Aku berjalan dengan dagu terangkat dan baju yang sedikit kuangkat hingga memperlihatkan betisku. Seharusnya kupilih saja rok pendek seadanya. Dandanan ini membuat aku sangat kentara dengan niatku. Niat yang tentu saja tidak akan menghasilkan apapun.
Aku melihat Carver yang sudah bersiul saat balas menatapku. Dia sedang berdiri dengan Caleb. Dan jelas terlibat percakapan yang cukup serius tapi saat melihatku Carver langsung mengabaikan sepupunya dan datang mendekat padaku.
"Oh beautiful...aku tidak salah memilih baju untukmu."
Dia memuji? Itu lebih terdengar memuakkan. Baju yang di pilihnya, ingin kubuang ke wajahnya. Dia membuat jalanku jadi tidak biasa. Baju ini terlalu ketat di bagian kakinya. Harusnya dia bisa membuat aku memakai baju yang simple saja. Dia membuat segalanya menjadi rumit.
"Aku ingin membuka baju ini." Segera kulontarkan kalimat pertama di otakku. Aku agak jauh dengan Caleb jadi dia tidak mungkin mendengarnya.
Tapi Carver menarikku dengan cukup kuat menjauh dari pria itu hingga kami berada di jarak dua kali lipat dari tempat aku berdiri tadi. Dia melakukannya seolah Caleb akan mendengar apa yang aku katakan. Caleb bukan kucing yang bisa mendengarkan suara sekecil itu. Jadi Carver berlebihan.
"Pelankan suaramu. Kau ingin rencananya gagal?"
Aku memutar bola mata. Ketakutannya berlebihan. "Baju ini berlebihan. Aku tidak akan pergi ke pesta." Kuabaikan ketakutannya itu. Mencoba membuat dia mengerti kalau pilihannya memang sangat berlebihan.
Aku sangat menyesal tidak mengusir pelayan yang tadi di mintanya datang memberikan aku baju ini. Aku di sini yang ingin membuat Caleb cemburu tapi kenapa malah dia yang terlalu antusias untuk segalanya. Rasanya aku benar-benar ingin merobek gaun ini di depannya andai saja aku cukup berani untuk melakukan itu. Aku sedikit nekat.
"Itu adalah gaun yang sangat cantik, Eliya. Cocok denganmu dan aku bersumpah Caleb akan memandangmu lebih cantik dari biasannya."
Aku mendengus. "Kau menyebalkan. Ini berlebihan Carver."
"Percaya padaku. Sekarang pergi ke taman belakang karena Zeco sudah menunggumu di sana."
"Kami hanya akan duduk dengan membosankan dan itu sama sekali tidak cocok dengan baju yang aku kenakan." Aku masih keras kepala.
Carver memegang kedua bahuku dan matanya yang menatap dalam. "Percaya padaku, ini demi yang terbaik."
"Ini tidak baik buatku," berangku.
"Kau benar-benar keras kepala. Apa salahnya sedikit saja berkorban demi kebaikan hatimu. Jika kau menurut padaku maka semua akan baik-baik saja. Sekarang lihat, saingan cintamu telah datang."
Aku memutar sedikit tubuhku dan melihat Talla ada di sana. Dengan pakaian super minim yang membuat tubuhku merinding. Apa dia tidak kedinginan dengan pakaiannya? Aku beruntung karena Carver tidak meminta aku memakai baju seperti itu. Setidaknya dia cukup peduli untuk tidak membuat aku jatuh sakit dengan cuaca dingin Kanada dan gaun minim kain seperti itu.
"Sekarang pergi ke taman depan rumah," suara Carver kembali menyadarkan aku dari tatapanku pada Talla di mana wanita itu hanya memberikan senyum pada kami. Dan tentu saja melewati kami untuk bertemu dengan pujaan hatinya. Ah pria yang dia cintai, tapi nyatanya Caleb hanya menganggap dia teman saja. Itu yang dikatakan Caleb dan pria itu tidak mungkin berbohong bukan. Setidaknya Caleb tidak memiliki alasan kenapa dia harus berbohong atas perasaannya pada wanita itu, jadi aku percaya pada Caleb. "Jangan merusak kejutannya," tambah Carver yang sungguh membuat aku kesal. Dia sangat mendominasi dan setiap keinginannya selalu ingin di turuti.
Yang membuat aku lebih kesal adalah, aku tidak bisa menolak apa yang dia minta. Dia seolah dilahirkan untuk memerintah orang lain. Mengesalkan.
Segara kuputar tubuhku dan tidak pedulikan saat Carver berdecak yang sangat berkemungkinan besar kalau dia terkena ekor kudaku. Salahnya membuat aku kesal. Setidaknya aku harus mendapatkan kompensasi atas semua yang dia lakukan padaku. Dia menyiksaku.
Aku berjalan dengan kaki yang aku hentak kasar ke lantai. Aku ingin melubangi lantai karena rasa kesalku. Aku bahkan mengabaikan Caleb karena terlalu kesal. Aku pergi begitu saja ke arah yang sudah di tentukan Carver. Tempat di mana Zeco sedang menungguku.
Setelah keluar dari rumah besar itu, aku berjalan sedikit melalui jalan setapak dan kutemukan Zeco sungguh menunggu aku di sana. Yang membuat aku meringis adalah pria itu berdandan dengan sama berlebihannya dengan gaunku.
Aku melongo dan melempar kedua tanganku di udara. Aku dan Zeco kini seperti berada di panggung sandiwara dan Carver Tepesh adalah sutradaranya.
Zeco berdiri saat menyadari kehadiranku. Dia memakai kemeja. Dasi. Jas dan jangan lupa kalau dasi yang di pakainya adalah dasi kupu-kupu. Dia sudah siap menghadiri acara resmi sekarang. Aku sampai harus menyadarkan diriku dari segala bentuk lelucon yang sangat tidak cocok untuk di tertawakan ini. Carver Tepesh, suatu saat nanti aku akan membalasmu. Lihat saja nanti.
"Nona--"
"Kupikir kau tidak akan memanggil aku nona dan langsung menyebut namaku. Setidaknya Carver harusnya memintamu seperti itu," potongku tanpa bermaksud sinis sama sekali. Tapi jelas itu yang terdengar. Lagian juga bukan salah Zeco juga dia berpenampilan seperti ini.
Zeco menggaruk belakang kepalanya dengan sangat kuyakini kalau itu tidak gatal sama sekali. "Tuan memang meminta seperti itu tapi saya tidak bisa melakukannya. Setidaknya, Tuan tidak di sini untuk mendengarkan."
"Aku tidak akan heran jika dia menaruh penyadap suara di sini untuk mematai kita."
"Tidak, Nona. Jadi Anda nyaman bersikap seperti apa saja."
Aku bergerak cepat dan segera duduk di bangku panjang di mana Zeco tadi duduk. "Syukurlah. Aku benar-benar ingin mencekik diriku karena gaun ini."
Zeco tampak tersenyum canggung. "Apa saya perlu--"
"Duduklah, Zeco. Aku tidak mau Carver melihatmu tidak menjalankan tugasmu dengan benar. Setidaknya aku butuh teman untuk membunuh waktu."
"Baik, Nona."
Zeco mengambil tempat di sampingku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caleb Tepesh ✓ TAMAT
Acción>Versi lengkap ada di playstore. Cari dengan kata kunci ENNIYY atau langsung ketik judulnya< *** Dinginnya seorang Caleb Tepesh bahkan tidak bisa di cairkan oleh Eliya Sabana, pria itu tidak tersentuh dan bahkan terkesan enggan mendekat. Lantas kena...