Uhibbuka Fillah

26 6 1
                                    

"MasyaAllah Tabarakallah" ucapku dalam hati saat ia membuka cadarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"MasyaAllah Tabarakallah" ucapku dalam hati saat ia membuka cadarnya. Begitu polos, tanpa make up. Kulit wajahnya tidak terlalu putih namun bersih, hidungnya juga tidak terlalu mancung, bibirnya menyunggingkan senyum ke arahku.

Bismillah, aku siap melanjutkan nadzhor ini, entah kenapa hatiku merasa ingin melindunginya.

"Syakib, kerja dimana?" Tanya bapaknya Ghalia.

"Saya kerja di perusahaan provider pak, sebagai supervisor IT"

"Sudah lama?"

"Alhamdulillah sudah hampir 5 tahun pak"

"Apa yang membuat kamu tertarik pada Ghalia?" Pertanyaan ummiku, membuat aku terkejut.

"Ummi, iseng banget sih" ucapku dalam hati.

Aku terdiam, kupandangi lagi akhwat di depanku, kemudian aku mengambil nafas dalam-dalam.

"Setelah membaca seluruh biodata Ghalia, saya yakin Ghalia akan menjadi pendamping yang baik untuk saya, mmi"

"Gombal" celetuk abah sambil tertawa.

Keluargaku dan keluarga Ghalia ikut tertawa. Ku lirik lagi wajah sendu di hadapanku. Ku lihat ia tersenyum, sungguh manis.

"Nah, gimana kalau kita makan malam dulu. Nak Syakib, harus coba masakan Ghalia, supaya tau apa Ghalia benar-benar pantas jadi pendamping kamu" ibu Ghalia dan putrinya beranjak ke dalam.

"Saya ikut bantu ya" ummi berdiri mengikuti mereka ke dalam.

Tak lama, mereka keluar membawa senampan nasi kebuli dan nasi tomat kesukaanku. Aku terkesima, jarang sekali ada akhwat di jaman modern ini bisa memasak masakan arab.

Kuperhatikan jari-jari tangan Ghalia saat menghidangkan makanan untuk kami, lentik dan juga terawat. Cincin yang ia gunakan sungguh pas di jari manisnya.

Reflek aku bertanya pada Ghalia,
"Yang mana, yang ukhti masak sendiri?"

"Nasi tomat akhi" jawabnya pelan.

Aku mengambil nampan yang berisi nasi tomat, sebenarnya aku bingung kenapa bisa pas hidangan ini makanan kesukaanku ya. Tapi ya sudahlah, itu tidak penting. Aku segera memasukan sendok ke mulutku.

"MasyaAllah, enak banget, Ghalia jago ya masaknya" pujiku

Ghalia tersipu malu, Alhamdulillah kalo akhi suka.

Aku benar-benar menikmati makanan yang di hidangkan oleh keluarganya Ghalia.

Abah yang orang arab memuji masakan Ghalia.

"Afwan, abah, ummi, bapak dan Ibu. Saya berniat minggu depan akan mengkitbah Ghalia sebagai istri saya, apakah di izinkan?

"Kalau abah dan ummi akan mengizinkan kamu meminang akhwat idamanmu"

Aku tersenyum

"Kami juga mengizinkan, coba kamu tanya Ghalia, mau gak dia?"

"Mau" ucapnya pelan.

"Alhamdulillah, semoga semua di lancarkan" ucapku spontan

"Aamiin' jawab mereka bersama.







MAPS (Maka Ku Ikuti Peta Yang Mengarahkanku PadaNya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang