Chapter 3

3K 327 18
                                    

Mataku bertemu dengan mata hijau yang balas menatapku tanpa kehidupan. Ini baru setengah hari tapi rasa rindu datang padaku tanpa permisi sama sekali. Aku tidak tahu apa yang salah dengan diriku, harusnya aku tidak merindukan dia sehebat ini. Andaikata pun dia ada di rumah saat ini, toh aku tidak akan bertemu dengannya juga. Dii jam seperti ini pastinya dia akan lebih memilih mengurung dirinya di ruangannya dan berdiskusikan dengan Jordan seharian penuh di sana. Tapi peduli padaku.

Tapi kenapa rasanya berbeda dengan kenyataan kalau dia tidak ada di rumah ini? Jika dia ada di rumah, walau kami tidak bertemu kurasa aku akan baik-baik saja asal dia ada di rumah. Coba saja dia tidak mengatakan padaku tentang kepergiannya agar aku bisa dengan mudah tetap merasakan hadirnya di rumah ini.

Aku memukul kepalaku. Dasar aku.

Angan-angan bodoh memang kerap datang tanpa permisi padaku tapi itu bisa sampai sangat keterlaluan. Jadi aku harus menghentikan diri sebelum segalanya bertambah buruk. Itulah yang membuat aku memakai dua potongan bikini di tubuhku dengan kain yang aku pakai untuk menutup pahaku. Aku akan bersantai dengan tenang dan damai.

Caleb membuat semua orang pergi dari rumah dan hanya menyisakan aku dan Salendra di sini bersama dengan beberapa pelayan. Jadi aku bisa melakukan apapun tanpa ada mata pria yang melihatku. Seperti memakai potongan bikini seksi ini tentunya.

Rambut kuikat tinggi menjadi ekor kuda. Aku berjalan keluar dengan rambut yang bergoyang-goyang. Rupanya kepergian Caleb tidak terlalu membunuhku, buktinya aku masih di sini dengan waktu yang coba aku nikmati. Sore hari di kota ini sungguh enak untuk di pakai bersantai di dekat kolam dan itulah yang tengah aku lakukan.

"Nona.."

Salendra menyambutku dengan memberikan aku kacamata hitam yang aku minta. Matahari tidak terik karena memang sejak pagi sang mentari telah menyembunyikan diri dari bumi. Tapi sorenya dia menampakkan diri dan menyorot langsung tepat ke arah kolam dan tentu di mana aku akan berbaring. Itulah yang membuat aku membutuhkan lensa pekat ini.

Aku berbaring dengan kacamata yang sudah bertengger di wajahku. Memejamkan mata, aku mulai tersenyum dengan bias cahaya yang ada di kulitku. Me time seperti ini sungguh berguna ternyata. Tidak ada Caleb dan kedinginannya. Hanya ada aku dan sang surya. Kapan lagi otakku bisa bekerjasama seperti ini dengan hatiku. Itu hal yang sangat jarang terjadi tentu saja.

"Salendra, di mana minumanku?"

"Kau seperti anak dari matahari dengan bergaya seperti itu," suara asing itu. Segera kualihkan mataku ke sisi kanan. "Aku pernah melihat gaya seperti itu, tapi di mana ya?" Dia mengelus rahangnya yang tajam dengan kerutan samar di dahinya seakan berpikir dengan sangat keras. Matanya yang berwarna coklat muda sedang menatap padaku.

Aku yang ingat bagaimana keadaanku dengan segera bangkit dan menutup dadaku dengan kedua tangan. Kutatap dia sengit. "Siapa kau?" Mataku menatap dia dengan menuduh.

"Ah ya, Cleopatra. Apa kau pernah mendengarnya?"

"Aku tanya siapa kau!?"

Dia mengangkat tangan. "Tenang manis," dia bekata lembut. "Aku tidak akan menyakitimu." Dia mendekat.

"Jangan mendekat, aku tidak izinkan kau mendekat!"

Dia mendengus. "Baik-baik, aku tidak akan mendekat. Wanita cantik memang selalu merepotkan."

Aku tidak tersanjung dia mengatakan aku sebagai bagian dari wanita cantik yang merepotkan. Karena jelas dia mengatakan itu dengan bebannya sendiri. Aku menatap sekeliling dan tidak kutemukan Salendra. Dia apakan Salendra?

"Di mana Salendra? Apa yang kau lakukan padanya?"

"Whoa.. apa kau menuduhku melakukan sesuatu pada wanita yang di lindungi pacarmu itu? Aku tidak akan menyakitinya jika itu maksudmu. Karena bukan dia tujuanku ada di sini. Tapi kau.."

Caleb Tepesh ✓ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang