Jika rasa itu ada,
sejauh apapun dirimu berada,
sejauh apapun hatimu ada,
mimpiku akan selalu tentangmu
Hidup bulan seakan jauh dari kata sederhana. Malam dihotel itu, dihitungan detik pun mampu membuat masa depannya hancur sempurna.
"Gue anter lo p...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gue seneng, dada gue jadi tempat sandaran terbaik lo
Bintang arkana w.
***
"Terus sampai kapan lo disini?" tanya lena setelah pintu kamarnya tertutup sempurna.
Ia melempar tasnya begitu saja kearah sofa yang tidak jauh dari tempat tidurnya. Lalu, ia duduk diatas kasur mengikuti bulan yang juga duduk disana.
Lena mengambil bantal yang ada, dan mendekapnya didalam pangkuannya, "Bukannya gue gak suka lan, lo tidur disini" ucapnya, agar bulan tidak salah paham akan pertanyaan yang ia ajukan sebelumnya.
Bulan yang duduk dipinggiran kasur pun berbalik, yang semula ia membelakangi lena. Ia mengambil nafas sejenak, obrolan seperti ini yang membuat dadanya sedikit sesak, bukan obrolannya tepatnya, tapi topik yang dibahasnya.
"Aku tau,"
Lena melonggarkan dasi yang seolah terus mencekiknya itu, "Lari dari masalah bukan hal benar kan?" ucapnya memperjelas.
Lena sebenarnya ragu untuk bertanya itu kepada bulan. Ia pun tahu, jika cewek itu sudah mengerti tanpa penjelasan darinya. Tapi, yang membuatnya sedikit bingung adalah, mengapa bulan memilih jalan yang menurutnya salah dari yang seharusnya.
"Tapi, menghadapi masalah dengan bekal kosong juga salah kan?" ucap bulan dengan raut wajah bertanya.
Lena terdiam, ia mempertajam penglihatannya kearah bulan, dan lebih terfokus akan obrolan selanjutnya, "Lalu?" tanyanya kemudian.
"Aku udah kabur dua kali len, dan gak ada yang ketiga kalinya," bulan mulai membuka suara lebih dalam, dengan hati kecil ia bicara ini semua, "Aku juga sayang sama ayah, dia orang satu-satunya yang aku punya. Tapi, apa harus aku korbanin masa depan demi ini semua?" ia menunjuk dirinya sendiri, matanya mulai berkaca-kaca sekarang, "Aku akan pergi besok malam"
"Kehotel itu?" tanya lena.
Bulan hanya mengangguk. Lalu, tangan lena perlahan menyentuh telapak tangannya. Air mata yang hampir jatuh itu, seolah berhenti, ia tidak mau jika lena melihatnya menangis didepannya.
"Gue temenin ya,"
Bulan menggeleng cepat, ia tersenyum kearah lena, "Aku gapapa" tolaknya.