tepat sampai merias wajahku sendiri.
Aku pun bersiap untuk pergi ke lokasi di mana pesta diadakan. Pesta yang dibuat oleh Liam Wilde dalam rangka ... entahlah. Aku tak begitu tahu. Aku hanya diminta oleh Eric untuk datang sebagai pasangannya malam ini. Semata-mata untuk memulai penyelidikanku terhadap Liam.
Aku langsung menghubungi Eric setelah mendapatkan nomornya dari Kyle. Dia benar-benar pria yang baik. Alasannya bersedia menolongku selain karena aku yang banyak membantu Kyle, juga karena Eric sebenarnya sudah muak bekerja di bawah perintah Liam. Kebetulan yang sangat bagus, bukan?
Desahan yang saling bersahutan mampir di telingaku begitu aku membuka pintu kamar. Tatkala berbalik, mataku langsung menemukan sepasang manusia yang tengah bergumul hebat di atas sofa. Tatapan jijik langsung kulayangkan pada dua orang tersebut. Meski keduanya telah sama-sama menyadari kehadiranku, mereka tetap tak acuh dan melanjutkan kegiatan tersebut.
Salah satu dari kedua orang itu adalah ibuku. Jangan tanyakan siapa lelaki yang sedang bercinta dengannya. Sebab, ibuku kerap bergonta-ganti pasangan setiap minggunya.
Tanpa peduli dengan dua sejoli itu, aku segera bergegas meninggalkan rumah. Setibanya di depan, kutarik napas panjang-panjang untuk menetralkan emosiku yang hampir meledak. Kuangkat sudut-sudut bibirku dan mensugesti pikiranku untuk tetap tenang. Setidaknya aku harus fokus saat berada di pesta nanti.
••••
Beberapa kali aku sering menghadiri pesta semacam ini, tentu saja sebagai seorang wartawan yang selalu membawa buku catatan dan bolpoin serta tampilan yang apa adanya. Tetapi kali ini berbeda. Aku diundang sebagai tamu, dengan pakaian yang bermode dan riasan di wajah. Meskipun begitu, kedatanganku ke sini bukan sebagai tamu biasa yang akan menikmati pesta ini. Aku tetaplah seorang wartawan yang sedang berkamuflase.
"Kau Shopie, kan?" Seorang pria dengan setelan formalnya menghampiriku begitu aku berhasil lolos dari pemeriksaan dan diperbolehkan masuk.
"Eric?"
Dia tersenyum dan mengangguk. Aku pun ikut mengukir senyum dan bersyukur di dalam hati karena tak perlu menunggunya terlalu lama.
"Ayo, sebentar lagi pestanya akan dimulai," ajak Eric beramah-tamah.
Kuanggukkan kepalaku dan mengikuti langkah kakinya yang berjalan di depanku.
"Setelah ini, aku akan selalu berada di sekitar Mr. Wilde. Jadi, tetaplah berada di sampingku," bisik Eric ketika pesta dibuka dengan pidato singkat oleh Liam Wilde.
Aku hanya mengangguk mengiyakan. Kembali fokus pada tujuan awalku datang ke sini.
Sementara di depan sana, tampak sesosok Liam Wilde berbicara dengan pengeras suara sehingga seluruh perhatian semua orang tertuju padanya. Begitu pun denganku yang mulai mengamatinya dari kejauhan.
Liam Wilde adalah seorang pengusaha di bidang perangkat lunak dengan aset yang tidak terhitung jumlahnya. Kekayaannya benar-benar melimpah tak habis tujuh turunan. Dikenal sebagai sosok pebisnis yang andal hingga memiliki beberapa cabang perusahaan. Usianya juga masih terbilang muda. Bakatnya sebagai seorang pengusaha mungkin diwariskan oleh ayahnya yang juga terlibat dalam dunia bisnis.
Skandal baru-baru ini yang menggiring nama Liam Wilde cukup menghebohkan dunia. Pria itu dituduh sebagai pedofil setelah video tentang pengakuan seorang remaja berusia tiga belas tahun beredar luas di internet. Sayangnya, kasus itu ditutup begitu saja dan Liam dinyatakan tak bersalah. Masyarakat luas menuduh jika Liam menyuap aparat untuk membebaskannya.
Dan kasus itulah yang akan kuungkap saat ini. Dalam waktu lima hari seperti yang dikatakan Angela. Benar-benar gila. Keikutsertaan Eric mungkin akan sedikit membantuku, tetapi tetap saja kasus tersebut tak akan bisa kuusut hanya dalam waktu lima hari saja.
Entah kenapa, aku menjadi pesimis. Lawanku saat ini adalah Liam Wilde. Dengan dia yang berdiri di depan sana saja sudah membuat nyaliku menciut. Aura penguasanya bahkan terasa sampai ke sini. Apalagi ketika tatapan kami tak sengaja bertemu. Seolah-olah telah menegaskan bahwa dia sangatlah berkuasa dan aku mungkin tak bisa berbuat apa-apa.
"Jadi, ini kekasihmu?" Liam Wilde kini berdiri di hadapanku. Bola matanya bergerak naik turun mengamatiku.
Kulihat Eric memberikan senyum sopannya pada Liam. "Ya. Namanya Shopie."
Saat kembali pada Liam, kutemukan pria itu masih terus memerhatikanku. Kuusahakan agar bibirku membentuk senyum meski manik abu-abunya seolah mengunciku dalam tatapannya.
"Mr. Wilde, perkenalkan say—"
"Sebentar lagi Ayahku akan datang. Usahakan agar dia tak membuat masalah," ujar Liam kepada Eric, memotong pembicaraanku yang sepertinya enggan didengar olehnya.
Oh, sial!
Dadaku membusung untuk menahan napas. Sial sekali pria yang satu ini. Dia sungguh tidak sopan. Tidak bisakah dia menghargaiku dengan cara mendengarkan ucapanku sampai selesai? Jadi benar kata orang-orang jika Liam Wilde sangatlah sombong.
"Miss Pillsbury, kau bisa menunggu di sana selagi kekasihmu bekerja," ucap Liam padaku dengan wajah datarnya dan tangan yang menunjuk pada satu objek. Setelahnya pria itu pergi dari hadapanku dengan angkuhnya.
Tetapi tunggu sebentar. Dia memanggilku apa barusan? Pillsbury, bukan? Bagaimana dia bisa tahu nama belakangku? Aku bahkan masih ingat sekali jika aku tidak sempat memperkenalkan diriku karena pria itu memotong pembicaraanku.
Lalu, dari mana dia tahu?
KAMU SEDANG MEMBACA
I Kissed a Billionaire
RomancePertemuan tak terduga antara Shopie Pillsbury dengan billionaire tampan, Liam Wilde mengubah hidup gadis itu menjadi lebih rumit, dan mau tak mau menariknya masuk lebih dalam ke kehidupan sang billionaire. *** Tujuh tahun yang lalu, Shopie Pillsbury...
Wattpad Original
Ada 7 bab gratis lagi