[Part 2]
+×+
Yeonjun mulai tidak memahami isi kepalanya sendiri, perang batin yang membuat sudut pelipisnya berdenyut pusing karena merutuki tindakan impulsifnya beberapa saat lalu. Ia tidak mengerti mengapa ia begitu cepat terbawa perasaan sedangkan ia sendiri telah memasang tembok yang begitu kuat dalam hatinya.
Kembali ke keluarga tidak ada dalam kamusnya saat ini.
Namun ia hanya bisa menelan ludah saat sosok lelaki berpostur 185 cm itu sudah membuka pintu kafe menyebabkan bel kecil yang terpasang di atas pintu berdenting halus. Yeonjun bisa melihat senyumnya lebih cerah dibanding kemarin walau gurat lelah yang menghiasi masih terlihat.
Soobin duduk menatap Yeonjun berbinar, tatapannya penuh harap dengan garis tipis yang membuat lesungnya merengsek masuk lebih dalam.
"Kau hampir saja terlambat."
Yeonjun tak tahu kalimat apa yang harus dia pilih untuk menyambut adiknya, namun Soobin tidak memedulikan itu. Ia semakin melebarkan senyum dengan mata yang perlahan menghilang.
"Hyung tidak bercanda 'kan?"
"Kalau kau menganggap ini candaan, jauh lebih baik aku pulang dan bukan menghabiskan waktu berhargaku untuk menemuimu."
"Terima kasih hyung."
Soobin menggerakkan tangannya menggenggam tangan Yeonjun yang tertelungkup di meja, namun hanya dua detik Yeonjun menariknya dan memilih menghempaskan tangannya ke bawah.
"Aku hanya perlu melakukan pemeriksaan bukan?"
Soobin mengangguk semangat. Yeonjun menelisik, sudah lama sekali ia tak melihat pancaran bahagia di mata Soobin. Enam tahun tak berjumpa intens membuat Soobin berubah banyak. Bukan hanya tinggi badan yang sudah melampauinya atau wajahnya yang semakin tampan, tapi beberapa hal seperti cara berbicara dan sikapnya yang lebih terbuka. Yeonjun ingat bahwa Soobin adalah adiknya yang sangat pemalu, ia tak punya teman dan tidak mau keluar rumah karena menghindari orang banyak. Ia bukan tipikal anak nakal yang akan membuat pusing orang-orang, Soobin yang penurut dan akan melakukan apapun yang diinginkan oleh orang yang ia sayangi.
Satu hal yang tidak berubah, Soobin masih lelaki lembut yang tidak pernah ingin menyakiti siapapun.
Ia jelas berbeda dengan Yeonjun yang memang memiliki jiwa pemberontak, jauh lebih berbeda dengan Beomgyu yang terlalu terbuka dan gamblang. Anak bungsu kesayangan semua orang, kecuali Yeonjun yang sampai detik ini masih belum melupakan kalimat Beomgyu yang menyakiti harga dirinya.
Yeonjun kembali tertarik dari pemikiran panjangnya saat Soobin mulai menjelaskan beberapa detail pemeriksaan dan menanyakan kapan Yeonjun ingin melakukan tes.
Yeonjun mendesah pelan, "Aku akan melakukannya dengan satu syarat."
Soobin menahan napas, senyumnya sedikit mengendur walau tidak pudar sepenuhnya. Otaknya menebak-nebak apa yang Yeonjun inginkan dari kesepakatan ini.
"Aku tidak ingin bertemu Beomgyu dan jika hasil tes menunjukkan kecocokan, aku tak ingin dia tahu bahwa akulah pendonornya. Aku belum bisa menerimanya. Anggap saja Beomgyu adalah orang lain yang tidak aku kenal dan aku bantu karena kasihan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast [✔]
FanfictionTOMORROW X TOGETHER STORY [COMPLETE] +×+ Eccedentesiast; "Seseorang yang tersenyum di balik kesakitannya."