13. Berubah?

44 4 0
                                    

15.35
Rumah sakit

Setelah tauran kemaren Leoni masih dirawat di rumah sakit. Mungkin malam nanti aku besok pagi dia baru bisa keluar. Keadaannya sudah lebih baik. Untung saja orang tuanya sedang pergi jadi tak perlu takut uang jajannya dipotong.

"Leoni jangan banyak gerak deh!" kata Leon bernada tinggi. Yaa, takutnya lukanya ngelebar lagi.

"Ya Allah bang! Apaan sih?" protes Leoni.

"Ya habis lo nggak bisa diem sih." Merasa kesal Leon akhirnya hanya memainkan ponselnya dan terjadilah keheningan.

"Bang gabut ini, jalan-jalan ayuk!" Leoni memecah keheningan.

"Kemana?" tanya Leon menanggapi adiknya namun fokusnya masih ke hpnya.

"Ke taman kek apa kantin gitu," rengeknya.

"Yaudah gue ambil kursi roda dulu." Tangan Leon dicekal Leoni.

"Lebay amat sih bang, cukup lo pegangin infusnya aja. Gue bisa jalan kok."

"Yaudah iyee." Leon segera mengambil infus dari tempatnya dan berjalan menuntun Leoni setelah menaruh infus di tempat yang bisa buat dibawa bawa alias didorong.

Sampainya di taman, mereka duduk di bangku bawah pohon beringin dan memesan semangkuk bubur. Setelah menunggu pesanan akhirnya datang juga. Sambil makan mereka ngobrol ketawa ketiwi. Sampe akhirnya...

"Le, lo nggak takut apa? Kita duduk di bawah beringin lho ini." Leon nampak gelisah setelah menyuapkan sesendok bubur ke mulutnya.

"Emang kenapa bang?" tanya Leoni tak paham.

"Ini kan pohon beringin ya... biasanya kan rumahnya mbak kunti Le." Spontan Leoni langsung ngakak ngelihat raut wajah Leon yang ketakutan.

"Hahahaa... kocak lu bang. Orang bar bar kek lo gini takut begituan?" Masih ngakak aja dah si Leoni.

"Ngetawain apa sih kok kayaknya bahagia banget?" Suara dari sebelah kanan Leoni membuatnya berhenti tertawa.

"Le, gua mau ambil hp nih. Bentaran ye." Leon meninggalkan mereka berdua setelah dikode Evan.

"Lah ngapain sih bang?" jawab Leoni memelas. Namun Leon tetap pergi meninggalkannya berdua dengan lelaki tadi. Keheningan terjadi tepat saat Evan datang menghampirinya.

"Mau aku suapin bubur?" tanya Evan lembut lalu tersenyum tipis.

"Nggak perlu!" tolaknya cepat. Leoni cepat berdiri dan hendak mendorong tempat infusnya tapi sebelum itu..

"Kenapa kamu ngejauh dari aku Le?" Evan mencekal tangan Leoni.

"Terserah aku dong," jawabnya menatap tajam Evan.

"Masih marah soal aku ninggalin kamu? Bukannya kamu udah nggak permasalahin itu lagi ya? Oh atau, kamu cemburu ya pas lihat aku berduaan sama adek kelas di depan perpus?" tanya Evan yang lebih tepatnya bertujuan menggoda Leoni.

Sontak Leoni membuang muka dan itu membuat Evan menahan tawanya. Leoni yang kesal langsung saja mendorong infusnya yang digantung ditempatnya. Selama Leoni berjalan di koridor rumah sakit menuju ruang rawatnya, Evan terus saja menggoda Leoni dengan membahas adik kelas yang bersamanya di depan perpus. Tapi seperti ada yang aneh dengan ucapan Evan.

Kok dia jadi lebih dewasa gini sih ngomongnya? Kesambet apaan dah? Jangan-jangan kesambet kunti lagi, apa iya pohon beringin itu emang rumahnya mbak kunti? batin Leoni.

Bruuk...

"Eh maaf mbak, saya nggak sengaja." Yaampun, Leoni sampek nabrak suster lagi.

"Nggak apa-apa sus, seharusnya saya yang minta maaf. Tadi saya nggak merhatiin jalan." ucap Leoni lalu dibalas anggukan suster itu sebelum pamit meninggalkan Leoni dan  Evan.

"Kok bisa sampe nabrak sih Le? Mikirin aku ya?" kata Evan sambil naik turunin kedua alisnya.

"Dih PD gila ni anak!" bantahnya cepat. Setelahnya ia berjalan menuju ruang rawatnya, namun tak ada Leon di sana. Leoni mengambil hp yang tergeletak di kasur rumah sakit. Ternyata ada chat masuk dari Leon.

Kembaran Sarap

Le, gue ada di ruang rawatnya Andro. Di ruang Flamboyan no 8. Dia udah sadar.
16.13

Setelah membaca pesan tersebut Leoni berencana untuk datang ke ruang rawat Andro. Daripada dia dorong-dorong tiang infus dia berpikir akan meminta tolong pada Evan. Tapi gengsi dia bilang gausah. Tapi akhirnya minta tolong juga dah. Nggak ada salahnya juga kan?

"Van, anterin gua ke ruang Flamboyan no 8. Tolong bawain infus gue, gue males dorong-dorong begituan." Setelah leoni berucap Evan langsung gc buat megangin infus Leoni.

Saat keluar kamar Evan baru bertanya untuk apa mereka ke ruang Flamboyan no 8 namun Leoni hanya menjawab 'entar tau sendiri'.

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 13, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cewek TomboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang