EPILOG

4.3K 563 29
                                    


Eccedentesiast

Rantai kata tak berbeda dari sebuah ekosistem yang saling memangsa, saat dirimu mencoba untuk menjadi predator terkuat, kamu harus menyiapkan banyak kata pendukung yang mampu mematahkan argumen di sekitarmu, jika kau terlalu lemah maka kau yang akan menjadi bulan-bulanan atas argumen yang tidak bisa kau bantah.

Setidaknya itu hal yang Yeonjun masih pegang walau banyak hal yang berubah dari dirinya. Yeonjun tak bisa merubah kebiasaannya menjadi seseorang yang mudah mengalah lalu menyampingkan ego -kecuali dalam hal tertentu- . Ia masih Yeonjun yang kerap kali melontarkan hal yang membuat lawan bicaranya terlonjak emosi atau tidak berkutik.

Yeonjun masih sama.

"Ini tahun pertamamu sebagai dosen tetap bukan?"

Yeonjun mengangguk membenarkan ucapan professor Hwang, lelaki yang membuatnya bisa berada di posisi ini.

"Saya dengar adikmu memilih fakultas seni juga. Saya tidak tahu kau memiliki adik, bagian administrasi mahasiswa yang mengatakannya."

"Saya punya dua adik, prof. Satunya sudah lulus tahun lalu di universitas lain dan sudah bekerja. Yang bungsu baru masuk tahun ini."

"Berarti kalian berbeda 2 dan 6 tahun?"

Yeonjun menggeleng, " 2 dan 3 tahun. Adik bungsuku pernah sakit cukup parah, jadi dia terlambat tiga tahun. Setengah tahun perawatan, setahun pemulihan dan sisanya dia manfaatkan untuk ujian GED dan masuk universitas."

"Dia pasti sangat hebat, tapi kau tahu kau tidak boleh memanjakannya di sini."

"Di kampus dia adalah mahasiswaku bukan adikku. Kalau begitu saya pamit mengajar."

Professor Hwang mengangguk membiarkan Yeonjun pergi.

Yeonjun menarik napas dalam melangkahkan diri, cuaca yang cerah serta angin sepoi setidaknya bisa membuat perasaannya cukup baik. Ia kembali terhenti menatap nomor ruangan sebelum masuk ke dalam sana.

Kelas semester pertama yang sudah sangat ribut, sepertinya anak-anak di kelas ini bisa  akrab dengan cepat.

"Kalian yang masih ingin ribut silahkan keluar dari kelas saya!"

Suara itu terdengar membuat beberapa orang di sana terlonjak dan bergegas duduk dengan rapi.

"Aku pikir dia mahasiswa."

"Dia terlihat sangat muda."

"Dia benar dosen bukan prank 'kan?"

Yeonjun memutar bola matanya lalu meletakkan sebuah buku yang ia bawa sedari tadi.

"Ubah mode ponsel kalian menjadi getar, saya tidak suka ada suara yang mengganggu selama saya mengajar. Itu ketentuan pertama saya di kelas ini."

Yeonjun tersenyum tipis, lebih mirip seperti seringai.

"Saya masih muda, tapi saya bukan orang mudah bagi kalian. Jadi jangan membuat masalah di kelas saya."

Kurang dari 90 menit, Yeonjun menyelesaikan kelasnya. Ia tak mengajarkan banyak hal, masih memilih berbincang seputar dunia kampus dan juga hal mendasar tentang mata kuliahnya. Pembawaannya yang tegas namun tetap bisa santai membuat suasana kelas bisa terkendali.

"HYUNG!"

Suara yang amat Yeonjun kenali menisik pendengarannya, lelaki itu memutar badan sembari memperlihatkan ekspresi 'bisakah kau diam saja!' namun lelaki yang memanggilnya terlihat tidak peduli.

"Hyung aku sudah punya teman, namanya Taehyun dan Kai. Aku akan memperkenalkan padamu nanti. Taehyun-"

"Kau sudah kuperingatkan kan?"

"Hyung, kau tak mengajar di kelasku sama sekali. Jadi aku anggap kau tetap kakakku di sini. Di kelas aku adalah mahasiswa dan hyung dosen, selebihnya aku adalah adikmu."

Yeonjun memperlihatkan senyum terpaksanya, "Peringatanku tidak seperti itu. Ini masih wilayah kampus dan aku masih dosen di sini walau tidak mengajar di kelasmu."

"Hyung, bisakah kau tidak menajamkan pandanganmu seperti itu. Kau akan dibenci oleh mahasiswa jika menakutkan seperti itu."

"Itu bukan urusanmu. Pergi sana bermain dengan temanmu!"

Beomgyu menipiskan bibirnya lalu mengangguk kesal, lelaki itu membalikkan badan, berjalan meninggalkan Yeonjun.

Trrrttt

Ponsel Yeonjun bergetar menginterupsi gerakannya, ia segera merogoh sakunya lalu memeriksa notifikasi ponselnya.

arin_song memosting foto setelah sekian lama

Yeonjun menghela napas, seingatnya sudah dua tahun wanita itu menghilang tanpa kabar.

Perlahan ia membukanya, menatap foto yang baru saja wanita itu posting sejenak hingga akhirnya ia hanya bisa tersenyum miris. Tangannya perlahan membuka kolom komentar dan mengetikkan sesuatu di sana.

"Selamat atas pertunanganmu. Undang aku saat kau akan menikah nanti."

FIN

Eccedentesiast [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang