Chapter 4

2.7K 305 6
                                    

Aku melihat jalanan yang semakin sepi saja. Waktu masih pagi bahkan akan menjelang siang tapi mobil yang berpapasan dengan kami bertambah sedikit saja, padahal jelas kami melewati jalan raya namun sepertinya tidak banyak kendaraan yang melewati jalan yang kami lalui. Kembali aku memberikan tatapan pada Carver, mungkin ini sudah tiga kali. Lima kali. Entahlah. Aku tidak menghitungnya dengan benar.

Tapi pria disebelahku ini membuat aku curiga. Dengan dua pengawal yang ada di depan sana dan dia yang memang sedikit gila, aku tidak salah dong merasa curiga. Itu hal yang lumrah. Bagiku.

Tapi aku tidak mengatakannya secara langsung. Tidak ingin dia merasa tersinggung, apalagi dengan keantusiasannya mengajakku ke tempat yang paling dia sukai di kota ini. Sepertinya kami tidak memiliki kesukaan yang sama karena jelas sebelum sampai ke tempat itu saja, aku sudah merasa tidak akan menyukainya.

"Sudah berapa lama kau dan Caleb menjalin hubungan? Setidaknya bertemu."

Aku mendengar dia bertanya bahkan sebeluam aku sendiri memalingkan wajahku darinya. Sejak tadi dia melihat sejenis buku di tangannya dan dia seperti melihat gambar. Entah gambar apa itu, aku tidak mengerti. Tapi dia baru saja bertanya padaku. Pertanyaan yang tidak pernah di tanyakan oleh siapapun. Mungkin karena tidak ada yang memiliki hak untuk menanyakan itu di rumah kami tinggal.

"Enam bulan yang kami bertemu," ceritaku. "Dia menyelamatkan aku dari seseorang yang ingin membunuhku. Dan dia juga berjanji akan membuat siapapun itu yang membahayakan aku menjadi musuhnya."

Carver terdiam dengan masih saja menatap buku di tangannya. Aku tidak yakin dia mendengarkan tapi tiba-tiba saja aku terus ingin bicara. Setidaknya aku bisa beranggapan kalau Carver mendengarku bukan?

"Kami pacaran tiga bulan yang lalu. Dia tidak menyatakana secara langsung tapi dia mengatakannya melalui orang-orang yang ada di rumah. Jadi aku setuju saja saat dia mengatakan kalau aku pacarnya."

"Kau mencintainya?"

Aku yang sejak tadi menatap jari-jari tanganku mendongak saat dia menanyakan perihal hatiku. Kupikir aku sedang berbicara sendiri dan dia tidak mendengarkan. Tapi mata itu sekarang menatap aku dengan cukup intens. Aku tidak suka tatapan Carver yang ini. Dia seolah bisa melubangi hatiku dan mencari tahu kedalamannya.

"Ya, kau mencintainya," putusnya.

Aku ingin membantah tapi tidak tahu cara melakukannya karena apa yang dia katakan benar adanya. Aku memang mencintainya. Kebersamaan kami yang tidak cocok disebut sebuah kebersamaan membuat aku jatuh cinta padanya dengan cara yang buruk. Aku seperti rela melakukan apapun untuknya.

"Ya, kau benar," akuku pada akhirnya.

Tidak ada yang perlu disembunyikan. Ini hanya sebuah perasaan saja dan bukannya rahasia negara yang harus aku simpan dengan jiwa dan ragaku. Setidaknya ada yang mendengarku. Itu saja.

Carver meraih bahuku, pelan sentuhannya tapi aku seperti mendapatkan sebuah balok es di sana. Tubuhku yang panas entah oleh alasan apa seperti tersiram dinginnya sentuh sosok itu. "Jatuh cinta bukan sesuatu yang jahat, Eliya. Jangan terlalu membebani dirimu."

Aku tidak mengatakannya seperti itu tapi seolah hatiku berkata, ya. Hatiku setuju dengan apa yang di katakan Carver dan hatiku membenarkan apa yang tidak terkatakan di bibir pria itu.

Aku tersenyum. Kini hatiku memiliki seseorang untuk di ajak bersepakat jadi aku tidak bisa tidak bahagia.

"Setidaknya jika suatu saat nanti kau dan sepupuku bubar, ada pengawalku yang siap menerimamu. Benar begitu, Zeco?"

"Ya, Sir."

Aku melotot pada bajingan tidak berdosa di sebelahku. Tanganku gatal ingin mencakar pipinya, sedikit saja luka di wajahnya untuk membuat aku mengingat apa yang dia katakan. Dan pengawal sialannya tetap dengan wajah datarnya berada di tempatnya tanpa menatapku.

Caleb Tepesh ✓ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang