Kirana POV
Aku berdiri di depan rumah mewah dengan pintu gerbang bergaya klasik. Mataku tak berkedip melihat rumah ini, sangat indah, sangat asri dilihat dari pekarangan rumah yang ditumbuhi berbagai jenis bunga-bungaan. Rumah bergaya Mediterranean. Rumah impianku, tapi sayangnya ini bukan rumahku.
Seorang satpam membukakan gerbang itu dan menghampiriku, "Siang mba, ada yang bisa saya bantu?" tanyanya ramah
Aku berkedip sejenak dan membalas senyumnya, "Iya Pak, saya mau bertemu dengan Bik Anjani."
"Maaf mba, nama mba siapa?"
"Saya dengan Kirana. Saya keponakannya Bik Anjani, Pak."
"Silahkan masuk mba. Sebentar saya panggilkan yaa Bik Ani-nya."
Aku mengikuti satpam yang kulihat namanya terpajang pada seragam yang dipakainya, Warsito. Pak Warsito menghubungi Bik Ani melalui telepon intercom yang ada di pos satpam.
Aku jatuh cinta saat melihat pekarangan rumah yang luas ini, aku sangat menyukai bunga dan tanaman. Sungguh aku ingin sekali memiliki rumah impian seperti ini. Seulas senyum tercetak diwajahku, seandainya saja rumah ini menjadi rumah masa depanku.
"Mari ikut saya mba Kirana."
Aku mengikuti Pak Warsito melewati pekarangan rumah yang asri dan indah, rasanya aku ingin terus menatap pekarangan rumah ini, aku ingin sekali merawat pekarangan rumah ini. Sampailah kami didepan pintu masuk rumah, Bik Anjani dengan senyum merekah membukakan pintu untukku dan segera memelukku erat.
"Kirana, bibik kangen sekali sayang." ucap Bik Anjani
"Kirana juga bik. Bibik baik-baik saja?" aku mengurai pelukanku dan menatap rindu Bik Anjani
"Baik sekali sayang. Kamu baik-baik saja kan, nduk?"
"Kirana baik, bik."
Bibik menggandeng tanganku dan mengajakku duduk di ruang tamu. Lagi, mataku menatap takjub akan keindahan rumah ini. Aku menatap sofa yang ada didepanku, aku tidak berani duduk di sofa itu, takut mengotorinya. Benar, aku ini datang dari kampung, aku gadis kampung yang datang ke kota, mencari pekerjaan disini.
Bibik mengerutkan dahinya, "Nduk, ayo duduk. Bibik buatkan minum dulu ya."
"Bik," aku menahan tangannya, "apa bibik yakin, kita tidak akan kena masalah jika aku duduk di sofa itu? Lebih baik kita ke dapur saja bik." ujarku
Bik Anjani tersenyum tenang, "Nduk, pemilik rumah ini tidak pernah memandang status orang lain. Bibik, satpam, dan supir disini sudah dianggap sebagai keluarganya." kata Bik Anjani meyakinkan
"Tapi bik, Kirana tidak nyaman. Selain itu, majikan bibik kan belum tau bahwa Kirana sudah disini." jelasku
"Baiklah, ayo ikut bibik ke dapur." Bibik menuntun tanganku menuju dapur
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT TIME [END]
Romance[ADULT ROMANCE 21+] "Menikah denganku." ucapnya seraya menyodorkan cincin cantik didepanku, tunggu sebentar, ucapannya seperti bukan permintaan tapi lebih kepada perintah untuk menikah dengannya "Jangan bercanda dengan pernikahan, Tuan. Pernikahan b...