ten.

610 73 6
                                    

'Cause i'm so into you.
___

Prang!

"Astaga, Ryujin! Kau tidak apa-apa 'kan?!" Seru Heejin panik saat melihat Ryujin hampir saja melukai kakinya sendiri dengan piring kue yang dibawanya.

Yeji menatapnya khawatir seraya membantu mengambil pecahan beling yang tersisa di dekat kaki Ryujin dan membawanya keluar, sementara Ryujin masih terbujur kaku di tempatnya.

"Heh! Kau kenapa sih? Kau sakit? Shin Ryujin, jawab aku!" Ujar Heejin seraya mengguncang bahu Ryujin, Ryujin sontak melepaskan tangan Heejin dari bahunya— terkesan kasar, tapi Ryujin tak peduli.

"Eh?"

Ryujin menatap Heejin tajam, "untuk apa kau mengundangnya datang, Jeon Heejin? Kau bilang, kau peduli pada perasaanku. Mana buktinya? Kau justru mengundangnya datang kemari, sama saja seperti membuka luka yang baru saja mengering!" Ketus Ryujin, wajahnya jadi merah padam tak lupa kilatan emosi tampak meluap di kedua mata Ryujin yang tajam.

Heejin hanya bisa diam seraya memeluk Ryujin, memohon maaf atas sikapnya yang baru saja melukai Ryujin— kawan lawasnya, kawan satu-satunya yang menemaninya dalam suka dan duka sebelum kebahagiaan mendatanginya dengan sukarela.

Ryujin mendecih kejam seraya melepas pelukan Heejin dari tubuhnya. Ia buru-buru meraih tasnya untuk ia bawa pergi— oh ayolah, setidaknya ia tidak perku bertemu mantan kekasihnya yang menyebalkan itu.

Yuna sontak melepas pelukannya dari pinggang Lia, netranya yang bulat sontak menjadi berkabut dan kosong— sangat tidak benar dimata Lia.

"Kau.. baik-baik saja, Yuna?" Bisiknya lemah, Yuna menunduk; melewatkan tatapan mata Lia yang seolah menembus nadinya. Ah, kalau begini terus maka ia bisa melukai tiga pihak sekaligus. Apa iya, Yuna sudah siap kehilangan ketiganya nanti? Tidak.

"A-ah.. aku.. s-saya harus ke toilet dulu.." izin Yuna seraya meninggalkan Lia yang masih terbujur bingung di tengah-tengah lantai dansa— apa-apaan ini?

Ryujin menatap cerminan wajahnya pada cermin toilet. Wajahnya tampak tak bergairah, bibirnya tetap merah seperti sedia kala, namun kali ini kedua sorot matanya melemah. Lelah dengan kehidupan asmaranya yang pahit.

"Yeji.. Yuna.. kalian sama-sama membingungkan. Tapi tetap saja, aku tidak bisa membenci kalian— aku mencintai kalian. Bagaimana bisa aku mencintai dua gadis yang hanya bisa menghasilkan luka di hatiku? Kau bodoh, Ryujin." Desis Ryujin seraya menyeringai pahit, bulir air mata mulai tumpah kedua belah pipinya.

Ryujin menyalakan kran seraya membasahi wajahnya dengan sedikit air. Ia tidak boleh tampak bodoh, apalagi jika Heejin menemukannya disini sekarang.

Klek..

Pintu toilet kembali terbuka, kali ini adalah giliran Ryujin keluar dari toilet. Tampak begitu ramai, banyak yang mulai berhamburan dan lalu lalang dihadapannya. Sampai seseorang dengan ciri fisik yang menarik perhatian Ryujin. Ryujin sesungguhnya tidak peduli, kalau saja orang itu tidak mempunyai sentuhan visual yang sama dengan kekasihnya— Shin Yuna.

Ryujin sontak mengernyit, pakaian yang dikenakannya terlihat sangat asing dimata Ryujin— nyaris membuatnya berpikir bahwa ia salah lihat.

Ryujin mengernyit ketika melihat orang itu menuju halaman belakang rumah Heejin— yang tampaknya juga sengaja dibuka untuk beberapa orang yang ingin menikmati alam serta kolam renang di rumah Heejin.

into you┊2shinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang