Chapter 5

2.5K 308 10
                                    

Aku melihat ada yang aneh dengan tempat kami. Di setiap sisi mobil ada yang berjaga. Entah kapan mereka bersepakat untuk mendekat pada kami tapi sepertinya ini saat yang tepat untuk memberitahu Zeco kalau kami berada dalam bahaya. Aku membuat posisi tegak dan saat aku bahkan belum menggerakkan bibirku, suara ledakan terdengar. Aku terhenyak melihatnya. Bukan mobil kami yang meledak melainkan hutan di mana Carver masuk tadi.

Aku menatap Zeco untuk mencari tahu. Kami hanya berdua di mobil ini dan tentu saja sopir kami ikut bersama dengan Carver. Apa yang terjadi? Apa Carver baik-baik saja.

"Zeco," panggilku. Rasa ingin tahu menggelitikku.

Zeco menatap aku sebentar dan kulihat ada senyum di sana. Hanya sedikit tapi mampu membuat kekalutanku mereda. Tunggu dulu, ada ledakan dan hanya sebuah senyuman aku merasa tenang. Ada apa denganku?

"Pertemuannya berjalan dengan cukup lancar."

Itu adalah kalimat Zeco. Pertemuan lancar? "Kenapa ada suara ledakan?" kutanya Zeco. Masih penasaran tentu saja dengan apa yang terjadi.

"Karena memang itu tujuannya."

Aku melotot tidak yakin dengan apa yang di utarakan oleh Zeco. "Maksudmu, Carver datang kemari karena ingin meledakkan hutan?"

Zeco mengangguk tanpa melihatku.

"Ini gila." Aku memijit kepalaku. Aku tidak pernah di hadapkan pada hal seperti ini. sama sekali.

Baik. Jika dirunut lagi Carver memang bukan orang biasa. Caleb juga. Jelas ada yang salah dengan mereka. Ada yang salah denganku juga karena merasa aman bersama mereka. Bagaimana jika bahaya yang tidak aku sadari berasal dari mereka. Ini gila. Lalu apa yang bisa aku lakukan sekarang? Aku terjebak.

"Tenang saja, Nona. Anda akan baik-baik saja. Saya menjamin."

Pikirnya itu yang aku khawatirkan? Salah besar. Sangat salah.

Tiba-tiba saja ketukan di pintu terdengar. Aku melihat Carver yang di penuhi dengan jelaga dan juga darah di pelipisnya. Segera kubuka pintu untuknya walau aku harus bergetar dalam usahaku. Tapi Carver bisa masuk.

"Tuan.."

"Jalan Zeco. Berengsek. Ada yang menyerang kami dan Ferza meninggal. Sekarang bawa kami keluar dari tempat ini."

Zeco mengangguk dan segera mengambil alih kemudi. Dia tidak langsung memutar mobilnya malah membiarkan mobil berjalan mundur dengan kecepatan yang tidak normal. Mobilnya berjalan tidak semestinya dan jantungku terasa akan tanggal dari tempatnya tatkala kudengar suara tembakan yang melesat ke arah mobil kami. Suaranya memekakkan telinga.

Aku menutup kedua telingaku dengan tangan. Berusaha tidak teriak dalam sisa-sisa rasa takut yang mendobrak keluar. Malam berhujan itu kembali datang ke pikiranku, membayang bagai sebuah bayangan gelap nan pekat. Aku menangis terisak. Tidak ingin kembali ke malam itu tapi situasi kami tidak beda jauh dengan malam tersebut.

"Keluarkan senjatamu. Turunkan kaca mobilnya."

Suara Carver bersahutan tapi bahkan aku tidak tahu apa yang dia lakukan. Aku hanya bisa menunduk dengan kedua telinga yang aku tutup kuat. Suara tembakan kembali terdengar seperti menghujani kami.

Mereka saling menembak. Mereka saling menembak. Airmataku merembes keluar, menganak sungai dengan cara paling mengerikan. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan.

"Mereka mengincar, Nona Eliya, Tuan."

Itu yang aku dengar dan pastinya milik Zeco tapi aku tidak perlu memberitahunya kalau aku tahu. Akulah yang mereka incar, nyawaku. Aku tidak mau mati, belum. Aku belum memberitahu Caleb kalau aku sangat berterimaksih atas bantuannya. Aku belum mengatakan padanya kalau sikap dinginnya membekukan aku. Aku bahkan belum melakukan banyak hal dengannya.

Caleb Tepesh ✓ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang