Been waiting and waiting for you to make a move,
before i make a move
___Yuna mengernyitkan keningnya ketika melihat notifikasi familiar pada pagi hari ia menginap di rumah Chaeryeong. Bukan dari Ryujin, tentu saja— Ryujin saja masih terlelap di samping kirinya, sedang samping kanannya ada Chaeryeong.
Tapi Lia, bosnya.
Yuna dapat membaca tulisan bisakah kamu datang ke cafè? Aku ada perlu bicara denganmu.
Meski bingung, Yuna tahu pasti Lia ada kepentingan dengannya. Dia buru-buru bangun, sebisa mungkin tidak membangunkan kedua kekasihnya, yah walaupun itu semua adalah rahasianya.
Setelah berhasil lolos, Yuna cepat-cepat menuju kamar mandi untuk membasuh tubuhnya kemudian bersiap untuk berangkat menemui Lia. Namun, aksinya terlebih dulu diketahui oleh Ryujin.
"Honey, kau mau kemana?" Tanya Ryujin, Yuna sontak membeku— kalau dia mengaku, ia tahu Ryujin akan marah padanya; apalagi ini hari libur baginya bekerja. Yuna memutar otak, membuat sebuah alasan.
"Aku mau membeli beberapa bahan, kau di rumah saja menemani Chaeryeong. Aku hanya sebentar." Pesan Yuna, Ryujin yang semula mengerutkan alisnya kini hanya bisa mengangguk pelan; "baiklah, hati-hati sayang, jangan lupa pakai mantelmu. Hari ini cukup dingin."
Yuna tersenyum, sedetik kemudian terbetik dalam benaknya; bagaimana hatinya tidak lebih melekat pada Ryujin jika begini? Bahkan, Ryujin jauh lebih perhatian daripada Chaeryeong.
"Iya. Aku pergi dulu, love you." Ujar Yuna seraya tersenyum, pintu tertutup pelan yang diiringi senyum Ryujin yang memudar. Dia tahu, Yuna berbohong. Namun, apa yang bisa ia lakukan untuk mencegahnya pergi? Tidak ada, tidak lebih dari kekasihnya, Ryujin bukan siapa-siapa dalam hal ini.
┊
"Lia-ssi," panggil Yuna lembut ketika berhasil memasuki area cafè, dimana Lia menjanjikan pertemuan mereka. Lia menoleh, tersenyum menyadari keberadaan Yuna.
"Hai, Yuna! Duduklah" cetus Lia seraya menunjuk kursi yang kosong dihadapannya, Yuna dengan senyum ramah mengikuti perintah Lia. Lia menyodorkan cup kopi susu yang ia pesan khusus untuk Yuna, ia tahu gadis itu menyukai kopi susu.
"Terimakasih, nona-"
"Jangan gunakan bahasa formal ketika kita hanya berdua, Yuna. Bukannya kita sudah berjanji?" Ujar Lia seraya tersenyum indah, Yuna sedikit terkesima— Lia memang cantik, namun dua kekasihnya juga tak pernah kalah cantik dari bosnya itu.
"Jadi, apa yang perlu kau bicarakan?" Ucap Yuna memulai, Lia yang semula menyesap sesekali kafeinnya beralih menatap gadis jangkung yang tengah menatapnya dengan binar bingung. Lia tersenyum simpul, ia beralih menyodorkan tampilan handphonenya pada Yuna.
Disitu, tertera jelas sebuah undangan untuk Lia agar menghadiri suatu pesta dansa. Entahlah mengapa, Yuna merasa hal berat akan segera terjadi setelah Lia membuka mulutnya.
"Aku harus menghadirinya, kau tahu kalau aku dengan sang pemilik acara adalah teman baik— partner kerja, jadi aku tak bisa mengecewakannya. Well, dia bilang agar aku datang bersama kekasihku; tapi kau tahu kalau aku tak memiliki seorang kekasih."
Yuna hanya diam sepanjang Lia menjelaskan, terbesit rasa sesal bahwa ia tak bercerita pada Lia tentang kekasihnya. Hal ini akan berdampak pada hubungan ketiganya, tentu saja. Mereka semua berkesinambungan, bahkan Yuna yakin jika Ryujin dan Chaeryeong juga pasti akan menghadiri pesta ini. Pesta milik Heejin, sahabat Ryujin yang termasuk teman baik Chaeryeong, dan partner bisnis Lia.
KAMU SEDANG MEMBACA
into you┊2shin
Fanfiction❝so baby, let's keep it a secret.❞ © 2019 - shinstarz was #1 on Ryuna!