two.

1.4K 145 44
                                    

And all i wanna do, is to fall in deep
___

Ryujin mengerjap, cahaya mentari tak lagi terasa menyengat, terganti cahaya temaram dari lampu pijar yang menerangi penjuru ruangan.

Ryujin tidak ingat, bagaimana tubuhnya bisa berpindah dengan begitu mudah—yang pasti, ia ingat kalau semula ia masih di rumah Chaeryeong. Tapi sekarang, ia sudah terbaring dengan selimut yang menutup seluruh tubuhnya; dan berada dalam kamar seseorang—milik Yuna.

Klek.

Yuna sedikit terhenti dari aktivitasnya ketika netranya bertemu langsung dengan netra tajam Ryujin, dirinya tersenyum dengan senampan teh dan sup di salah satu tangannya. Ryujin masih terheran bagaimana gadis itu bisa membawa nampan yang berat hanya dengan satu tangan.

"You already up, hm? Bangun. Kau harus makan, Shin." Ryujin terkekeh mendengar Yuna menyebut marganya, terasa aneh jika Yuna yang menyebutnya begitu-toh, marga keduanya sama hanya saja tak memiliki ikatan darah.

"Kau yang membuat sendiri supnya, Yuna?" Yuna tersenyum, "kau terlalu banyak melihat drama, jin. Jangan terlalu berharap, aku membelinya tadi. Aku tidak semanis yang kau bayangkan." Ryujin tertawa, "tapi kau selalu manis bagiku, apapun yang kau lakukan."

Yuna tersenyum, ia meraih tangan Ryujin yang terkulai lemas diatas selimut yang menutupi tubuh gadis mungil itu—menggenggamnya erat, seolah genggaman itu adalah yang terakhir. Ryujin terkadang merasa takut jika Yuna begitu.

"Jangan melukai dirimu sendiri. Aku tidak suka melihatmu terbaring sakit diatas ranjang, Ryujin."

Ryujin tersenyum jahil, "kau sebegitu takut kehilangan aku, huh?" Yuna tersenyum mendengar celotehan Ryujin yang percaya diri; "percaya diri sekali kau. Tapi benar, aku tak ingin kau meninggalkanku begitu, aku belum menepati janjiku padamu." Balas Yuna hangat, ia mengecup kening Ryujin lembut.

"I love you, Ryujin, you know i do."

"And i love you too, sweet talker."

"Chaeryeong? Yuna sudah pulang?"

"Iya."

"Ryujin?"

"Ryujin sakit. Yuna pulang untuk merawatnya."

Chaeyeon mengernyit, "maksutmu, Yuna merawat Ryujin? Bukannya dia harus bekerja dan sekolah?" Chaeryeong mengedik acuh; "dia yang memaksa, biarkan saja. Lagipula Ryujin juga tak akan menyusahkannya."

Chaeyeon mengangguk faham, meski merasa aneh tentu ia tak mau membuat adiknya justru berprasangka terhadap kekasihnya sendiri—lain kata, ia tak ingin membuat hubungan adiknya menjadi buruk.

"Hmmm baiklah, ayo kita makan. Aku membelikanmu tteokbokki dalam perjalanan pulang."

Chaeryeong tersenyum senang, "terima kasih, kak!"

Chaeyeon membalas senyum adiknya-tidak ada yang lebih berharga selain senyum tulus Chaeryeong, "tentu saja, adikku."

Ryujin mengedipkan matanya beberapa kali, sedikit lelah karena terus memandang televisi kamar Yuna yang menyala menemani sunyi malam.

into you┊2shinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang