Aku bukan Tuhan, yang bisa tahu apa yang kamu rasakan hanya dengan menatap matamu dan menyaksikan KEBISUANMU.
QUEENZA RALEXA
--------------------------------------------------------------
"Woi balikin! " Pekik Gaza
"Pinjam, bentar doang! Pelit amat sih!" Ucap Baron, tangannya masih berusaha menjauhkan buku bersampul Biru dari jangkauan Gaza
"Ih balikin, makanya kalo ada pr tuh dikerjain dirumah bukan malah di sekolah"
"Iya iya bawel lu"
Gaza, gadis cantik itu kembali ke tempat duduknya, memilih menyerah. Sedangkan Baron, cowok yang meminjam bukunya,masih sibuk menyalin pr Gaza.
"Galaksi lu ngapainn ihh?" Pekik Gaza lagi saat galaksi merapat kearahnya
"Numpang" Cowok itu menengadah ke arah AC yang memang terletak di sudut kiri kelas, tepat dibawah tempat duduk Gaza
"Di tempat lu juga ada AC Galaksi!! "
"Disini lebih kencang anginnya" Ucap Galaksi
"Ihhh ngawur lo! Sana pindah itu Alexa sendirian"
Mendengar namanya disebut, Alexa mengangkat kepalanya dari handphone miliknya
"Ga usah teriak teriak Za, Gua belumm budek" Ucap galaksi lalu beranjak dari tempatnya, namun tidak kembali ke tempat duduknya melainkan memilih duduk bersama Michael, tepat dihadapan Alexa.
Alexa yang melihat itu menghela nafas lelah, seharian ini cowok itu menghindarinya. Dan sekarang sudah jam istirahat tapi cowok itu belum merespon setiap ucapannya.
"Gal, ke kantin yuk"
Galaksi tidak mengiyakan ajakan Alexa tapi tetap berjalan ke arah kantin, membuat Alexa tersenyum singkat lalu mengikuti langkah galaksi
"Lo tuh kenapa sih, hah?" Galaksi menepis tangan Alexa yang memegang lengannya, berusaha menghentikan langkahnya
"Daritadi pagi ga negur gua, gua kasih minum dilapangan malah dikasih Satya, gua ajak ngomong cuma diam aja" Ucap Alexa jengah, matanya yang memakai softlens abu-abu itu melotot ke arah iris mata galaksi
Galaksi membalas tatapan Alexa lalu kembali melangkah saat melihat beberapa siswa mulai memperhatikan mereka
"Gal! Gua belum selesai ngom--, Ish kalo mau berenti tuh bilang dulu dong" Omel Alexa, mengusap keningnya yang baru saja mendarat di punggung keras milik Galaksi.
"Eh Samuel" Gumam Alexa saat melihat Samuel berada di depannya
"Hai, ga ke kantin?" Sapa Samuel
"Ini baru aja mau jalan, yuk Gal" Balas Alexa lalu kembali menggamit lengan Galaksi tapi cowok itu menolak
"Sebenarnya lo tuh kenapa sih?!" Ujar Alexa kesal, menyentak bahu Galaksi, cukup, kesabarannya menipis.
"Apa? Hah?!" Pekikan Alexa terdengar nyaring di Koridor kelas 10, kesal karena Galaksi tidak meresponnya, banyak murid yang mulai memperhatikan mereka, Terlebih sekarang adalah jam istirahat.
"Kalo ada masalah tuh ngomong, jangan cuma diem aja!"
Galaksi mendengus sambil menyunggingkan senyum miring, yang terlihat hambar dan kecewa
"Terserah" Pungkas Galaksi lalu benar-benar pergi meninggalkan Alexa yang terpaku di tempatnya.
Sedangkan Samuel menatap Alexa dengan lekat, semalam gadis itu tidak memberikan jawaban atas pertanyaannya.
---
"Mau kemana lo?" Alexa menatap galaksi yang terlihat akan pergi, padahal sudah jam sembilan malam.
"Bukan urusan lo" Galaksi tetap melangkah menuruni tangga, membuat Alexa terdiam terdiam, Ucapan cowok itu terdengar ketus
"Urusan gua lah, kan lo tinggal di rumah gua" Seru Alexa
Galaksi yang mendengar itu berbalik, menatap geram Alexa yang berada di ujung tangga, perkataan Alexa menyentil ulu hatinya
"Lo ngusir gua?"
Mata Alexa membulat mendengar ucapan galaksi, ia tidak bermaksud seperti itu.
"Oke gua pergi" Galaksi berbalik melangkah cepat kearah pintu
"Bego" Umpat Alexa, merutuki mulutnya yang seenaknya mengatakan sesuatu. Menuruni tangga dengan secepat mungkin saat melihat galaksi akan mencapai pintu. Tidak, Galaksi tidak boleh pergi meninggalkannya.
"Galaksi tunggu, eh--"
Galaksi sontak berbalik saat mendengar pekikan Alexa disertai teriakan gadis itu.
"Alexa!"
Galaksi berlari kearah tangga, mendekati Alexa yang terjatuh dari tangga, tubuh gadis itu terguling dari ujung tangga sampai ke lantai bawah. Tubuh galaksi kaku, aliran darahnya serasa berhenti, detakan jantungnya berhenti sejenak lalu berdetak begitu keras.
"Duh" Alexa meringis saat merasakan tubuhnya yang serasa remuk, kepalanya pusing, penglihatannya juga mulai memudar, ditambah dinginnya lantai membuat sakitnyaa terasa sempurna.
Tapi senyumnya mengembang saat melihat galaksi tidak jadi pergi, cowok bermata abu abu itu, berdiri kaku tidak jauh darinya.
Rasa berat pada matanya membuat Alexa ingin menutup mata tapi ia masih ingin melihat galaksi, bagaimana cara cowok itu berlari kearahnya, mengangkat kepala Alexa ke pahanya, menepuk pipinya pelan, memanggil namanya dengan suara bergetar.
Alexa menutup matanya setelah menyaksikan itu lalu terakhir yang ia rasakan adalah tubuhnya yang di angkat serta sesuatu yang membasahi wajahnya. Galaksi menangis?. Alexa mengutuk dirinya karena telah membuat cowok itu terlihat lemah dan setelahnya gelap pekat itu menyambut dirinya.
---
Hai semua, makin kesini saya semakin sulit untuk melanjutkan cerita ini.
Memperbanyak membaca, mengikuti grub kepenulisan, mencari materi tentang kepenulisan, semuanya saya lakukan hanya karena ada kritikan dari beberapa readers ttg kosa kata saya yang katanya membosankan.
Huf saya tentu saja merasa sedih dan kecewa tapi itu terhadap diri saya sendiri bukan karena di kritik orang lain.
Dua part terakhir ini, saya mengerjakan sedikit demi sedikit di waktu kesibukan di sekolah, hingga sore hari saya harus mencari ide dan mengetik. Sampai saya lupa kalau malam telah berganti pagi. Dua part terakhir ini saya menyita waktu tidur saya
Saya benar-benar tidak bisa tidur jadi lebih memilih membaca materi kepenulisan dan mengetik bab ini.
Hufft. Saya suka berbagi masalah saya bukan karena ingin dikasihani tapi sy senang setidaknya ada yg tau masalah saya.
Trmksh 😊
Jangan lupa vote dan komen.
Salam
Raraaaa.

KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESSIVE
Teen Fiction"Ngapain lo?!" tanya Alexa ketus saat melihat gadis cantik sudah berdiri dihadapannya, ralat didepan Galaksi, sahabatnya. Alena tersenyum ramah kepada Alexa lalu menatap Galaksi dengan senyuman mengembang "aku nyari Galaksi, pacar aku "jawabnya sa...