four.

898 100 23
                                    

So name a game to play, and I'll roll the dice
___

"Aku harus bertemu Chaeryeong dulu. Maaf. Ya, aku akan segera kembali setelahnya. Kau butuh sesuatu? Oh, baiklah."

Yuna membuang nafasnya, hari sudah mulai menjelang siang. Artinya, shift-nya akan segera digantikan temannya. Dengan tergesa ia merapikan barang-barangnya dan mengepaknya masuk kedalam tasnya.

Setelah ini ia harus ke rumah Chaeryeong terlebih dahulu. Iya, Yuna tak lupa jika ia memiliki seorang kekasih—meski ia juga memiliki kekasih di rumahnya.

Yuna hendak berbalik, melajukan langkahnya menuju halte bus yang memiliki arah berlawanan dengan arah pulangnya. Namun, entah sial atau apa, Yuna justru bertemu seseorang yang sungguh-sungguh ia malas untuk bertatap muka.

"Yuna?"

"Apa, Hwang Yeji?"

Sosok itu tak lain adalah Yeji—mantan kekasih Ryujin dan sosok yang memendam rasa pada Chaeryeong. Mungkin karena Yeji maruk makanya Yuna tak suka dengannya.

Yeji tersenyum ramah, seperti biasa, tidak berubah dan tak pernah mengejutkan Yuna.

"Ku dengar Ryujin sakit, benar?" Yuna mengubah raut wajahnya semakin dingin, tatapnya kejam betul pada Yeji; "untuk apa kau peduli, Yeji?" Yeji membuang nafasnya, "a-ah.. Ryujin 'kan masih temanku, tentu sa-"

"Aku peringatkan padamu, jangan kau dekati Ryujin lagi dan jangan kau coba untuk dekat dengan Chaeryeong." Yeji mengernyit, "kenapa?" Yuna hanya menyeringai dan hal itu membuat Yeji bergidik ngeri.

"Tidak ada yang perlu kau ketahui setelah apa yang kau perbuat pada Ryujin. Kau tak akan pernah mengerti, Yeji." Jawab Yuna, sedikit menepis salju yang mengotori mantelnya dan melanjutkan langkahnya yang terhenti namun tangan Yeji buru-buru menahannya.

"Yuna, aku mohon. Biarkan aku bertemu Ryujin, s-sekali ini saj-"

"Jangan harap."

"Aku mohon, aku akan lakukan apa saja."

"Kenapa tidak cari saja sendiri?"

Yeji terdiam, tatapannya menjadi sendu—Yuna tahu jika Yeji butuh bantuannya untuk mempertemukan dia dengan Ryujin, tapi Yuna tak kuasa menahan cemburu jika Ryujin dan Yeji bersentuhan sedikit lagi saja. Kalau Ryujin takut kehilangan, maka Yuna akan egois; mereka tidak ada bedanya.

"A-aku.. erh.. dia- dia tidak mau mengangkat panggilanku, dia juga tidak membalas pesanku, aku khawatir padanya." Desah Yeji lelah, ia hanya terus menunduk meski ia tahu Yuna menatapnya tak suka; "tapi Ryujin tak butuh khawatir darimu, Yeji. Jangan siksa dirimu dengan mengejarnya, kau tahu jika dia hanya melukai bukan menemani."

Yeji mendongak, mencoba mencari kesungguhan dalam kata-kata Yuna padanya. Yeji harap, kebohongan yang akan nampak—namun Yuna serius, Yuna menampilkan wajahnya yang dingin; dan wajah itu tak pernah berbohong dalam sejarah pertemanan mereka.

"M-maaf." Kata Yeji, ia kembali menunduk—kenapa mendadak hatinya menjadi berat? Seolah, tatapan Yuna itu jangkar yang menarik kuat-kuat hatinya. Kenapa tatapan Yuna terasa, menyakitkan?

"I don't mind. Aku hanya ingin kau berhenti mencari Ryujin. Aku tak mau kau dan dia sama-sama terluka hanya perasaan sialan itu, kau pasti mengerti." Kata Yuna dingin, ia meraih heat pack yang ada dalam kantong mantelnya, meraih tangan Yeji dan menaruh benda penghangat itu dalam genggaman yang lebih dewasa.

into you┊2shinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang