Up nya hari ini ya. Kemarin gak bisa pegang hp. Sedang kurang enak badan soalnya. Makasih buat yang udah nanyain cerita ini.
Happy reading
***
Aku berjalan dengan wajah sendu. Sudah hampir satu jam kami mengelilingi pusat perbelanjaan ini dengan alasan Carver yang ingin membeli barang. Itu hanya alasannya untuk mengajak aku keluar pagi ini. Aku tahu tapi aku aku tidak bisa menolaknya karena rasanya aku akan gila berdiam diri di kamarku.Setelah percakapanku dengan Caleb kemarin malam, aku masih menemukan jalan buntu. Pria itu sungguh bersikeras dengan tidak membiarkan aku pergi. Aku sendiri tidak mengerti akan membawa kakiku ke mana. Ke arah yang mana. Sebab kota yang aku tinggali bukan kota milikku.
Caleb membawa aku ke kota ini enam bulan yang lalu dan enam bulan itu lebih banyak aku habiskan di dalam rumah. Jadi aku tidak tahu apa-apa tentang tempat ini. Selain tempat belanja tentu saja. Selebihnya aku tidak tahu.
Aku berharap kalau Caleb setuju membiarkan aku pergi jadi dia bisa setidaknya meminta salah satu orangnya untuk mengantar aku ke bandara. Itu adalah harapan yang sangat bodoh. Mana mungkin Caleb akan dengan senang hati membiarkan orangnya menemaniku yang ingin pergi meninggalkan aku. Bahkan Caleb tidak mengizinkan aku pergi. Itu membuat aku menemukan jalan buntu.
Dan sekarang aku sama sekali tidak berminat melihat apapun di tempat ini. Aku hanya butuh sendiri dan berpikir. Tapi tidak di kamar. Tidak di rumah itu. Di sana aku bisa gila rasanya.
Kulihat Carver sibuk melihat boneka yang membuat aku meringis. Untuk apa dia membawa aku kemari belanja boneka? Dia bukan anak kecil dan lebih-lebih dia bukan perempuan. Pria ini terlalu bersemangat untuk ukuran menghibur orang lain. Tentu saja aku yang akan di hiburnya, memangnya siapa lagi.
"Carver," panggilku.
"Ya?"
"Aku harus ke toilet."
"Kau ingin aku menemanimu?"
Aku menatap dia tidak percaya. Dia tidak serius kan?
"Aku hanya takut kalau kau kenapa-kenapa. Ini murni sebuah kekhawatiran," tandasnya enteng.
Aku memutar bola mataku. "Aku tidak akan bunuh diri, Carver. Dan jaraknya hanya beberapa meter dari toko ini jadi kekhawatiranmu tidak di perlukan."
"Baiklah. Aku akan menunggu di sini. Cepatlah kembali."
Aku meninggalkannya setelah dia menjawabku dengan seceria mungkin. Kupikir dia datang ke sini dan mengajakku memang murni karena dia tidak memiliki teman sama sekali. Juga entah mau dia apakan boneka-boneka lucu itu. Yang pasti dia sendiri tidak cocok bermain dengan boneka tersebut.
Saat aku berbelok hendak ke kamar mandi yang tepat ada di sebelah kanan lorong, kurasakan tarikan keras di rambutku. Seperti sebuah jambakan dan itu sangat menyakitkan lalu tubuhku terlempar setelah aku diseret tanpa kata dan juga tanpa permisi. Aku menemukan diriku berada di ruang sempit di mana ada begitu banyak pembersih di sana. Bajuku sudah kotor semua dan salah satu lengan bajuku robek di pastikan ulah sosok yang menjambakku. Aku menatapnya dan nanar mataku bertemu dengan mata yang sewarna dengan mataku.
"Denny?"
"Kau masih ingat namaku?" dia bertanya balik. Segera masuk ke ruangan bersamaku dan aku terkejut saat tangannya mencengkram leherku. Menekan leherku dengan kuat seakan siap meremukkan jalur nafasku tersebut.
Aku memegang tangannya dengan rasa sakit yang hebat. Mencoba menatap matanya dan menyatakan kalau aku adalah adiknya. Mungkin dia lupa tapi sepertinya dia tidak perlu diingatkan karena kalimatnya telah meluncur dengan kecepatan cahaya.
"Kau jalang terkutuk yang tidak pantas kusebut adik."
Aku tidak mengerti? Kami berada dalam pelarian bersama selama beberapa bulan setelah serangan hebat di rumah ayah. Dia membawa aku berlari atas permintaan ayah tapi kami terpisah saat dia meninggalkan aku di gubuk reot di mana penyerang itu menemukanku. Aku melarikan diri dan tertabrak mobil Caleb dengan rasa takut yang menjalar di sekujur tubuhku.
Aku sangat berharap kalau Denovan, satu-satunya kakak yang aku miliki masih bertahan hidup dan kami akan berjumpa dalam rasa rindu yang menggebu-gebu. Tidak kusangka kalau pertemuan pertama kami adalah dia yang ingin membunuhku. Ini sangat diluar dugaanku.
Denovan memang tidak pernah menyukaiku. Sejak dulu. Tapi dia tidak pernah membenciku sampai menginginkan hidupku untuk berakhir. Ini adalah pertama kalinya.
Kukira inilah akhir hidupku. Di tangan kakakku tapi detik terakhir aku yakin akan hilang kesadaran, dia melepaskan aku. Membuat aku jatuh mengenaskan ke lantai dengan suara batuk yang menyakiti telingaku. Aku menatapnya dengan tidak mengerti.
Dia berdecih. "Kau pantas menerimanya."
Aku berdiri, mencoba dengan susah payah. Menatap dia dengan masih bingung. "Apa yang kau lakukan? Kau--"
"Kau bersama dengan bajingan terkutuk itu sialan!" serunya dengan suara yang di penuhi amarah.
Bajingan terkutuk? Aku tidak mengerti apa maksudnya. Siapa yang disebutnya bajingan terkutuk. Tunggu, Caleb?
"Caleb--"
Suaraku tidak sempat terkatakan saat tamparan terlayang di pipiku. Dengan sangat keras. Bahkan aku bisa merasakan pipiku panas hingga aku mengeluarkan airmata. Menatap kakakku dengan kesedihan yang tidak terkatakan.
"Berani sekali kau, berani sekali mulut sialanmu itu menyebut namanya di depanku."
Aku diam. Terlalu larut dalam rasa sakit akibat tamparannya.
"Bajingan itu adalah orang yang menyerang tempat kita. Bajingan itu juga yang membunuh ayah kita. Dia yang membunuh ayahmu, sialan!"
Aku melotot. Menggeleng. "Tidak mungkin.." aku tidak akan percaya itu.
Denovan meraih kerah bajuku dan merenggutnya kasar. "Ya, pelacur. Bajingan yang kau tiduri itu adalah orang yang harusnya kau benci. Tapi lihatlah dirimu, menjual tubuhmu sendiri padanya. Apa ini caramu meminta belas kasihan agar tidak di bunuhnya?"
Aku ingin menyangkalnya. Ingin kubantah segala tuduhan tidak berdasar darinya tapi aku terlalu terkejut dengan yang aku dengar. Hingga aku tidak memiliki kapasitas meyakinkan dia kalau dia salah menilaiku.
Saat dia melepaskan aku, yang bisa aku lakukan hanya jatuh terduduk dengan perasaan yang tidak lagi bisa aku gambarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caleb Tepesh ✓ TAMAT
Action>Versi lengkap ada di playstore. Cari dengan kata kunci ENNIYY atau langsung ketik judulnya< *** Dinginnya seorang Caleb Tepesh bahkan tidak bisa di cairkan oleh Eliya Sabana, pria itu tidak tersentuh dan bahkan terkesan enggan mendekat. Lantas kena...