Menepi - Ngatmombilung
SELAMAT MEMBACA CERITA BULAN DAN BINTANG
Kau hadir memberi nyaman,
Untuk singgah atau menebar pesona?Arzetta lena
biar adem liat yg gntg"***
"Jangan pulang kemalaman, dingin, nanti lo sakit" suara Devan diseberang telepon mengingatkan bulan yang masih setia mendengarkannya, "Karna gue gak bisa susul lo kesana"
Bulan mengerti, ia mengangguk walau Devan tidak akan melihatnya, "Ya, jangan khawatirkan aku, seharusnya aku yang kasih perhatian lebih sama kamu, maaf"
"Udah biasa" jawab Devan disertai tawa kecilnya, "Lo tutup dulu, teleponnya ya" pintanya kemudian.
Bulan lalu menjauhkan ponselnya yang semula menempel di telinganya. Ia mematikan sambungan telepon yang dimulai dulu oleh pemuda itu. Devan begitu peduli pada dirinya, menghawatirkannya jangan sampai ia terluka walau sedikit. Bulan merasa dirinya tidak adil, ia tidak berlaku sebaliknya kepemuda itu. Devan sakit, tapi ia malah tidak perduli.
Jika rasa itu tidak pernah tumbuh pun, bulan tidak akan menjauh seperti ini. Sebaiknya dipendam walau sedikit menahan sakit, daripada diungkapkan tapi kenyataan tak sesuai harapan. Hanya itu yang bulan mau, tapi waktu tak mendukung.
Matanya menatap gelapnya langit malam, menghirup aroma dedaunan yang terbang tertiup angin. Bulan bersandar, di kursi taman ini, menolak setiap orang jika ada yang ingin mengisi duduk disampingnya. Ia hanya ingin sendiri, mengeluarkan semua masalahnya secara diam.
Tanpa sadar, matanya basah, air matanya mulai jatuh. Bulan tidak menyekanya, menatap langit malam sambil menangis sudah cukup membuatnya sedikit lebih tenang. Jika ada bunda, mungkin bulan akan menangis di pangkuannya, tidak ada masalah besar yang dapat hinggap di hidupnya. Kini, ia hanya bisa menatap langit, seperti menatap bunda yang tengah menyeka air matanya untuk jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang
Teen FictionJika rasa itu ada, sejauh apapun dirimu berada, sejauh apapun hatimu ada, mimpiku akan selalu tentangmu Hidup bulan seakan jauh dari kata sederhana. Malam dihotel itu, dihitungan detik pun mampu membuat masa depannya hancur sempurna. "Gue anter lo p...