H A P P Y R E A D I N G
^_^
Tekan BINTANGnya GRATIS ⭐⭐⭐
Kirana (POV)
Tiga bulan sudah project di Manado berjalan, dan sebentar lagi akan selesai. Aku masih tetap bekerja sebagai sekretaris sekaligus asisten rumah tangga Tuan Axel.
Berkali-kali Tuan Axel membujukku untuk memperkerjakan asisten rumah tangga, agar aku tidak kelelahan, tapi aku tetap menolaknya. Aku masih bisa menjalankan kedua pekerjaan itu sendirian, lagi pula Tuan Theo tidak pernah lagi datang ke rumah Tuan Axel, jadi aku tidak perlu pergi keluar rumah, membuatku punya cukup waktu untuk beristirahat dirumah.
Mengenai hubunganku dengan Tuan Axel, masih tetap sama seperti sebelumnya, tidak ada yang berubah. Meski terkadang perlakuan manisnya membuatku terbuai, tapi aku selalu mengingatkan diriku untuk tidak terlalu menanggapinya, karena aku tidak ingin merasakan lagi yang namanya sakit hati karena cinta, seperti yang pernah aku alami sebelumnya.
Biarlah seperti ini, jika Tuhan sudah menetapkan jodoh untukku, bagaimanapun caranya pasti kami akan bertemu.
"Kirana." panggil Tuan Axel yang membuka pintu ruang kerjanya
"Iya, pak." Aku segera berdiri dari tempat duduk dan melihatnya yang membawa Mac-book ditangannya, sepertinya dia akan pergi
"Saya akan pergi keluar, jika pekerjaan kamu sudah selesai, kamu boleh pulang."
"Baik, pak." jawabku, dia menatapku seolah tau bahwa aku ingin bertanya padanya
"Aku pergi menemui Theo." ucapnya
Aku hanya mengangguk kecil, "Sepertinya akan hujan deras, pak. Jadi, hati-hati menyetirnya." ujarku seraya melihat keluar jendela gedung yang menampilkan awan yang cukup gelap dan tebal
"Baiklah, terima kasih." katanya lalu pergi meninggalkanku
Aku terduduk lesu dikursiku seraya menyandarkan tubuhku, "Ternyata Tuan Axel masih berhubungan dengannya. Apa mereka berdua sering bertemu diluar?" tanyaku penasaran
Aku menghela napas berat lalu kembali fokus kepada pekerjaanku. Hari ini pekerjaanku lumayan banyak, sepertinya tidak bisa pulang lebih cepat.
JJEEDDAARR... Aku terkejut mendengar suara petir yang sangat keras diikuti oleh suara guntur yang saling bersahutan, aku menoleh ke arah jendela gedung, sudah hujan ternyata disertai angin kencang dan kilat halilintar.
Seketika aku menelan salivaku, cuaca yang seperti ini yang paling aku benci, dan jujur saja membuatku takut.
Benci karena cuaca yang seperti ini yang telah merenggut nyawa kedua orangtuaku. Takut karena aku akan mengingat kembali kecelakaan itu.
Apalagi, sekarang di ruangan ini hanya ada aku seorang diri. Aku memutuskan untuk mendengarkan lagu dengan volume kencang, agar suara hujan, petir, guntur dan halilintar setidaknya dapat teredam oleh suara musik. Aku melakukan brain washing pada diriku sendiri hingga aku kembali larut dalam pekerjaanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT TIME [END]
Romance[ADULT ROMANCE 21+] "Menikah denganku." ucapnya seraya menyodorkan cincin cantik didepanku, tunggu sebentar, ucapannya seperti bukan permintaan tapi lebih kepada perintah untuk menikah dengannya "Jangan bercanda dengan pernikahan, Tuan. Pernikahan b...